oh no

148 8 1
                                    

Kemarin, setelah keluar dari insiden yang telah mengorbankan jaket kulitku, aku pergi ke In n Out sebagai ganti red velvet cake yang kuincar di Brooklyn. Saat sedang menghabiskan potato fries dan cheeseburger, Jeanine menelponku dan mengomel panjang lebar karena tidak melihatku di Brooklyn. Dia juga sudah mendengar kejadian disana dari Ashton.

"But thanks to you, aku bisa berduaan dengan Ashton," aku bisa membayangkan my bitchy itu tersenyum-senyum sendiri saat menelponku kemarin.

Setelah mengabiskan semua pesananku tanpa sisa, aku menuju laundry untuk membersihkan noda di jaketku karena pasti akan susah kalau kubersihkan sendiri.

Hari ini, seperti kata Mr. Sam, aku menghampiri ruangannya. Sepertinya beliau ingin membahas tentang si Luke Hemmings itu.

"Ms. Addison," sapanya setelah aku membuka pintu. Ruangannya nampak cukup rapi, dengan beberapa rak buku berisi buku-buku kedokterannya.

"Good afternoon, Mr. Sam," aku tersenyum simpul.

Mr. Sam mempersilahkanku duduk di salah satu kursi didepannya. "We aren't done talking, right?" Aku menganggukkan kepala.

"As I said, Luke Hemmings juga mahasiswa medical sepertimu. I have no idea how he entered this faculty," kulihat Mr. Sam menghela nafas.

Si Luke itu pasti sangat bodoh, batinku.

"So, you want me to teach him?"

"Indeed. Saya harap kamu bisa membantunya belajar diluar jam pelajaran saya."

God. Belajar sendiri saja sudah sulit apalagi harus mengajari orang lain.

Seperti bisa membaca pikiranku, Mr. Sam berkata, "I will help you if you find any difficulties about it."

Ingin sekali aku berkata, "I will help you if promise you will give me extra points for every test" , tapi kuurungkan karena aku tidak mau terlihat bodoh.

Tiba-tiba aku teringat kalau aku masih belum tahu bagaimana bentuk dan rupa Luke Hemmings itu. "But I don't know him."

"I already told him to come. He will be here soon."

Selama menunggu, aku hanya bermain dengan ponselku sementara Mr. Sam sibuk dengan kertas-kertas di mejanya. Lecturers always have so many things to do.

Aku memutuskan mengirim pesan ke Jeanine.

To : Jeanine
Jeeniinn

From : Jeanine
Whutt

To : Jeanine
Where r u

From : Jeanine
Class, sepertinya dosenku lupa kalau dia ada kelas sekarang. It's been 10 mins lol.

To : Jeanine
Hahahaha

From : Jeanine
Hey, tadi aku melihatmu masuk ke ruangan dosenmu. Wut happen?

To : Jeanine
Yeah, dia memintaku mengajari salah satu muridnya. U know Luke Hemmings?

From : Jeanine
Memangnya siapa di kampus ini yang tidak tahu Luke Hemmings? He's the hottest guy. Jangan bilang kau tidak tahu.

To : Jeanine
Yeah, I dont know him.

From : Jeanine
Astaga. You, Lily Addison, the most popular girl in campus, doesnt know Luke Hemmings?

To : Jeanine
Uh, mungkin saja aku tahu, hanya saja aku tidak ingat

From : Jeanine
Jangan bilang murid yang akan kau bimbing itu Luke

To : Jeanine
U wont believe me if I say so

From : Jeanine
REALLY?!!

Aku baru akan membalas pesan Jeanine ketika terdengar pintu diketuk. Mungkin itu Luke Hemmings. Mr. Sam berdiri kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya.

Pandanganku terhalang pintu sehingga aku tidak bisa melihat orang yang berbicara dengan Mr. Sam.

Mataku bertemu pandang dengan sepasang mata biru seorang laki-laki yang mengingatkanku pada kejadian di Brooklyn kemarin. Salah satu sudut bibirnya tertarik membentuk smirk setelah mengamatiku dari atas ke bawah.

Mr. Sam berdiri di samping lelaki itu. "I guess both of you have never seen each other before."

Aku tidak merespon karena pikiranku sedang tertuju pada lelaki dihadapanku ini. Lelaki itu memainkan lip pearcing-nya sambil menatapku tajam.

"No. We met yesterday," ujar lelaki itu tiba-tiba.

Oh.

"It's good then. So, Luke, Lily will help you from now on. I hope you can pull together."

Luke kembali menyeringai. "Of course we will."

Aku tidak berkata apa-apa sampai laki-laki itu mengulurkan tangannya kearahku. Senyum mengejek masih terpampang di wajah menyebalkannya.

Dengan cepat kujabat tangannya dan sedetik kemudian kulepaskan, tapi tangannya menahan tanganku cukup kuat. Kulihat matanya menatapku dalam. "I'm Luke Hemmings. Nice to meet you, Lily Addison."

-----

LUKE

Kutatap mata coklatnya sekali lagi lalu melepaskan genggamanku di tangannya. Kemarin Ashton sempat memberitahuku nama gadis yang menabrak dan menumpahkan minumanku, jadi aku langsung mengingat namanya begitu melihatnya didalam ruangan Mr. Sam.

You already know the reason why I'm here. You won't believe me if I say I'm a medical student. Orang yang baru mengenalku pasti langsung tertawa begitu aku menjawab apa jurusanku di universitas. You've never seen a doctor with a lipring, right?

Sebenarnya bukan aku yang memilih jurusan ini. My father did. He's an outstanding doctor in town, jadi ia juga ingin anaknya menjadi penerusnya. But it doesn't mean I study hard. I never study any of this shit. Aku jarang masuk kuliah, jarang mengumpulkan tugas, sering dipanggil dosen, dan kali ini adalah salah satu contohnya.

Tadi pagi bapak tua itu menelpon dan menyuruhku datang ke ruangannya. Dan didepan pintu tadi ia mengatakan kalau ia akan mengenalkanku dengan salah satu mahasiswi terpandai agar bisa mengajariku. Dan siapa yang mengira kalau mahasiswi itu adalah gadis menyebalkan yang sudah berhasil membuatku naik darah di awal bertemu.

"Good," kulihat Mr. Sam tersenyum, "You can arrange your schedule yourselves. I will have my next class in 10 minutes, both of you can leave now."

Setelah diusir secara halus oleh bapak tua itu, aku segera keluar tanpa mempedulikan gadis bernama Lily itu. Sepertinya setelah ini aku akan pergi ke Brook-

"Mr. Hemmings!"

Kuhentikan langkahku kemudian berbalik. Lily yang berjarak lima meter dariku mulai berjalan mendekat.

"What?" tanyaku malas.

"Kapan kita bisa mulai?" tanyanya, sama datarnya dengan suaraku.

Is she serious? Kukira setelah kejadian kemarin ia tidak mau melihat mukaku lagi. Aku hanya mengangkat bahuku. "We're not gonna start, okay? I don't wanna see you anymore."

Aku kembali memutar tubuhku agar bisa segera pergi, tapi tangan gadis itu menahanku. "Kau pikir aku tidak muak melihat wajah menyebalkanmu itu?" gadis itu memutar bola matanya, "Kalau bukan gara-gara Mr. Sam aku pasti tidak akan bersedia mengajarimu."

"Then it's clear, right? Both of us don't wanna see each other. Jadi jangan pernah menghampiriku dan membahas hal bodoh ini."
Kutinggalkan gadis itu sendiri dan segera pergi ke Brooklyn.

-----
Lanjut nggak, nih?




Dirty Blonde | L.H.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang