Pagi ini aku sengaja bangun lebih awal dari biasa, mengingat mulai hari ini aku harus membereskan kamar Pak Adam setiap pagi lalu mengurus segala keperluan Qilla. Bagiku tidak ada masalah jika harus bangun pagi setiap hari, aku sudah terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Ibu selalu mengajarkan aku untuk selalu hidup mandiri, tidak bergantung pada orang lain selama masih bisa dikerjakan sendiri.
Setelah selesai membantu Bi Mumun membuat sarapan aku pergi ke kamar Qilla. Membangunkan anak itu lalu ke kamar Pak Adam. Bi Mumun bilang, usai subuh Pak Adam sudah pergi jogging keliling komplek jadi kamarnya kosong.
Aku langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Begitu masuk aku langsung mengedarkan pandanganku ke penjuru kamar Pak Adam yang didominasi oleh warna coklat muda. Semuanya tampak begitu rapi.
Kalau sudah rapi begini, apa yang harus aku bereskan?
Kamar Pak Adam begitu luas, dua kali luas kamarku. Ini pertama kalinya aku masuk ke kamar seorang pria. Terpaksa. Kalau bukan karena tuntutan pekerjaan, aku enggan memasuki kamar pria, takut khilaf. Terlebih lagi ini kamar Pak Adam, si duda penggoda iman.
Hal pertama yang aku lakukan adalah membereskan tempat tidur Pak Adam, merapikan seprai yang sedikit kusut, menyusun bantal dan guling, kemudian melipat selimut yang agak berantakan.
Sayang banget ya tiap malam Pak Adam tidur sama guling, mending tidur sama Neng, Bang! Batinku mulai ngelantur.
Aroma maskulin Pak Adam yang begitu khas masih tersisa di bantal dan selimut. Aromanya benar-benar begitu ... hmmm ... jangan ditanya, ini lebih wangi dari kembang tujuh rupa.
Klik. Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.
"Arrggh ... Pak Adam ... pakai baju dulu!" teriakku sambil menutup wajahku begitu melihat Pak Adam baru saka keluar dari kamar mandi hanya dengan balutan handuk di pinggul dan memamerkan dada telanjangnya yang sandar-able.
Topless. Do More!
Lah bukannya tadi Bi Mumun bilang dia sedang jogging? Ya Tuhan ... mataku benar-benar tercemar, pagi-pagi sudah disuguhi pemandangan tubuh Pak Adam yang setengah naked. Kalau setiap pagi begini terus, aku harus banyak-banyak beristigfar.
"Kamu ngapain tutup mata? Kayak belum pernah liat orang telanjang aja." ujar Pak Adam mencibir. Aku mengintip dari celah-celah jariku dan melihat Pak Adam sudah ada di dekatku sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Aroma sabunnya yang begitu harum menggelitik indra penciumanku.
Rasanya pengen peluk bang, boleh gak?
"Issh ... pake baju dulu bisa kali pak, kalo saya khilaf bagaimana?" ujarku sambil memalingkan wajah. Tak sanggup kalau lama-lama menatap dada bidangnya yang sandar-able, jadi pengen rebahan di atas dadanya.
"Saya tidak keberatan kalau kamu beneran khilaf." ujarnya sambil tertawa pelan.
Kampret. Dasar duda ganjen.
"Saya permisi dulu Pak, nanti saya lanjutkan lagi kalau Pak Adam sudah selesai berganti pakaian." ujarku hendak beranjak meninggalkan kamar Pak Adam.
"Mau ke mana? Lanjutkan pekerjaan kamu!" ujar Pak Adam seraya menahan lenganku dan menatapku dengan sorot matanya yang tajam, setajam silet.
Terus? Aku di sini nonton dia ganti baju, gitu? Ya Tuhan, ini sungguh godaan terberat dalam hidupku!
Pak Adam berjalan ke arah lemari besar, memilih kemeja dan jas. "Lusa saya berangkat ke Surabaya, mengecek Grand Opening cabang baru Pradana's di sana. Saya titip Qilla ya." ujar Pak Adam. Aku menoleh sekilas, melihat Pak Adam sedang mengancingkan kemejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D U D A
RomanceCahaya Dinar gadis yang baru saja putus dengan kekasihnya, dipertemukan dengan seorang duda beranak satu sekaligus pemilik restoran tempat ia bekerja. Pria tampan yang menjerat hatinya tersebut, ternyata memiliki banyak kenangan pahit di masa lalu...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi