7. What Happen Devanio?

18 3 0
                                    

Rinai pov

Setelah balik kekantin bareng kak Jevan, gue langsung buru buru masuk kelas, well gue takut dihukum lagi

Jam pelajaran terakhir gue Kimia. bersama guru yang gue suka yaitu bapak Wijaya, sumpah setiap dia ngajar gue jadi semangat banget, gurunya tuhh ya pinter, rapi dan pastinya cakep 

Entah kenapa setiap ngeliat dia ngajar gue sangat terpesona, mungkin dia punya aura yang bagus buat menarik perhatian gue, bukan! Gue bukan naksir sama nihh guru tapi gue suka aja cara dia ngajar, enjoy dan nggak kaku

Gue berbalik menatap cleo dan ternyata dia sedang menatap gue daritadi

"Kenapa lo? Naksir sama gue?" Tanya gue
"Ewww yakali gue naksir samalo! Lo kali yang naksir sama tuhh guru" 

"Hahh? Gila aja lo! Ya nggak mungkinlah, gue masih waras kali"
"Habisnya lo setiap ngeliat tuhh guru senyum senyum mulu kaya orang gila, merinding gue"

"Yaampun cleo, gue tuhh cuma kagum aja cara dia ngajar, rasanya tuhh ya, pelajarannya ini nyangkut terus diotak gue, jadi gue inget mulu"

"Yaayaa whatever!" Gue kembali meneruskan kegiatan gue, memperhatikan guru yang menerangkan didepan dengan tampang yang seolah olah mengerti

setelah 90 menit jam pelajaran, Bel istirahat bunyi
Kali ini gue bakal ke kelas kak devan dan nagih penjelasan dari dia

Gue bergegas lari kekelas kak devan yang beda tiga lantai dari kelas gue
Bayangin! TIGA LANTAI!

Karna gue masih kelas sepuluh, kelas gue masih dilantai satu, berhubung gue satu jurusan sama kak devan, jadilah kita satu gedung

Gue menaiki tangga dengan susah payah dan mencari kelas kak devan

XII Ipa I, nahh ketemu!
Yayaa gue akuin abang gue ini emang cerdas, beda sama gue

Gue masuk kedalam kelasnya dan melihat dia sedang ngobrol bareng Kak Nata, duhh bisa bisa jadian beneran nihh orang dua
Gue menghampiri mereka

"Ekheemmm" mereka berdua melihat gue
"Ehh kak Nata apa kabar? Wahh makin cantik ajanihh!" Dan dia senyum kegue

Gue melihat kak devan menatap gue dengan pandangan bingung

Kak Nata itu cantik, tinggi, kulit nya sawo matang, badannya berisi dan rambutnya pendek tapi tebel, menurut gue dia ini terlalu sempurna buat deket sama kak devan, kalian tau sendiri kak devan itu gimana

Gue memang adek yang kurang ajar ya

"Apaan sihh rinai?" Itu suara kak devan
"Nggak ada apa apa, cuma pengen main kesini"

"Ngapain sihh lo? Uda sana balik kekelas lo, ganggu aja dehh"

Gue menatap tajam kearah kak devan, dan yang ditatap kembali menatap gue dengan malas

"Lo nggak ngerasa bersalah banget sihh! Nggak bertanggung jawab bangetlo jadi abang! Lo kira apaan ninggalin gue? Pake duluan lo kesekolah, lo tau gue dihukum buk vanya berdiri dilapangan dua jam pelajaran, Rinai capek tau nggak, lo kemana sihh devanio?"

Nggak penting dia abang gue atau bukan, Tanpa gue sadara air mata gue menetes dan gue mulai terisak

Gue sebenernya nggak mau marahin kak devan dan nangis kegini, tapi dia uda keterlaluan, emangnya ada yang lebih penting dari gue?

Kak devan menatap gue khawatir tanpa mengeluarkan satu katapun

"Duhh rinai udadong jangan nangis, semua gara gara kakak kok, kakak yang suruh kak devan buat jemput kakak pagi pagi buat diskusiin materi buat Ujian Nasional kita nanti, jangan marah sama kak devan ya, kakak nggak tau bakal kegini kejadiannya" itu suara kak Nata yang mencoba memeluk gue

My HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang