Chapter 7
Sasuke berjalan dengan langkah yang terasa lebih berat dari biasanya, kakinya terasa lelah, tapi yang membuat Sasuke berjalan dengan kaki sedikit terseret dan mata menerawang bukan karena otot-otot kakinya yang menegang, namun ingatan tentang yang terjadi padanya beberapa hari inilah penyebabnya. Khususnya yang terjadi hari ini. Dan semua itu berkaitan dengan pemuda bermata biru langit musim panas.
Dengan langkah sedikit gontai dan mata yang menerawang, Sasuke berjalan tanpa menghiraukan tatapan mata-mata penasaran yang tertuju padanya sepanjang jalan. Saat memasuki gedung apartemennya, petugas penjaga lobby gedung pun terkesiap melihat Sasuke. Sasuke memang tidak dalam penampilan terbaiknya. Jas biru dongker berlambang Konoha High School terseret kelantai oleh tangan yang sepertinya enggan untuk membawa, dasi merahnya telah hilang entah kemana, kemeja putih seragam sekolahnya tidak lagi dimasukkan ke celana, tiga kancing atas sang kemeja telah menghilang dengan tidak bertanggung jawab, meninggalkan dada putih bidang terekspos menggoda. Semua tampilan itu akan membuat semua orang mendesah jika saja tidak ada luka di lutut sang raven yang mengeluarkan darah yang belumlah sepenuhnya mengering, punggung kemeja yang tersobek dan ujung bibir yang terluka, semua itu membuat semua orang bertanya-tanya, apa yang terjadi pada pemuda ini.
Saat memasuki lift pun Sasuke tidak mengangkat pandangannya. Wajah yang terbiasa mendongak penuh angkuh itu, kini menunduk seakan terbebani oleh apapun yang sedang dipikirkan. Sasuke menekan tombol 35, lantai dimana apartemen Sasuke berada. Saat lift bergerak naik dengan hanya Sasuke sendiri, ia menempelkan dahinya pada dinding lift berlapis metal mengkilap, mencoba mendinginkan kepalanya yang terasa berdenyut. Jika seminggu yang lalu ia mengira dirinya gila, maka hari ini dia yakin dia sudah gila.
Suara denting lift yang telah sampai pada lantainya, menyadarkan Sasuke. Setelah mendongakkan kepala dan menarik nafas panjang, Sasuke melangkah dengan lebih yakin. Dia menghampiri pintu berwarna coklat yang menjadi miliknya. Dimasukkan kode kunci untuk mambuka pintu dan langsung menerobos masuk tanpa memberi salam, karena dia memang tidak mengharapkan ada orang di apartemennya kini. Namun saat melewati pintu, dia disambut dua pasang mata. Satu milik kakaknya yang menyebalkan dan satu lagi sepasang mata merah yang memandangnya sinis.
"Jadi, akhirnya kau datang juga". Sasuke memandang aneh orang yang tidak dikenalnya ini.
"Siapa kau?" Sasuke memandang pemuda berambut merah yang tengah duduk di sofa miliknya dengan pandangan tidak suka, yang dibalas pandangan serupa oleh pemuda asing itu.
"Ya ampun Sasuke, kau kenapa? Kau berkelahi lagi?" Melihat penampilan Sasuke, Itachi langsung memhampirinya.
Namun belum sempat Itachi tiba di depan Sasuke, sesosok bayangan tiba-tiba melesat mendahului dan menerjang adiknya yang menatap kaget. Tiba-tiba pemuda yang baru saja diberinya makan, telah melayangkan tendangan yang hampir saja mengenai telak dada Sasuke, yang berhasil mengelak didetik-detik terakhir karena keterkejutannya. Usaha menghindar Sasuke membuat keseimbangannya goyah. Dengan refleks, Kyuubi langsung menerjang Sasuke dan membuatnya jatuh kelantai serta menindih dada Sasuke. Kyuubi menempatkankan kedua lututnya di bawah ketiak sang Uchiha, tahu pasti posisi ini akan menyulitkan sang korban untuk bergerak.
"Apa yang kau lakukan!!! what the F*CK SIAPA KAU INI?"Sasuke berusaha melepaskan dirinya dengan hasil sia-sia.
"Aku? Tergantung jawabanmu bocah, kau apakan adikku?" Kyubi mencengkram kerah Sasuke dan menatapnya tajam dengan jarak yang mengintimidasi.
"Adik? Aku tidak kenal adikmu?" Sasuke mulai berfikir pemuda di depannya ini adalah kakak salah satu wanita yang ditidurinya di Suna.
"Hooo... jadi tidak mau mengaku ya? Mungkin ini akan membantu" Kyubi mengangkat kepalan tangannya dengan niat untuk menghantam wajah menyebalkan di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Dreams
FanfictionWARNING!!! Yaoi/SasuNaru Dari kecil Naruto sering mendapatkan mimpi-mimpi yang kemudian selalu terjadi di dunia nyata. Awalnya ia tidak masalah, karena mimpi-mimpinya selalu berkaitan dengan hal yang remeh. Hingga saat dia beranjak remaja ia bermimp...