• 12 •

1K 127 33
                                    

Medyo's POV

Hari ini aku menemani Liam bermain golf. Sebenarnya aku malas, tapi aku tidak enak menolaknya. Lagipula kalau aku tinggal di Apartemen tidak melakukan apa-apa, yang ada aku memikirkan hal lain. Akhir-akhir ini aku merasa kehidupanku terancam karena Nadine, aku tidak berani menemui Louis karena Nadine. Aku tidak tahu apakah mereka benar-benar kembali atau tidak, aku belum menanyakannya, dan aku tidak mau menanyakan itu pada Louis, lagipula apa urusanku? Aku ingin marah tapi dia bukan siapa-siapaku. Aku belum bisa menyimpulkan perasaanku saat ini seperti apa, yang jelasnya aku masih jengkel pada Louis.

Jalan dengan Liam membuatku merasa keren, sungguh. Sekarang contohnya, aku seperti istri seorang pejabat negara yang duduk dipinggir lapangan bersama bodyguard suamiku. Tapi, yang kusadari ini membosankan, duduk sambil menontonnya. Sebenarnya aku juga mau main tapi Liam tak kunjung memanggil aku. Lagipula aku tahu kalau Liam tidak akan memanggil aku, sekarang saja dia lebih memilih didampingi seorang caddy girl dibanding aku.

Pandanganku yang tadi fokus kedepan kini sudah beralih pada beberapa orang yang baru datang dan mereka tampak tidak asing. Aku memicingkan mataku untuk melihat lebih jelas, yang benar saja. Apa yang mereka lakukan disini, Harry dan tiga temannya termasuk Louis, dan sialnya Nadine juga ada. Seandainya aku ninja, aku ingin menghilang dengan asap sekarang juga. Aku bukan tidak mau bertemu dengan mereka, aku hanya malas melihat Louis, aku masih kesal padanya.

Mereka tampak sibuk mengobrol dengan seorang Caddy, aku mengalihkan pandanganku dari mereka berpura-pura tidak melihat mereka. Fine! Aku tidak bisa, aku kembali melihat kearah Louis, tepat saat aku melihatnya Nadine mendapati aku. "Medyo!"

Aku menoleh kesamping untuk memutar bola mataku, sebelum akhirnya aku kembali menoleh pada Nadine dan tersenyum padanya. Aku munafik.

Aku menghampiri Liam untuk menghindari mereka. Lebih sialnya, bukan hanya Nadine yang kini melihat aku melainkan mereka semua, dan mereka pun menghampiri aku. Tara menepuk pundakku, ralat, mendorong aku. "Hey, kau datang dengan siapa?"

Aku memegang pundak Liam, lalu menaikkan alisku menatap Louis. "Dengannya."

"Dia pacarmu?"

"Akan," jawab Liam membuat aku menatapnya heran, namun sedetik kemudian aku membuat ekspresi wajahku sebisa mungkin terlihat biasa-biasa saja walaupun sebenarnya aku kaget. Liam memindahkan tanganku dari pundaknya. "Medyo, aku ingin bermain golf dulu."

Tepat saat Liam memindahkan tanganku dari pundaknya aku mendapati Louis menutup mulutnya dengan menggunakan tangannya, dan kurasa dia tertawa, begitupun dengan Harry, untung saja dia mantanku.

"Rambutmu bagus, Medyo," kata Zayn membuat aku tersenyum padanya. Akhirnya ada orang yang menyadari ada yang berubah dari penampilanku. Padahal yang kuharap menegur aku pertama kali adalah Louis, tapi dia tampak biasa-biasa saja, yang patut aku syukuri Nadine tidak bergelanyut seperti monyet dilengan Louis, dia hanya berdiri disamping Louis. "Louis bagaimana menurutmu, rambut Medyo."

"Biasa saja," jawab Louis lalu membalikkan tubuhnya diikuti Nadine. Dan aku salah sangka, sekarang Nadine mengaitkan lengannya pada lengan Louis. Rasanya aku ingin berteriak keras didepan wajah Louis, bisakah dia sadar kalau aku masih marah padanya.

"Kenapa kau tidak meminta pacarmu untuk mengajarimu memukul bola golf," kata Harry tiba-tiba membuat aku tersadar dari lamunanku yang membayangkan Louis aku dorong dari atas gedung pencakar langit lalu akhirnya dia mati dan jasad jeleknya dipotret banyak orang.

Cocky & SassyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang