Dia Ibu ku

20 1 0
                                    


Hari demi hari berlalu.

Kami sudah naik ke kelas 3. Dan pertemanan antara kita masih berlanjut.

Waktu itu, pulang sekolah.

"Aku lapar..." seru ku.

"Makan dong.." jawab Haykal.

Sambil memegang perutku "eh iya, di rumah Kamu makan sama apa?"

"Hm paling Aku beli mie instan lagi.."

"Mie instan? Tiapa hari mie instan, bahaya loh kalau sering-sering. Kan, mie mengandung pengawet.."

"Mau bagaimana lagi? Kan ga ada apapun di rumah.."

"Eh, masak saja yuk di rumah mu.. "

"Masak apa?"

"Pepes ikan. Gimana?"

-Haykal teringat saat peristiwa mengerikan itu. Di saat Visara hadir dengan membawa makanan untuknya. Yang tak Ia makan karena peristiwa tersebut.-

"Hey malah ngelamun" seru ku membuyarkan lamunan nya.

"Eh maaf, iya iya mau.."

"Baiklah kita pulang ke pasar dulu okay?"

"Okay.."

Kami pun pergi ke pasar, membeli bahan-bahan yang akan kita masak.

"Sudah.. Sudah lengkap kan kal?" seru ku.

"Iya bentar Aku cek dulu.."

Cek..cek..cek..

"Lengkap chef!" serunya.

"Huu Kau ini. Okay baiklah kita pulang.."

Kami pun pulang.

Setibanya di rumah Haykal.

"Kamu ga telepon ibu, kamu ada disini?" tanya Haykal.

"Udah Aku sms kok.. Santai aja.."

"Oh bagus lah kalau begitu.."

Di dapur.

"Ayok. Kita keluarin bahan-bahannya" seru ku.

"Baik chef.."

"Eh mending Kamu bersihin ikannya, Aku yang bikin bumbunya."

"Siap chef.."

Sambil membersihkan ikan "Ra. Kamu bisa masak apa aja?" tanya nya.

"Unggulan Ku sih pepes Ikan, tapi yang lain nya Aku bisa kok, kayak masak cah kangkung,tumis-tumisan gitu.." jawabku.

"Wah.. Boleh dicoba tuh, kalau masakan kayak sayur-sayur gitu bisa?"

"Aku baru belajar sayur sop doang sih yang gampang hehe.."

"Oh bagus kalau begitu, kalau daging-dagingan?"

"Palingan goreng ayam, kalau rendang Aku belum belajar hehe.."

"Gpp belum belajar juga asal ada kemauan kok, wanita itu harus pintar masak loh.." serunya.

"Iya.. Iya.. Aku tau kok.."

"Nah.. Udah bersih nih ikan nya taruh dimana?" sambil membawa sebaskom kecil ikan.

"Disini sebelah sini.."

Aku memasak, Haykal membantu sambil Ia belajar juga.

"Nah, kalau sudah kita masukin ke daun pisang.. Kita kukus deh, dan tunggu sampai ikannya matang sekitar 25 menitan deh.."

"Okay baik chef.."

Sambil menunggu Aku dan Haykal membereskan rumah. Saat Aku hendak membereskan rumah, Aku melihat foto almh. Ibu nya..

"Ibu mu cantik sekali ya.." seruku pada Haykal yang sedang membersihkan debu di meja.

Haykal balas tersenyum.

Aku terus memandangi fotonya sambil tersenyum.

"Pasti, Ayah mu termasuk orang yang beruntung mendapatkan ibu mu.."

Haykal tertawa "Haha.. Tau darimana Kamu?"

"Aku bisa tahu lah dengan hanya melihat wajah ibu mu yang berparas cantik ini.."

"Hm.. Mungkin benar seperti itu. Ayah tak pernah bercerita apapun tentang ibu.."

"Kalau ibu? Pasti lah ibu mu selalu bercerita.."

"Hm.. Paling, waktu ku kecil Ia selalu bilang gini "Nak, nanti kalau sudah besar harus menjadi orang yang sukses ya.." begitu katanya"

"Yaa.. Orangtua ku jga pasti begitu lah kal.."

"Hehe, terus ibu suka ngomong kalau Ayah lagi ngambek jutek gitu ke ibu, ibu bilang gini.. "Bisa-bisa anaknya gini nih kalau ngambek jutekan.." hahaha"

"Haha memang kapan kamu ngambek?"

"Entahlah..haha. Ibu seorang wanita yang lembut hati nya, ibu sangat menyayangi Ayah begitu pula Ayah.. Pada saat itu, Aku masih terlalu kecil tuk mengetahui cerita Ayah & Ibu semasa muda.."

"Kalau diceritain pasti rame tuh.."

"Haha Aku sih berharap begitu.."

"Kebanyakan, waktu dulu itu cowok dapetin cewek susah loh.. Contohnya Ibu ku, kata Ayahku.. Ibu sulit untuk didapati.. Saking ingin mendapatkan Ibu, Ayah banting tulang ngumpulin uang sendiri buat ngelamar Ibu, kata Ibu sih gini.. Kalau serius, coba lamar. Jangan banyak kata pujangga dan janji ya, begitu katanya. Haha.. Lucu kalau liat mereka waktu dulu. "

"Haha.. Yaiyalah bagus gitu.. Emang mereka ga pacaran dulu?"

"Ibu bilang sih,Ayah udah nembak Ibu sampe 12x tp Ibu tetap nolak Ayah . pengen cepet dilamar aja. Katanya.. Makanya disitu Ayah bingung cari uang kemana haha.."

"Wah, ga sia-sia perjuangan Ayahmu, sampai Kamu dan Kak El hadir di tengah-tengah mereka.. Saluuut deh sama Om Farul."

"Hehe iya.. Eh, iya masakan kita kayaknya udah mateng deh.." menuju ke dapur.

-Haykal terdiam, tersenyum sejenak lalu pergi.-

"Wiiih udah matang nihh, wanginya harum.." seruku

"Uuum pasti mantap deh.."

"Kal, kamu ambil nasi nya ya.. Aku ambil ikannya.."

"Siap chef.."

"Chuf chef chuf chef.. Kau ini.. "

"Ahaha emangnya kenapaa? Bukan kah nanti kau akan menjadi chef setelah menikah nanti?"

Aku tersipu malu dengan kata-katanya tadi. Tapi, siapa hayoh yang mau nikahin? Hiks. Sudah lupakan lah..

Waktunya makan.

"Baca do'a dulu.."

"Aamiin.." jawabnya

"Kapan bacanya?"

"Dalam hati hehe" jawabnya

Dan, kami pun mulai melahap makanannya.

"Ummm enak sekali Sara.. Ntap surantaaaap!!" serunya.

"Hehe trimakasih, sudah makan lah, jangan banyak bicara.."

"Hmm nyaam.. Suami mu pasti bangga punya istri kayak kamu.." sambil melahap makanan.

Aku terdiam. Dari tadi Haykal ngomongin masa depan terus, apa jangan-jangan dia? Dia.. Aah Aku berfikir yang aneh-aneh saja.

"Haykal Ramli, kalau kamu suami nya Aku ikhlas kok!!" seruku dalam hati.

"Ah apaan Aku ngomong yang aneh-aneh mulu! Lagian, Haykal ga akan mikirin cinta-cintaan dulu, please deh!! Dia kan teman ku" berbisik dalam lamunan.

"Heh, malah ngelamun!!" seru Haykal.

"Ehh maafin hehe.."

Kal.. Please deh peka. Eh, engga deng, eh iya harus deng, eh gausah deng jangan repot-repot. Eh... Kenapa Aku ini sehat?

 Please Don't StopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang