Dan lagi

10 3 2
                                    

Setibanya di Stasiun..
"Pak, maaf Saya terlambat.. Atas keterlambatan kali ini, Saya akan mengerjakan pekerjaan Saya dengan teman Saya agar pekerjaannya lebih cepat selesai. Bagaimana pak?" tanya Haykal pada seorang Bapak agak gendut, Ia adalah seorang petugas keamanan di Stasiun.
"Okay, lain kali Kamu ga boleh terlambat lagi ya?"
"Siap pak"
Kami pun mulai bergegas membersihkan sampah-sampah yg ada di sekitar Stasiun.
"Kamu bersihin yang sebelah sana ya, Aku sebelah sini, banyak sampahnya"
"Siap bos!" jawab ku pada haykal

Sampai sekitar setengah enam kita istirahat sejenak sambil menunggu adzan magrib berkumandang. Tak lama adzan pun berkumandang.
"allhamdulillah.." Kami lalu bergegas ke mushola di sekitar Stasiun.

Setelah sholat Kami istirahat sebentar di Mushola. Aku lapar sekali perutku keroncongan,biasanya jam segini Aku sedang makan bersama keluarga ku. Kemudian Haykal menoleh ke arah ku. "Kamu kenapa ra?"
"Hm.. Engga, ayok kita lanjut kerja." seru ku.
"Ra.. Kalau kamu capek udah aja yuk."
"Engga kok, Aku masih semangat" cetus ku
Saat Kita akan melanjutkan pekerjaan kami, hp ku berdering.
Ada panggilan dari Ayah.
"Halo, assalamu'alaikum ayah"
"Nak, kapan pulang? sudah makan belum?"
"Hm nanti Ayah, abis.. Ishya an deh kayak nya, hmm.. Belum Ayah"
"Oh iyaiya, ya Allah kenapa belum makan sekarang kan jam nya makan malam"
"Hehehe.."
"Kamu ini malah cengengesan, makan nak.."
"Iyaiya ayah. Ya udah Ayah sudah dulu ya.. Assalamu'alaikum.."
"Makan! Jangan tidak ya.. Wa'alaikumsalam.."

Aku tak ingin menjelaskan pembicaraan kami pada Haykal.
"Apa kata Ayah?"
Pas sekali, Haykal malah menanyakan itu.
"Hm itu, pulang kapan.. Sama udah makan belum.."
"Eh iya, sekarang kan jam nya kamu makan.. Ayok kita cari makan.."
"Ah tidak usah.. Nanti saja"
"Kapan?"
"Hm.. Eh iya, Aku punya roti di tas ku, tapi cuman 1 kita bagi dua aja ya.."
"Eh tidak usah, kamu saja. Aku tidak lapar.."
"Ayolah, kamu pasti butuh tenaga"
"Aku masih kuat kok, beneran aku ga lapar.."
"Baiklah.."
Aku mulai memakan roti nya sendirian.
"Sambil kamu makan aku ngelanjutin ya.."
Aku mengangguk karena mulut ku penuh dengan roti. Mungkin karena lapar hehe.

Eh,setelah selesai makan roti Haykal malah mengajak ku pulang.
"Lah, kan belum jam 7 pas kal.."
"Apaan 15 menit lagi juga udah jam 7"
"Hm baiklah"

Kemudian kita pulang.
Mau tahu kita naik apa? Kita jalan kaki, soalnya malem-malem sudah tidak ada angkot.
"Kamu benar ga akan minta jemput Ayah?" tanya Haykal
"Bener. Aku seriussss"
"Hm Aku ga yakin.." meragukan ku
Kemudian hp ku malah berdering, saat ku buka eh Ayah.
"Assalamu'alaikum.. Ayah"
"Wa'alaikumsalam Nak, Ayah bentar lagi nyampe, tunggu disana ya.."
"Hm Ayah lagi ngendarain motor juga malah nelepon. Ga boleh yah bahaya, udah ya tutup, Assalamu'alaikum.."
"Eh iyaiya Wa'alaikumsalam.."

Ayah lagi jalan, perjalanan jalan kaki malam hari akhir tak jadi.
"Apa tak mengapa Aku pulang sama Ayah?"
"Haha kau ini, Aku kan sudah menyarankan nya padamu.." ujarnya.

Tak lama menunggu Ayah pun tiba. "Haykal, kita duluan ya.. Hati-hati ya dijalannya" seru Ayah
Aku langsung naik ke motor.
Ngeeeeng "Assalamu'alaikum kal"
"Wa'alaikumsalam Visara Bachan
-" Visara Bachan, kau Anak yg baik. Aku suka padamu. Eh maksudnya Aku suka sikapmu yg seperti ini, eh maksudnya kagum kali ya hehe, duuh kenapa ya Aku seperti ini, nampak terlihat konyol sekali" Haykal yg sedari tadi berjalan sambil melantur.-

Setibanya di rumah. Lalu tiba-tiba terngiang Haykal Ramli lagi. Bukannya Haykal tadi ga makan-makan? Apa sekarang dia makan ga ya? Firasat ku mengatakan Ayah nya pasti tak pernah memberi makan padanya, pasti dia ga pernah makan. Aku lalu ke dapur.

"Ibu.. Masak apa?" sambil ke meja makan
"Udah abis nak,memangnya kenapa?"
"Di kulkas ada apa bu?" sambil membuka kulkas dan mencari sesuatu.
"Ada juga ikan mentah sara. Emang buat apaan sih?"
"Sara masak ikan ya bu.."
"Sara.. Buat apa dulu jawab!"
"Hehe, buat Haykal bu.. Kasian ga makan bu, di rumahnya kan dia ga di kasih makan, masa ibu tega ke dia.."
"Pertanyaannya emang kamu bisa masaknya?"
"Engga.. Hehe"
"Gimana ini udah perawan juga ga bisa masak.. Sini ibu ajarin.."
"Hehe.. Pepes ikan ya bu.. Yg gampang"
"Iyaiya ..."
Ibu dan Aku pun mulai memasak.

Sambil menunggu pepes ikan matang Aku sholat ishya dahulu.

*waiting pepes Ikan ala chef Visara Bachan dan Ibu tercinta*

"Masih lama ya bu?'' tanyaku yang sudah tak sabar ingin melihat dan mencicipi hasilnya
"Harus sabar sayang, sebentar lagi.."
Dan..dan.. Masakan pun matang.
Ibu dan Aku memasukannya ke dalam tempat makan. Okay, makanan sudah siap diantar.

"Ibu Aku berangkat ya.. Assalmu'alaikum"
Mudah-mudah Haykal dan Ayahnya suka. Aku tahu Ayah Haykal tak mengharapkan ku, tapi inilah saat yang tepat untuk menunjukan bahwa Aku tak seburuk apa yang Ia fikirkan.

Sesampainya di rumah Haykal.
Dan.. Treeeng!! Suaranya tampak seperti panci atau apapun itu yang bahannya seperti panci. Ada apa ini? Akupun memberani kan diri masuk.
Dan yang ku lihat ternyata. "Astagfirullah Haykal!!!" Aku menjerit. Terlihat jelas di mata ku Haykal disiksa lagi Haykal kena cambuk Ayahnya lagi Haykal diombang ambing Ayahnya lagi. Aku tak kuasa menahan tangisan ku. "Haykaaaaaaal!!!" Aku mencoba menahan serangan Ayahnya yang bertubi-tubi itu. Haykal sudah duduk lemas terkulay tak bisa melawan Ayahnya. Aku menahan pukulan Ayahnya sampai Aku terdorong jauh sekali olehnya, Aku keluar dan berteriak sekencang mungkin.
"Tolongggggggg!!!!!! Toloongggg!!!!" sampai akhirnya tetangga menghampiri dan menahan Ayah.
Aku lari menuju Haykal yang sudah memar dan lemas dipukuli Ayah.
Sampai ada warga yang memanggil polisi karena Ayah semakin ganas. Haykal dibawa ke rumah sakit. Dan Ayahnya dibawa ke kantor polisi.

''Haykal, ini tak baik untuk mu. Ayah mu harus disidang. Dan di jebloskan ke penjara" kata seorang warga.

Aku, hanya bisa menangis dengan keluarga ku. Haykal kau akan baik saja. Bertahanlah.

 Please Don't StopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang