#7

121 35 8
                                    

              RAYA'S POV

"Raa?" panggil gue mencairkan suasana canggung ini.

"Mmm?" respon Aura.

"Jangan kapok ya main sama gue."

"Iya Ray, santai aja kali, btw thanks for today loh ya. Lo sama Naufal udah ngehibur gue hari ini."

"Iya Ra sama-sama, gue siap ko jadi penghibur lo kapanpun itu."

"Makasih udah mau jadi penghibur gue," kata Aura sambil melingkarkan tangannya ditubuh gue.

Aura meluk gue. Apa? Meluk? Gue yang menyadari hal tersebut hanya bisa tersenyum, gue ga bisa melakukan apa-apa karena terlalu terbawa suasana senang dengan perlakuan Aura ini.

Pelukan Aura terasa hangat dan berhasil membuat jantung gue berdegub kencang.
Situasi seperti ini jadi mengingatkan gue tentang apa yang Aura ceritakan tadi di rumah makan tentang pacarnya itu.

Brengsek!

Cewek sebaik ini lo sia-siain?
Dasar bodoh.

Tiba-tiba gue ngerasa kasian sama gadis yang lagi gue bonceng ini, gadis sebaik dan secantik ini disia-siakan dengan pria bodoh itu.

"Jangan sedih lagi raa,ada gue disini" batin gue.

                     *****


Sesampainya didepan rumah Aura, gue melihat ada sebuah motor terparkir didepan rumah Aura.

"Motor siapa itu?" tanya gue dalam hati.

"Ray.. Ada Fadli" ucap Aura dengan suara serak.

"Eh? Suara lo serak, abis nangis?"

Aura menganggukan kepalanya.

"Iya,sorry tadi gue pinjem pundak lo buat nutupin muka gue."

"Oh ternyata dia meluk gue karena dia nangis tadi dijalan."

"Iya gapapa ko,Raa. Yaudah gue pulang dulu ya, ga enak sama cowo lo takut dia salah paham."

"Gue takut,Ray." ucap Aura dengan suara pelan.

"Apa yang lo takutin? Ga usah takut Raa, lo ga salah. Lo selesaiin masalah lo sama dia baik-baik jangan dengan emosi." ucap gue mencoba menguatkan Aura, serta mengelus pipi Aura lembut.

Tanpa gue sadari, tiba-tiba satu pukulan mendarat dipipi gue.

BRUGGG!

"Bangs*t! Ngapain lo pegang-pegang cewe gue!" ucap seseorang dengan penuh emosi.

"FADLI?! apa-apan sih lo." teriak Aura saat melihat kejadian tersebut.

"Dia kurang ajar sama kamu! Dia megang-megang pipi kamu,Aura!" Bentak Fadli penuh amarah. Dan mencoba untuk memukul gue lagi.

"Fadli cukup!! Bisa ga sih ga usah pake acara kekerasan?" tegas Aura.

"Kok kamu ngebelain dia? Jangan bilang si bangs*t ini selingkuhan kamu ya? IYA?!" Tuduh Fadli.

"Dia temen gue, kalo sampe lo sentuh dia lagi, gue ga akan mau kenal lo lagi!"

"Raa..Tapi si bangsat ini megang-megang pipi kamu," ucap Fadli dengan emosi yang mulai mereda.

"Apa bedanya sama kamu? Cowok yang ciuman sama cewek lain di perpustakaan. Kalo dia bangs*t, berarti kamu brengs*k!" Amarah Aura sepertinya sekarang sudah tak bisa ditahan lagi.

"Ssstt.. Udah,Ra udah. Malu sama tetangga." bisik gue berusaha meleraikan sepasang kekasih yang tengah bertengkar ini.

"Biarin aja, biar semua orang tau kalo dia itu cowo brengs*k!"

The Story Of Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang