inilah saat dimana jantung Daniel berdetak dengan cepat. sontak ia menyalakan korek api yang terdapat di kantongnya celananya.
payung yang tergantung di dinding, ia rampas begitu saja. ia angkat tongkat tersebut kemudian berjalan mendahului Carl dan Anya. tidak lama, saat mereka sudah hampir sampai di pintu belakang, teriakan seorang perempuan menyaring seluruh ruangan.
"AAAAHH!!".
serentak Daniel dan Carl menoleh kebelakang. samar-samar terlihat Anya melayang ke belakang dengan cepat seolah sesuatu telah menariknya sehingga ia terlihat terbang.
Carl berlari dengan cepat mengejar Anya, tetapi hal itu sudah terlambat karena ia ditarik hingga dibawa ke lantai atas. malangnya, ia ditarik sekaligus dibanting ke dinding hingga pajangan-pajangan di rumah Jordan pun terjatuh pecah.
"ANYA!!" teriak Carl hingga teriakan Anya tidak terdengar lagi sekalipun.
"kita harus menolongnya!" ucap Carl.
"tetapi aku tidak mau mati disini.." jawab Daniel dengan polos.
"jikalau kau menjadi dia, kau pasti juga takkan mau mati! kita harus menolongnya!" bantahnya.
dengan berat hati Daniel harus membantunya. mau tak mau, Anya juga terlibat dalam kasus Jeanna. Daniel menyodorkan Carl payung yang dipegangnya itu.
"kau akan membutuhkan ini, aku lihat diujung sana ada pisau daging. aku akan mengambilnya" ucapnya sambil menunjuk ke dapur.
hujan masih turun, tidak mungkin seseorang tidak merinding jika berada di dalam sana. sama seperti yang dirasakan Daniel saat memasuki dapur sendirian. sementara Carl berada diruangan lain mencari alat yang lebih tajam untuk berjaga-jaga.
segera ia ambil pisau daging di dekat wastafel cuci piring kemudian memperhatikannya, sepertinya ia mendapati sesuatu yang membuatnya segera beranjak membuka semua laci-laci di ruangan tersebut. siapa tahu terdapat lilin disana. berkali-kali ia buka laci di bawah maupun diatas lemari, tidak ada apa-apa.
"Ah! payah!" emosinya memuncak.
disaat ia membuka laci terakhir, terdapat barang-barang seperti alat kerja. namun ada sebuah tabung kecil yang tinggi berwarna merah neon menarik perhatiannya.
ia raih dan memeriksa apakah tombol tersebut menyala atau tidak.
"senter!" teriak Daniel bergembira dan langsung pergi meninggalkan dapur itu. ia meneriaki nama Carl tetapi tidak ada yang datang, hanya keheningan yang menemaninya. sekejap ia melihat bayangan dari kejauhan di dekat sofa tadi ia duduki bersama Carl dan Anya.
mengejutkan! dua bola mata menyala dikegelapan di balik sofa. tangannya mulai bergetar ketika ingin mengarahkan senter itu ke sofa. sosok itu loncat seperti merasuki tubuh Daniel.
ia memberontak lalu menampar makhluk itu dan yang ia rasakan adalah bulu-bulu halus yang padat seperti boneka. makhluk itu terjatuh terpental dan mengeluarkan suara seperti auman yang marah. ternyata hanya kucing hitam yang ingin menerkam Daniel.
"kucing nakal!" gumamnya.
kucing itu menatapnya lurus tanpa berkedip, mata tajamnya tidak berhenti memandang Daniel yang jauh satu meter darinya."apa yang kau lihat?!" tanya Daniel pada kucing itu seperti seorang jagoan.
"kau mau berkelahi heh?" ucapnya. kucing itu langsung mengeluarkan suara aneh yang berbeda dengan kucing lain. seperti suara halus wanita bercampuran dengan suara geraman dan suara cekikan anak-anak.
Daniel langsung terkejut melihatnya. matanya membesar melihat kucing tersebut yang hanya duduk diam memandangnya dari tadi. peluh-peluhnya mulai berjatuhan detak jantungnya mulai berdetak lebih kencang dari sebelumnya. gigi-giginya pun bergemeretak. sungguh jika kau berada disana kau bisa merasakan betapa hebatnya pundakmu mulai merinding!
bulu kuduknya pun juga ikut naik, ia menggenggam erat senternya dan mengejapkan mata. perlahan-lahan ia putar badannya kebelakang dan membuka matanya untuk melihat apa yang ada dihadapannya.
karena ia tahu, suara itu bukan berasal dari kucing tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMORTAL SUICIDE : the next victim
Misteri / ThrillerWas Inside The Case.. Gadis itu sudah diikuti oleh seorang misterius yang akan segera berlanjut ke korban selanjutnya. "Kau mencari sesuatu?" Orang misterius itu membuatku terkejut ketika ia menepuk pundakku. "Uh ya... aku mencari buku sejarah Pak...