Chapter 1

126 9 0
                                    

"Jeanna!" Teriak sahabat laki-lakinya dari belakang.

"Kemana saja kau? kok kelihatan lesu? sudah tiga hari kau absen, aku mencoba menghubungimu tapi ibumu berkata kalau kau tidak ingin diganggu". Tanpa jeda, Daniel Robert menyerang Jeanna dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya pusing seketika.

"Tidak apa-apa." Jawab Jeanna Zivannia yang biasa dipanggil dengan sebutan Jeanna.

"Hey aku ini sahabatmu. Kau sudah biasa cerita denganku kan?"

Jeanna yang sedang memeluk erat beberapa buku di tangan kanannya, tidak menjawab satu katapun dan langsung pergi meninggalkan Daniel tanpa merasa bersalah. Langkah Daniel pun berhenti, ia akhirnya memilih untuk membiarkan temannya yang sedang bersikap aneh itu pergi.

Jeanna berlari cepat ke belakang gedung sekolahnya dan menuju daerah hutan. Berhubung letak sekolahnya yang dekat dengan hutan, Damsel High School Comunity itu memiliki fasilitas yang bisa dibilang unik dengan pengawasannya yang ketat sehingga mereka memiliki security berjumlah puluhan. Meskipun begitu, Jeanna adalah orang yang cerdik dan sangat lincah. Ia selalu berhasil meninggalkan rumah dan sekolah tanpa setitikpun jejak.

Suara salju-salju di tanah terdengar keras oleh langkah Jeanna, karena pada saat itu adalah musim dingin. Rasanya ia ingin membolos kelas lagi untuk yang keempat kalinya. Padahal ia baru saja sampai di sekolah.

"Aku memerlukan sesuatu yang hangat." Gumamnya seraya memasukkan buku-buku ke dalam tasnya. Akhirnya ia memutuskan pergi ke tengah kota yang tidak jauh dari tempat ia berdiri sekarang. Ia berjalan dengan cepat sehingga syal kesayangannya jatuh berulang kali.


Ketika sampai di dalam kedai kopi langganannya, ia langsung membeli kopi susu hangat. Beruntungnya, ia tidak sedang memakai baju seragam. Jika saja ia sedang mengenakan seragam sekolahnya, mungkin ia sudah dilirik orang lain karena tidak mungkin ada anak sekolah berkeliaran tanpa takut telat maduk kelas. Jeannapun mengeuarkan ponselnya dan memeriksa apakah ada yang mengiriminya pesan.

Tak lama kemudian, muncul sebuah pesan dari sahabatnya, Daniel.

Daniel : Ssssttt kemana saja kau?! ini sudah masuk jam pelajaran kedua kau tahu.

Daniel : Hey jawab pertanyaanku Jeanna! Mrs. melly menanyakanku tentang keberadaanmu! Dan aku tidak tahu harus jawab apaaa.

Daniel : Oh ya! kau pasti kabur! aku tahu itu Jean...

Daniel : Baiklah, aku akan meneleponmu nanti awas saja kalau tidak kau angkat!

Jeanna meminum sedikit kopinya yang mulai dingin dan kemudian membalas pesan dari sahabatnya.

Jeanna : Aku sedang ingin sendirian, Dan.

Jeanna : Kau tidak perlu mencariku. Dan aku tidak akan menjawab pesanmu lagi setelah ini. Maafkan aku.

Jeannapun menutup dan memasukkan kembali ponselnya yang mungil dan canggih hanya pada masanya itu ke dalam tas. Hal yang ia lakukan selanjutnya adalah memandang pemandangan kota yang tidak terlalu ramai. Memandang kota selagi menghirup udara pagi yang masih bersih adalah salah satu kesukaan Jeanna.

Syalnya yang kembali jatuh membuat ia teringat kepada ibunya yang pergi meninggalkan Jeanna pada saat ia masih kecil. Syal ini khusus dibuat oleh ibunya. Warna biru dan sedikit sentuhan warna putih menghasilkan perpaduan warna yang indah. Tak lupa aroma khas yang selalu menguar dari syal tersebut meskipun syal itu sudah dicuci berkali - kali. Syal itu adalah satu - satunya kenangan tentang ibunya yang. Jika ia kehilangan itu, maka ia akan merasa kehilangan semuanya.

Bagi sosok Jeanna, tak ada lagi hal menyenangkan yang tersisa di kota Georgina. Ayahnya yang merupakan orang tua satu - satunya yang ia miliki, selalu meninggalkan Jeanna seharian. Dan hanya kembali saat malam hari. Belum tentu jika ayahnya pulang, ia akan menyapa putri satu-satunya itu. Jeanna merasa hidup sendirian. Hanya Daniel dan anjingn peliharaannha yang senantiasa melengkapi hidupnya. Dan itupun hanya sementara. Tak ada yang benar - benar memahami seorang Jeanna.

Sebenarnya, ada satu lagi anggota keluarganya. Tetapi, ia tidak sudi untuk mengakui bahwa orang itu adalah bagian dari hidupnya.

Langit yang tadinya berwarna biru gelap, kini perlahan - lahan berubah menjadi terang. Dan itu membuat Jeanna dilanda rasa kantuk yang berat. Tak lam kemudian, Jeannapun tertidur dengan posisi kepala yang ia telungkupkan di kedua lengannya.

 Tak lam kemudian, Jeannapun tertidur dengan posisi kepala yang ia telungkupkan di kedua lengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hahahaha.."
"Kita akan terus bersama, iya kan?"
...
"Apa yang kau lakukan?!"
"Maafkan aku..."

Suara - suara itu terasa memutari kepala Jeanna berulang kali. Membuat ia pusing meskipun ia sudah tidur sangat lelap dan tidak ada lagi terdengar suara orang di sekitarnya.

Sebuah tangan dingin yang lembut menyentuh pundak Jeanna. Sentuhan itu terasa seperti menembus pundaknya, walaupun ia masih bisa merasakannya. Dalam tidurnya, ia bisa merasakan seseorang yang membangunkannya dan berkata,

"Kau kehilangan sesuatu."

IMMORTAL SUICIDE : the next victimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang