Chapter 13

14 4 0
                                    

Televisi?!

Tunggu, ada yang tidak beres. Jeanna merasa ada yang ganjil terhadap sesuatu. Ia sudah mematikan televisinya tetapi mengapa bisa menyala lagi? ia bersikeras untuk tetap tenang dan tidak memikirkan hal yang tidak aneh-aneh seperti di rumahnya.

Berjam-jam Jeanna habiskan waktunya dikamar sambil bermain ponsel atau menonton televisi. Sedih rasanya tidak memiliki teman untuk bermain atau mengobrol di rumah. Itu mungkin sebabnya ia menjadi acuh tak acuh seperti ini.

Lantai rumah yang terbuat dari marmer itu mengkilap dengan sempurna. Daniel pasti orang yang rajin membersihkan rumah. Jeanna berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang sedikit berminyak itu.

Hanya terdapat dua sabun cuci muka. Ia memutuskan untuk menggunakan punya Daniel karena terpaksa. Sebelum hendak mencuci wajahnya, terlebih dahulu ia baca keterangannya di balik tempat sabun itu sambil tertunduk.

"Baik digunakan untuk wajah yang berminyak.." Ujar kemudian melihat ke cermin.

"Aku tidak tahu kalau Wajahnya bisa berminyak juga hm" cengirnya.

Asap hitam seperti mengepul yang terlihat tidak jelas membelakangi Jeanna selagi berdiri tegak. Jeanna langsung menoleh dan tidak melihat ada apa-apa kecuali kloset dan shower. Kembali ia mencuci wajahnya namun dengan terburu-buru. Ia melihat cermin itu lagi. 

Seperti yang dialaminya kemarin-kemarin. Orang itu telah datang kembali. Tetapi kali ini jauh lebih menyeramkan. Tetap sama memakai baju hitam, tetapi bajunya seperti telah di cakar atau disobek oleh sesuatu, matanya tetap hitam legam menatap kosong, urat-urat dikulitnya lebih terlihat, terutama di leher, dan ekspresinya juga terlihat seperti marah.

Jeanna mengenggam pisau cukur di hadapannya dan mencoba menusuk siapapun itu dibelakangnya. Tidak terasa apa-apa! tembus seperti angin. Ketika ia menoleh kebelakang ia tidak berada di sana, tetapi ketika ia melihat ke kaca ia diam menatap Jeanna.

"APA YANG KAU MAU!" Teriak Jeanna sekeras mungkin.

Dibalik kaca, orang itu mengangkat tangannya dan mulai berbicara dengan bahasa yang tidak jelas.

"ayntujnales uak, ayntaas hadus GNAMEM!" Bisikan kecil yang hanya terdengar di telinga Jeanna seperti sedang membacakan suatu mantra.

Cengkraman yang keras tepat di leher Jeanna. Ia tidak bisa berteriak tolong. Mata Jeanna Menatap keatas seolah bola matanya akan memutar menjadi warna putih seutuhnya! orang itu sudah muncul dengan wujud nyata, tidak lagi dari cermin. Tembok yang keras dihantam oleh kepala Jeanna. Diangkat tubuhnya keatas sehingga tidak menginjak lantai lagi. Darah yang sedikit bercucuran melewati dinding putih itu menyebabkan berubahnya warna menjadi merah muda.

"JEANNA!".

Teriak seseorang dibaliknya. Daniel datang dan berlari keatas. Ia langsung pergi menuju ruangan dimana ada suara hantaman yang keras. Baginya, ia melihat Jeanna mencekram lehernya sendiri namun dimata Jeanna ia melihat orang itu yang mencekramnya.

Daniel berlari dan mencoba melepaskan tangan Jeanna yang sulit untuk dilepas. Pada akhienya ia berhasil melepaskan tangan Jeanna dan jatuh bersamaan ke lantai.

"Jeanna! oh sial! lihat aku, lihat mataku. Kau bernafas pelan-pelan"

Ia tidak bisa berbicara ataupun bernafas. Kepalanya yang di taruh di lengan Daniel membuat tangannya menjadi basah berlendir akibat darah Jeanna. Suaranya sudah seperti memiliki penyakit asma.

Segera Daniel gotong tubuh Jeanna dan pergi ke rumah sakit.

***

IMMORTAL SUICIDE : the next victimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang