Ch. 15

657 34 8
                                    

Bintang POV

Aku terbangun dari tidur lelapku. Ini hari Senin. Aku bangun dari kasurku dalam keadaan setengah sadar. Mataku masih setengah terbuka.

Jdug .

Aduh.

Mataku terbelalak karena kaget. Kantukku pun menguap entah kemana. Aku mengusap dahiku. 'Pintu sialan' makiku dalam hati. Pasti dahiku membiru. Aku melirik jam sekilas lalu membuka pintu kamar mandi. Aku masih memiliki waktu luang untuk berendam. Setidaknya rasa sakitku sedikit berkurang saat aku membasuh wajahku dengan air dingin. Aku menyalakan keran. Setelah terisi penuh aku melepas pakaianku dan berendam di air hangat. Setengah jam berlalu, aku mengakhiri kegiatanku dan melilitkan handuk di badanku.

Setelah selesai berpakaian dan berdandan tipis aku keluar dari kamar. "NAVIA!!" Kuakui untuk kali ini suaraku sangat menggelegar.

"MEJA MAKAN" teriaknya. Duh, berasa orang utan deh teriak- teriak. Berjalan santai menuju meja makan. Aku mendapati Navia yang sedang duduk dengan roti di tangan kirinya dan pisau berlumur selai di sebelah kanannya. Ck ck.

"Aku berangkat ya" pamitku.

"Gak mau dianter? Apa udah ada yang nganter?" Godanya.

"Hah? Gak ada kok" aku bingung.

"Lah, pangeran kamu udah jemput noh di depan" aku terkejut. Pasalnya aku tidak minta dijemput oleh siapapun.

Aku bergegas keluar untuk melihat orang yang katanya menjemputku. Aku terkejut. Pasalnya orang yang menjemputku itu Thomas. Lelaki yang membuat jantungku berdetak cepat bila bersamanya selama beberapa hari terakhir.

"Ayo naik. Kamu udah siap kan?" Tanya Thomas. Ck. Enak saja. Aku kan aku gakk minta dijemput sama dia.

"Aku bareng Navia aja" aku mendekati Navia yang baru selesai mengunci pintu rumah.

"Nav, gua bareng lu ya?" Pintaku. Dia menoleh padaku dan mengerutkan keningnya. Mungkin dia bingung kenapa aku ingin bersamanya sedangkan ada Thomas disini.

"Eum sorry Bi, bukannya gak mau nih. Tapi aku harus langsung ke kantor. Kan ini hari pertama aku kerja. Masa telat. Sorry ya, aku duluan" Navia melenggang pergi dengan mengendarai motornya.

Huft. Gak bisa diajak kerja sama banget sih si Navia. Aku cemberut. Aku melirik ke arah Thomas dan dia menaikkan satu alisnya. Uh.. makin ganteng aja sih.

"Jadi bareng kan? Ayo cepetan. Venus udah nunggu dari tadi" dia menarikku --setengah menyeretku-- menuju mobilnya.

Setelah memakai sabuk pengaman, Thomas mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Aku menatap ke arah spion dan melihat Venus yang sedang terlelap. Mungkin dia masih mengantuk.

Hening. Tidak ada percakapan di antara kami di dalam mobil. Dia fokus menyetir sedangkan aku menatap sisi jalan. Venus juga masih terlelap. Aku menghela napas. Aku tidak menyukai keheningan ini. Terasa canggung.

"Ekhem... Thomas?"

"Hmm?"

"Kenapa kamu ke rumah aku? Kan aku gak minta jemput. Nomor ponsel kamu aja aku gak punya" hening sesaat. Thomas melirik Venus dari kaca spion.

"Dia yang minta"

Aku hanya ber-oh ria. padahal aku berharap dia bilang kalo dia kangen sama aku, atau apalah gitu. Eh ternyata emang aku nya aja yang kegeeran. Sakitnya itu loooh gak nahaaan.

Thomas membangunkan Venus saat mobilnya sudah sampai di sekolah. Aku bergegas turun dari mobil.

"Makasih ya Thomas" aku tersenyum menatapnya. Dia membalas senyumku seraya berucap sama- sama. Senyumnya membuatku sedikit tersipu. Wajahku pun berubah warna menjadi merah samar.

Aku melambaikan tanganku Kearah mobilnya yang terus melaju menjauhiku dengan tangan Venus dalam genggamanku.

"Yuk Venus kita masuk" Venus hanya tersenyum sambil mengangguk. Kami berbalik dan melangkah menuju sekolah.

Aaaah hatiku senang sekali dijemput olehnya. Semoga hari ini seberuntung pagi ini.

Maaf ya aku baru lanjut ceritanya. Niatnya aku gamau update lagi. Tapi berhubung ada yang nanya kapan update lagi, jadi saya memutuskan untuk lanjut. Semoga senang.

EtIrish411H

08/03/2017

Mea Coniguem [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang