13. His Attention

9 2 0
                                    


Senin, 06.45 WIB

Rinai sudah bersiap dengan ransel dipunggungnya, yang ia butuhkan hanyalah memakai sepatu dan setelah itu berangkat sekolah

Dilihatnya jam yang melingkar manis di tangan kirinya, jam menunjukkan hampir pukul tujuh

Dia menyalim bundanya, setelah itu dia pun bergegas untuk pergi 

didepan rumahnya sudah terparkir mobil sedan hitam milik Jevan. ya, hari ini mereka janjian untuk berangkat sekolah bareng

"lama banget, gue udah daritadi nunggu"

"kak Jevan kali yang kecepatan, jam tujuh aja belum"

"yauda buru masuk, ngomel mulu kaya nenek lampir" Rinai yang malas bertengkar pagi pagi hanya mendengus sebal dan dengan segera masuk ke mobil Jevan

Tak lama mobil tersebut sudah melaju membelah kota Jakarta menuju sekolah mereka

sementara didalam mobil, Jevan tak henti hentinya mengusik Rinai dengan ocehannya yang nggak bermutu

"Nay lo belum mandi ya? mobil gue bau banget kayanya"

"lo kali yang belum mandi, tuhh belek lo masih nyantol" seketika itu Jevan gelagapan dan langsung menyentuh sudut matanya

"mana? nggak ada? iss lo ngerjain gue ya?" Rinai pun tertawa lepas karna berhasil ngerjain Jevan, tetapi yang dikerjain malah ngambek

"gue cuma bercanda, gakusah sok ngambek gitu" Jevan diam, melihat atmosfir disekitarnya berubah, Rinai pun ikutan diam

lima belas menit mereka pun sampai di pekarangan sekolah, Jevan menjalan kan mobilnya menuju parkiran, setelah selesai dengan urusan parkir memarkir merekapun keluar dari mobil dan menuju koridor sekolah, hari ini mereka akan melaksanakan upacara bendera

bisikan bisikan mulai terdengar di telinga mereka

"kak Jevan kok sama Rinai mulu sihh?"

"aku juga mau jadi Rinai, nempel terus sama kak Jevan"

"Rinai pake pelet apa ya bisa buat kak Jevan nempel terus"

Jevan yang sudah terbiasa memilih acuh terhadap mereka, sementara Rinai yang mulai jengah pun menatap mereka tak suka, satu ide muncul di kepalanya

"kak J, bentar duluu, kaki Rinai sakit banget" tiba tiba Rinai berhenti dan menekuk kakinya ke lantai. Jevan yang melihat itupun langsung mengalihkan perhatiannya kepada Rinai

"hah sakit? perasaan lo tadi baik baik aja" Rinai mendelik

"sumpah ini sakit banget kak J, mau mati rasanya" Jevan semakin bingung ketika melihat Rinai mengedip ngedipkan matanya, Jevan yang tak paham pun memilih membuang mukanya dan memperhatikan sekeliling, dan dia kembali menatap Rinai

"lo kenapa sihh nay, kakilo kenapa? sini gue lihat" mereka menjadi bahan tontonan sekarang, dan Rinai tersenyum senang

"kakilo kayanya terkilir, ayok ke uks, lo bisa berdirikan?" Rinai menggeleng

"yauda gue gendong aja" murid murid yang mendengar nya pun semakin berteriak histeris, bukan hanya mereka, Rinai yang tak percaya dengan apa yang dikatakan Jevan pun ikut melongo, dia sudah terlalu jauh ternyata

"ehh ehh nggak usah" 

Belum sempat Rinai menolak, Jevan sudah mengangkatnya ala Bridal, sontak semua siswi berteriak heboh karna apa yang dilakukan Jevan sungguh membuat mereka terkejut, Jevan tak perduli, dia fokus membawa Rinai yang ada di gendongannya menuju Uks, dan Rinai hanya bisa menyembunyikan mukanya yang memerah di dada bidang milik Jevan

My HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang