ini waktunya.

725 65 9
                                    

"Kita ke apartemenku"
Sana masih membantu hanbin berjalan.

Ia tidak bisa menolak.memang benar keadaan mereka sangat berantakan.tidak mungkin mereka pulang kerumah masing-masing dengan keadaan seprti ini.

Sungguh.sebenarnya sana sudah lemas dan tidak kuat tapi dia tidak tega melihat hanbin seperti ini.

"Pelan pelan"
Sana tersenyum

"Siapa yang menculikmu?"

"Sssttt diam lah wajahmu penuh luka jangan banyak bicara arra?"

Mereka berjalan terseok seok.dengan pakayan yang sangat lusuh akibat kotornya gudang itu.

Dan wajah yang sama-sama penuh darah.sungguh mereka menjadi pusat perhatian seluruh orang yang lewat melahat mereka.

mereka memilih menaiki taxi.

Selama di dalam taxi hanbin menyenderkan kepalanya di pundak sana.kepalanya pusing akibat tonjokan yang bertubi-tubi tadi.

Sana menghela darah yang masih mengalir.

Dada sana sesak lagi.
Melihat keadaan hanbin seperti ini dia sangat tidak rela.

Matanya perih.cairan itu bentar lagi menetes.
Sana menarik nafasnya panjang
Jangan sampai ia menangis lagi.
Karena dari tadi dia sudah menangis.

Sebenarnya kepala sana tidak kalah pusinya dengan hanbin.
Nafasnya pun sudah sesak.tenggorokannya sudah Gatal
tapi ia menahan batuknya tersebut karena disini ada hanbin

Jika dia batuk pasti akan mengeluarkan darah.
Sana tidak mau hanbin tau semuanya.
Cukup dia,orang tuanya dan sahabatnya.

Akhirnya mereka sampai di apartemen hanbin.
Ya apartemen yang sederhana.
Hanbin hanya akan tinggal di sini jika ingin menenangkan diri saja.

Dulu dia pernah memilih tinggal sendiri di apartemen ini namun ibu nya tidak mengizinkan karena kaka hanbin melanjutkan sekolahnya ke luar negeri akhirnya hanbin harus menemani kedua orang tuanya.

Mereka turun dari taxi.
Hanbin berjalan masih di bantu oleh sana.
Dengan sabar sana menuntun.hanbin mengaitkan tanganya di pundak sana.
Wajah sana sudah pucat.

Hanbin memberi tahu sana nomer apartemenya .

"Ini?"

Hanbin mengangguk.

Sana membuka memasukan card apartemen hanbin.dan membuka pintunya.

"Duduk lah dulu"
Sana menyuruh hanbin duduk di sofa ruang tamu.

''Aaish seharunya aku yang menyuhmu duduk akhh"

"Jangan banyak hicara hanbin-aa bibirmu sobek "
Sana duduk di sebelah hanbin.
Menghela darah yang mengalir di bibir hanbin.

Mengusap sedikit dengan jari telunjuknya.

Mata mereka bertemu.
Harus hanbin akui.
walaupun dalam keadaan lusuh seperti ini sana tetap terlihat cantik.

Not, But SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang