Chapter 25

7 2 0
                                    

"Kau bahkan tidak mempersiapkan hal seperti itu? ya tuhan!" Lin merasa jengkel.

"Kau sendiri juga tidak kan?" Balas Mike. Mereka berdua tampak kebingungan memikirkan sebuah nama untuk kedua anaknya.

"Bagaimana dengan gabungan nama kita?" tanya Mike.

"Tidak. Cukup bodoh, sebaiknya kedua anak ini diberi nama yang jauh dari nama kita. Polisi tidak akan tahu" Tolak Lin.

"Kau tahu? Polisi bahkan sudah tahu kalau kita sudah punya anak". Dalam benak Lin, ia merasa ada benarnya pernyataan dari suaminya. Namun apa boleh buat jika mereka berhasil lolos dari kejaran Polisi tanpa mengetahui nama asli anak mereka.

"Paul.."

"Paul Abbott!" Lin menoleh ke Mike.

"Paul Abbott Zevannia! kita bisa memanggilnya Abbott, ia mirip sekali denganku seperti yang kau bilang kan?" Mike terlihat bersemangat memberi nama itu.

"Baiklah. Abbott. Sekarang aku yang akan memberi nama yang satu ini" Lin memalingkan wajahnya menghadap ke bayi yang Daniel perhatikan tadi.

"J.. Jenelle?" Tanya Lin.

"Tidak" Mike menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jenny?".

"Tidak".

"Jenalle?".

"Hm, tidak".

"Jelly?"

"Tidak! nama itu bisa mudah membuatku lapar".

"Je..." Lin menghela nafas mencari-cari tahu nama yang tepat untuk bayinya yang satu lagi.

"Jeanna!" Teriak Lin bergembira. "Jeanna Hathaway Zevannia!".

"Nama yang indah" Mike turut senang mendengarnya.

Dibalik semua yang Mike dan Lin perbincangi, Daniel dan Anya mendengar semua hal tersebut dengan tidak percaya. Namun Daniel baru saja teringat kalau map yang pernah ia berikan pada Jeanna, adalah map riwayat hidup 'Michael atau Mike' di hadapannya.

Selama ini ayah Jeanna adalah seorang psikopat yang senang memain-mainkan organ tubuh manusia. Daniel tidak pernah memikirkan itu. Jika saja ia menyadarinya sebelum sampai disini, Kondisi Jeanna mungkin tidak seburuk hingga kini.

"Kita harus cepat pergi dari sini.." Ucap Daniel yang memundurkan langkahnya sambil terlihat shock.

Ketika Daniel menabrak dinding belakangnya, ia sudah berada di tempat lain.

Seakan dunia kembali berputar dengan cepat. Namun rasanya dua kali lebih cepat mereka memerhatikan Dunia lain 'flashback' itu. Mereka bisa melihat kalau Lin dan Mike seperti berada di dalam sel tahanan.

Besi-besi mengkilap berbaris rapih menjadi objek yang membosankan bagi para tahanan. Lin dan Mike terlihat pucat dan lemas dari sebelumnya. Tidak berbicara dan saling bertolak pandangan. Seperti mereka sudah lelah berbicara satu sama lain.

Kembali dunia berputar menjadi tempat yang mengerikan untuk di pandang. 

Di Sudut pohon yang mendeskripsikan kalau tempat itu adalah hutan. Anya dan Daniel bisa merasakan dedaunan yang menyelimuti sepatu mereka.

Lin terlihat terengah-engah membawa suatu karung yang besar. Juga meninggalkan bercak-bercak merah di sekitarnya.

Di seberang hutan terdapat danau yang luas. Cukup bagus untuk berkemah di dekat sana. Lin membuka karung itu dan keluar sebuah potongan daging yang tidak di ketahui daging apa. Ia melemparkan semuanya kedalam danau tersebut,

"Kini aku bisa hidup tenang" Lin menyeringai sambil membiarkan karung itu ikut terbenam.

Lalu ia pergi dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bahagia.

Daniel dan Anya pun penasaran. Mereka memutuskan untuk berjalan menuju danau itu dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang barusan ia lakukan?" Tanya Daniel pada Anya.

"membunuh orang pastinya" Jawab Anya sambil menyilangkan tangannya. Mereka masih memerhatikan air keruh tersebut.

Tidak banyak yang mereka lakukan, hanya berdiam memandang sekeliling hutan. Sekali-kali Daniel melempar batu ke danau itu. Sementara Anya hanya duduk di dekat tempat Daniel berdiri. Ia duduk dengan posisi kaki menggantung di atas air.

"Sekarang apa?" Daniel menghela nafas.

"Dunia tak berputar lagi. Apa kita terjebak disini?".

"Entahlah. Aku benar-benar ingin pulang" Anya menyeringai.

"Sejujurnya, aku agak menyesal menjadi Paragnostnya".

"Siapa? Anya?" Tanya Daniel yang kemudian Anya mengangguk.

"Kau kan sudah menjadi seorang yang memiliki pengetahuan lebih tentang hal 'itu'. Dan pasti kau harus bertanggung jawab juga atas semuanya" Daniel memutar balikkan tubuhnya, membelakangi Anya.

"Aku tahu" Ucap Anya pasrah.

"Dan lagipula, aku yakin kita tidak akan mati disini" Ujar Daniel ingin mencoba membuat Anya tenang.

"Kau punya anak?" Tanya Daniel yang tiba-tiba merubah topik pembicaraan.

"Anya?" Panggil Daniel.

Tidak ada jawaban.

"Anya?" Panggil lagi Daniel yang membuatnya harus memutar balikkan tubuhnya menghadap punggung Anya.

Tubuh Anya berguncang hebat. Seperti ia baru saja tersambar petir. Ia tetap tidak menoleh.

Penasaran mengapa Anya membeku secara tiba-tiba, Daniel mengambil langkah melihat apa yang Anya pandangi.

"Kenapa?" Daniel melihat mata Anya yang terbelalak. Anya membalasnya dengan menunjuk ke arah air danau.

Seketika Daniel merasakan aura yang panas menyelimuti tubuhnya.

Wajah Mike yang bergerak sendiri bersama potongan tubuhnya terpampang jelas dalam air keruh tersebut.

IMMORTAL SUICIDE : the next victimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang