• 03 •

1.6K 185 90
                                    

Hari minggu Louis seperti biasanya, bangun terlambat. Ia baru dari kamar dan langsung berjalan ke arah meja makan tanpa mencuci wajahnya dan juga menggosok giginya, bahkan dia tampak berantakan sesuai dengan suasana hatinya sejak kemarin sejak pertemuannya dengan seorang gadis. Ia ikut bergabung bersama ketiga temannya. Louis menarik kursi, duduk di samping seorang gadis yang tidak ia harapkan datang ke apartemennya. "Seharusnya jika kau baru saja menyandang gelar single dan sebentar lagi dibelakangnya akan ditambah dengan gelar mengenaskan, kau harus bangun pagi dan menunjukkan wajah bahagiamu, meskipun kenyataannya kau rapuh."

Louis mengerit heran, darimana gadis yang sedang menghisap sebatang rokok di sampingnya itu tahu kalau Louis baru saja putus dari pacarnya, ia melirik satu temannya yang ia curigai telah menceritakan aibnya. Louis memicingkan matanya, "Zayn. . ."

"Oke, maaf. Aku tidak bisa menahannya," ucap Zayn lalu kembali menghisap benda yang ia jepit di antara jadi tengah dan telunjuknya.

"Bisakah kalian berdua tidak mencemari udara segar di apartemen ini," ujar Louis menegur dua sahabatnya itu dan lebih kurang ajarnya, gadis yang duduk di sampingnya justru menyemburkan asap ke wajah Louis. "Tara, bisakah kau berhenti menjadi perempuan brengsek!"

"Louis benar. Harusnya kalian tidak merokok disini. Ia adalah orang peduli betul dengan kesehatannya, sehingga dia tidak merokok," ujar salah satu dari mereka yang tidak merokok. Mendengar itu Tara tertawa lepas, itu membuat Louis semakin kesal, kalau saja gadis itu bukan sahabatnya, Louis sudah sedari tadi menjambak rambut gadis itu sejak ia melihat wajahnya.

"Louis tidak merokok bukan karena peduli dengan kesehatannya, tapi dia menghemat," ujar Tara, Louis hanya diam tidak berniat membalas ucapan Tara karena perkataan Tara memang benar.

"Harry, kapan kau ada di sini bukannya kau pulang ke rumah orang tuamu?" tanya Louis.

"Aku tiba kemarin sore. Aku rindu dengan apartemen ini, aku boleh tinggal disini 'kan," ucap Harry yang hanya dibalas kekehan kecil dari Tara.

Tara menaikkan sudut bibirnya, "Kau rindu apartemen ini, seriously. Oh ya, soal kau mau tinggal disini, untuk apa kau minta izin pada Louis. Ini juga apartemen punyamu 'kan. Kalian bertiga menyewa apartemen ini, bahkan kau yang lebih berhak. Louis dan Zayn hanya membayar seperempatnya dan kau membayar setengahnya. Jika aku jadi kau, aku tidak akan mau berteman dengan mereka. Dasar manusia quarter."

Zayn menunjuk wajah gadis yang sedang menaikkan kedua kakinya di atas meja itu. "Jika aku jahat padamu, aku sudah membongkar semua aibmu."

"Oh kau pikir aku takut," ucap Tara seolah menantang Zayn. Harry hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua sahabatnya, ia lebih memilih untuk menghabiskan penekuknya.

Sebenarnya Louis sedikit senang mengetahui Harry akan tinggal di apartemennya, karena itu berarti asupannya terpenuhi, ia tidak perlu repot memikirkan kebutuhannya selama sebulan karena pastinya Harry akan memenuhi itu selama ia berada di apartemen, Louis bukan ingin memanfaatkan sahabatnya, hanya saja gajinya sudah habis ia gunakan untuk membayar Medyo.

"Tara," Zayn memanggil Tara, ia meminta Tara untuk melihat Louis. Tara dan Zayn memperhatikan Louis yang sedang tersenyum sendiri dan matanya menatap Harry, Louis terus tersenyum tidak menyadari Tara dan Zayn terus menatapnya, tatapan Louis ke Harry itu seperti pria yang menatap pujaan hatinya. Zayn kemudian memeriksa kening Louis. "Louis, aku tahu kau habis putus. Kalaupun kau menyukai yang bentuknya sama dengan punyamu, setidaknya kau jangan sampai jatuh hati dengan sahabatmu sendiri."

Louis langsung berhenti tersenyum saat melihat Harry sudah ikut menatapnya. Louis mendorong Zayn yang tadi memeriksa keningnya. "Siapa yang suka Harry, ew. Aku straight."

Cocky & SassyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang