Ch. 12

1.4K 69 1
                                    

Happy Reading

Bintang POV
Sekarang aku sedang bersiap- siap untuk mengajar di tempat itu. Tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Berhubung Navia tak ada acara, kemarin malam aku memintanya untuk mengantarku karena -jujur saja- aku ingin mengirit biaya. Kan uangnya bisa untuk tambahan beli makanan bulanan. Sekarang aku sudah siap dengan blouse biru langit dan juga rok selutut dengan warna senada.

"C'mon Bi, kau membuatku membuang waktu beehargaku" teriak Navia.

"Sabar Nav, aku sedang mencari sepatuku" balasku berteriak.

"Kau menaruhnya disamping pintu kamar mandi tadi" jika kalian bertanya bagaimana dia tau. Jawabannya adalah karena aku memang selalu menaruh sepatuku disitu. Namun aku selalu lupa.

Okay. Akhirnya ketemu juga sepatuku. Akuelirik jam di dinding kamarku. Demi nasi uduknya Mak Imah!! Tinggal 20 menit lagi! Aku segera bergegas turun kebawah dan langsung duduk dibelakang Navia.

"Nav, ayo buruan! 20 menit lagi nih" ucapku dengan nada panik. "Iya iya. Lagi sih dari tadi lama banget"

***

Sekarang aku sedang menemani Venus -adik keduanya Thomas-. Sebenarnya dia yang memintaku untuk menemaninya. Dan aku tak punya daya untuk menolaknya. Jadi disinilah aku! Ruang Tunggu.

"Nah itu dia kak Thom!" Ucap Venus.

"Kamu ingin kesana apa tunggu disini?" Ucapku lembut. Anak kecil harus dilembutkan kan?

"Kita kesana saja ya" ucapnya dengan nada imut.

"Baiklah" Kamipun bejalan menuju mobil Thomas. Tiba- tiba aku teringat periatiwa itu. Wajahku merah seketika.

Dia pun keluar dari mobilnya dengan senyumnya. 'Tampannyaa' batinku. Dia pun tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. Salting huh?

"Ayo kak! Jangan lama- lama ya!" Ucap Venus dari dalam mobil. Dalam mobil? Sejak kapan dia didalam mobil?

"Iya Venusku sayang" ucap Thomas. Suaranya lembut banget. Melting aku bang melting *itu author yang melting.

"Hai" ucapku sammbil memainkan jari- jari tanganku. Itu tanda kalau aku sedang gugup.

"Hai, ada yang ingin aku bicarakan"

"Bicaralah" aduuh dia mau ngomong apa niihh.

"Jangan disini. Ikut aku" Dia pun menggenggam tanganku menuntunku ke mobilnya. Dia membukakan pintu mobil bagian depan. Tepat disamping pengemudi. Aku menatapnya dengan pandangan bertanya. Dan dia hanya memintaku untuk masuk ke mobilnya.

Mobil bagian dalamnya cukup menarik. Mobilnya juga bersih dan harum. Sepertinya dia setipe denganku. Sama- sama cinta kebersihan. Mungkin kami jodoh!

Dia berdehem sebentar sebelum berucap "kita jemput Vino dulu ya?"

"Vino? Siapa?" Ucapku dengan nada bingung yang ketara.

Aku mendengar dia bergumam "Dia pasti mengenalkan dirinya sebagai Kirzy!"

"Kirzy, dia sangat ingin dipanggil Kirzy karena menurutnya itu keren. Tapi kenyataannya semua orang memanggil dia Vino"

Aku tertawa kecil. Dan bergumam "baiklah". Walaupun bergumam tapi aku tau dia dapat mendengarnya.

"Nanti ada yang ingin aku kenalkan kepadamu" ucapnya tiba- tiba.

"Siapa?"

"Nanti kamu juga akan tau" sudah kuduga! Dia pasti akan membalas dengan kata- kata itu.

Aku pun hanya berdehem dan mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Tidak ada yang menarik. Aku melirik kebelakang ternyata Venus sudah tidur. Sebenarnya aku juga sudah mengantuk. Tapi tiba- tiba lagu Drag Me Down yang dibawakan oleh grup terkenal One Direction mengalun dari handphone ku. Saat ku lihat id callernya 'Navia' aku langsung mengangkatnya.

OTP

"Apa aku harus menjemputmu?"
"Tidak perlu. Aku sedang ada urusan. Jadi mungkin aku pulang telat"
"Pulang jangan malam ya. Aku pasti akan sangat lapar kalau kau belum pulang nanti"
"Iya, tenang sweety"
"Aku pegang omonganmu! See you"
"See you too"

Aku pun menutup panggilannya. Aku melirik sekilas ke arah Thomas. Aku memberitahu dia bahwa tadi Navia yang menghubungiku. Aku tak tau mengapa aku memberitahunya. Itu seperti sebuah keharusan.

Karena aku mengantuk. Jadilah aku tertidur di mobilnya. Sebelum kesadaranku terenggut sepenuhnya aku sempat mendengar dia bergumam 'I love You'. Aku harap itu bukan mimpi.

***
Aku pun terbangun dari tidurku. Saat aku melihat keluar jendela. Disana ada rumah bernuansa klasik. Rumah siapa ini?

"Ayo turun" ucap Thomas setelah membukakan pintu mobilnya untukku. Rumah yang bagus.

Aku baru sadar bahwa disini hanya ada aku dan Thomas. Dia mengajakku untuk memasuki rumah bernuansa klasik ini -yang kusimpulkan bahwa ini rumahnya-

Didalam ada seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Perkiraanku sih itu ibunya Thomas.

"Jadi ini matemu? Waah cantik sekali" ucap orang yang ku asumsikan sebagai ibunya Thomas.

"Bintang, ini ibuku. Vassha. Ibu ini temanku Bintang."

Entah kenapa aku tak rela saat dia memperkenalkanku sebagai temannya. Tapi kita memang berteman kan?

"Hai tante, saya Bintang" ucapku setelah mencium tangannya.

"Jangan tante dong. Panggil mama aja" Dia memintaku memanggilnya mama?

"Baiklah tan- eh ma" ucapku. Sambil teraenyum kikuk.

"Honey, kok lama sih?" Ucap seseorang dibelakang mama. Dia langsung memeluk mama dengan mesra. Sedangkan Thomas hanya memutar kedua bola matanya sambil memeluk pinggangku. Wajahku memanas saat menyadari perlakuannya.

"Yah, ini Bintang-" ucapannya terpotong oleh ayahnya

"Mate mu" ucap ayahnya.

"Halo om, saya Bintang"ucapku.

"Ayah aja sayang. Lebih enak begitu" waahh mereka memang serasi. Aku jadi iri. Selama ini aku kan hanya hidup berdua dengan Navia. Penglihatanku memburam karena air mataku.

"Kalau kamu mau menangis. Menangislah. Aku selalu bersamamu Bintang"

Kata- katanya membuat tangisan yang aku tahan pecah. Aku menangis dipelukannya. Pelukan yang nyaman.

Setelah merasa cukup, aku melepas pelukannya dengan sedikit tak rela.

"Maaf, ak-"

"Tak apa" ucapnya. Seakan dia tau apa yang akan aku katakan.

Aku menengok kearah mama dan ayah. Mereka tersenyum maklum. Sepertinya mereka tau bahwa aku yatim piatu.

"Mama juga merasakan apa yang kau rasakan. Itu memang sakit. Tapi kau harus ikhlas nak" aku tersenyum atas perkataannya. Navia juga sering bilang seperti itu.

"Yasudah, ayo masuk kedalam" ucap mama

Didalam tidak henti- hentinya aku menatap kagum dengan tatanan rumah ini. Susunannya membuat rumah ini terlihat luas. Thomas menuntunku ke ruang makan. Meja makan ini cukup untuk menampung 10 orang.

Di atas mejanya telah tersedia berbagai macam makanan. Mereka mengajakku makan bersama sambil mengobrol. Sebenarnya bukan mengobrol sih lebih ke introgasi. Tapi aku menjawab semua pertanyaan mereka.

"Maaf ma, pa. Sepertinya aku harus pulang dulu."

"Baiklah, biar Thomas yang mengantarmu" ucap papa.

Hai haiii. Back to author gaje satu ini. Gila rekor terpanjang gua nih. Jangan lupa bintangnya ya?

20/06/2016
Salam. EtIris411H

Mea Coniguem [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang