Hari itu membuat ku mengerti akan keadaannya sekarang.
3 hari sudah aku di rawat di RS. Akhirnya, aku bisa pulang juga. Aku rindu kamar ku, aku rindu masakan ibu, aku rindu ocehan kak el,aku rindu nasihat ayah.
Ngomong-ngomong, Haykal menjenguk ku cuman sekali saja. Entah kenapa, pokoknya Aku sebagai teman yg baik harus positif thinking padanya.
"Bu, apa besok Sara sudah boleh sekolah?" tanyaku pada ibu
"Wah semangat sekali nak. Bukannya Kamu masih lemas?"
"Ah tidak kok bu, Sara sudah sehat, liat nih bengkaknya udah kempes kan?"
"Memang sudah kempes. Tapi kan membekas nak, Kamu belum benar-benar pulih"
"Yaah.. Ibu Sara ingin sekolah, banyak tugas yang harus Sara bereskan." Aku terus membujuk Ibu.
"Hm.. Udah sana istirahat di kamar mu"
"Yaah.. Ibu.." beranjak ke kamar kuIbu orangnya susah dirayu-rayu. Pantes aja, Ayah bilang susah dapetin Ibu. Hff..
Di kamar Aku mulai bisa memegang ponsel ku setelah sekian lama terbengkalai di laci.
Saat ku buka, ternyata banyak notif,message dan telepon. Diantaranya ada dari Lidya sekitar 3 jam yang lalu. Aku pulang dari RS jam 10 pagi. Begini pesannya "Pagi Visara Bachan.. Gmn kabar di pagi hari ini?" Aku tidak membalasnya, soalnya Lidya pasti sedang belajar. Nanti akan ku telepon dia saja jam 12 waktu sholat berjama'ah.Adzan dzuhur pun berkumandang. Aku sholat terlebih dahulu, lalu menyempatkan menelpon Lidya.
"Halo assalamu'alaikum Lid.."
"Wa'alaikumsalam eh.. Sara udah sembuh? Gimana sekarang keadaannya?"
"Alhamdulillah, Aku udah pulang kok, hm maaf Lid, smsnya ga Aku balas."
"Oh iya gpp kok. Eh iya, si Haykal ga sekolah lagi loh."
"Ha? Kemana Dia? Apa ada keterangan?"
"Ga ada. Seperti biasa."
"Waduh Dia kemana lagi ya.."
"Entahlah. Eh udah dulu ya, Aku mau makan nih lapar hehe.. Assalmu'alaikum Sara"
"Wa'alaikumsalam Lid.."Haykal ga sekolah? Dia kemana lagi? Pasti ada problem lagi nih.
"Kenapa lagi dia?" hatiku mulai bertanya-tanya. Ada yg engga beres nih. Besok, Aku harus sekolah pokoknya harus.
Keesokan harinya..
Seperti biasa Aku berangkat naik angkot sendirian. Saat melewati rumah Haykal, nampaknya rumahnya sepi-sepi saja. Kemana ya dia?Sesampainya disekolah, Aku harap bisa bertemu dengannya. Dan..
"Haykal..." Aku langsung menghampiri sambil berlari
"Visara.. Kau sudah sembuh? Jangan lari-lari.."
"Haykal.. Kau kemana saja? Kemarin kau tak sekolah kamu kemana kemarin? Jawab Aku! "
"Hey,hey tenang dulu Sara.. Kau kan baru sembuh.."
"Haykal.. Kemana kau kemarin?!" seru ku
"Baiklah.. Baiklah akan ku ceritakan sepulang sekolah"
"Lamaaa sekali Haykal Ramli.."
"Mending ga dikasih tahu apa nanti pas pulang sekolah?"
"Mending dikasih tempe" Jawabku sambil masuk dan duduk di bangku ku.Aku kesal, dia selalu seperti itu. Benci Aku sikap Haykal yg tak pernah terus terang begitu.
Akhirnya, bel pulang berbunyi.
"Jadi gimana?" tanya ku.
"Apanya?"
"Mukamu!"
"Oh muka, hehe.. Iya iya sudah jangan cemberut begitu jelek.."
"Cerita sekarang" Aku sudah mulai kesal.
"Hm.. Sekarang? Disini?"
"Kalau kau tak mau cerita Aku pulang saja, assa.."
"Eh eh, gtu aja kok marah hehe peace.."
Sudah kesal sungguhan.
"Visara bachan.."
Haykal selalu memanggil nama lengkap ku jika Ia sedang serius. Dan, Akupun mulai agak tenang. Kita berdua duduk di bangku taman sekolah,mumpung belum pada sepi sekolahan.
"Aku tak tahu, apa yg harus Aku utaran eh utarakan padamu.."
Memukulnya "helowww niat cerita ga sih?"
"Iya iya niat maaf,maaf, kan pemanasan dulu.. Hehe" Padahal namaku sudah Ia sebut dengan lengkap menyebalkan anak ini.
"Visara Bachan.." menatap ku. "Hanya kau, satu-satunya teman ku. Aku tak tahu harus mengadu pada siapa?"
"Pada Allah!"
"Eh iya itu yg pertama, selain itu harus kesiapa? Selain ke Kamu sara.. Kehidupan ku semakin kacau" spontan menundukan kepalanya.
Aku mulai luluh padanya. "Hancur?bagaimana itu bisa terjadi?"
"Kacau perasaan bukan hancur.." ih kocak lagi dia, lagi serius-serius begini uuh. "Sama aja Haykal Ramli!!!"
"Hehe, Sara apa Aku boleh jujur dengan keadaan ini?" kembali menatapku. "Biacaralah.." jawab ku lirih.
"Kemarin Aku tak sekolah karena Ayah memaksa ku mencari uang. Saat itu Ayah sedang perlu uang.."
"Untuk apa kalau boleh tahu?"
"Aku menanyakan terus tapi Ayah bilang Aku jangan sok tahu jadi anak, nurut aja sama kata-kata orangtua. Ya udah Aku turuti apa katanya"
"Astagfirullah.. Apa kau masih berbohong juga soal Ayah mu baik-baik saja? Jawab jujur!"
Kembali menatap ku, lalu menunduk "Ayah ku.. Masih sama seperti saat ditinggal Ibu"
Spontan berdiri "Apa? Kenapa kau tak jujur?!" sentak ku.
"Maaf, Aku hanya ingin melindungi Ayah.."
"Tidak begini caramu!"
Aku marah pada saat itu.
Haykal hanya terdiam. "Haykal! Jangan menyiksa diri sendiri. Kalau Ayahmu menyuruh yg tak baik Kau bisa kan menolaknya?"
"Tapi Aku hanya ingin dia senang dan bahagia"
"Caramu sangat salah Haykal...."
"Aku tak bisa berbuat banyak ra.."
"Payah! Bukan kah Kau pernah bermimpi menjadi pemimpin? Kenapa Kau tak bisa dan tak mampu menegakan diri mu sendiri?"
"Jangan salah kan Aku.." jawabnya lirih.
Aku sangat marah padanya, bukan karena membencinya, tapi Aku tak suka melihatnya mengalah kepada Ayahnya yg salah arah itu.
Aku pun memukulnya "Hey! Jangan mengalah pada jalan yg salah!"
"Aku tak bisa berbuat banyak Aku tlah menasihati Ayah, tapi Ayah tak memperdulikan ku, Kau tak tahu bagaimana perjuangan ku untuk membuat Ayah jadi baik, Kau tak pernah tahu bagaimana kesakitan ku!!!!!!" seketika tangis Haykal pecah di hadapan ku.
Aku tak pernah sekalipun melihat lelaki menangis seperti anak kecil begini kayak Haykal. Aku pun terdiam dan kembali duduk. "Maafkan Aku Haykal, Aku tak bermaksud seperti itu padamu.." menenangkannya sambil mengusap punggungnya. Ku biarkan Haykal menangis begitu lama, mungkin karena rasa sakit yg Ia alami terlalu dalam. Aku terus menenangkannya "keluarkan lah. " seru ku.
Hingga sekitar pukul 4:30 dia berhenti menangis. "Nih usap airmata mu pake sapu tangan ku" sambil memberikannya pada Haykal.
Haykal terdiam. "Mau kapan pulang?" tanyaku.
"Sekarang jam berapa?" tanya haykal
"Jam setengah 5."
"Apa?? Gawat Aku telat banget kerja" sambil bergegas
"Eh Haykal mending Kamu istirahat sehari aja di rumah"
"Ga bisa gtu..."
"Ya.. Kalau begitu Aku ikut membantu mu. "
"Ha?bagaimana dengan seragam mu?"
"Ya pulang dulu nanti Aku nyusul, soal ijin pasti dijinin deh apalagi sama Kamu"
"Bener ini ga akan apa-apa?"
"Bener.."
"Baiklah. Ayok"
Kami pun pulang bersama. Berharap nanti tak terjadi hal yg tak diinginkan. Hari ini Aku tenang sekali, karena Haykal Ramli tlah menceritakan semua padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Don't Stop
RomanceBertahanlah kau akan baik saja, aku tidak pernah seribet ini memikirkan orang Please Don't Stop Untuk selalu seperti ini. Kenapa Aku jadi selalu memikirkan Haykal? Bukan kah Aku mengenalnya sejak kecil, tapi saat bertemunya lagi Aku terus memikirk...