Part 3

643 41 1
                                    

"Namamu mirip sekali dengan nama almarhumah istri saya. Selain itu kecantikanmu, sama persis sepertinya. Mungkin kalian diciptakan kembar," puji Iqbaal.

"Mana mungkin kalau saya saudara kembar dari istri anda. Saya saja masih kuliah," jawab (namakamu) polos.

"Kamu ini lugu banget. Masih polos. Engga seperti anak kuliahan jaman sekarang," ujar Iqbaal.

"Tant... eh... maksudnya Bunda, ikut Thalia ke kamar Thalia yuk," ajak Thalia dengan menarik lengan (namakamu).

"Ya udah yuk. Eh iya, tante belum tau nama kamu. Nama kamu siapa adik cantik?" Tanya (namakamu) yang mulai akrab dengan Thalia.

"Gita Thalia Putri Dhiafakhri. Panggilannya Thalia. Kalo paman yang kacamataan itu namanya Paman Aldi. Nah kalo Paman yang embul itu namanya Paman Kiki," kata Thalia memperkenalkan dirinya dan juga paman-pamannya.

(Namakamu) pun tersenyum pada Aldi dan Kiki. (Namakamu) mengikuti langkah Thalia yang pergi menuju kamar tidur Thalia.

Ketika masuk ke dalam kamar tidur Thalia, (namakamu) tertegun. Kamar tidur untuk anak usia 5 tahun itu sangatlah luas. Bahkan, di dalamnya ada satu set sofa. Semua furnitur kamar itu bergambar Putri Sofia. Thalia hanya tersenyum ketika melihat (namakamu) tertegun.

"Kenapa Bunda? Kamar Thalia berantakan ya?" Tanya Thalia.

"Dikit sih... beresin yuk," ajak (namakamu).

Thalia mau membereskan kamarnya bersama (namakamu). Mereka tampak akrab sekali.

Setelah selesai membereskan kamar Thalia, (namakamu) duduk di sofa. Ia membuka handphone yang sedari tadi bergetar. Ternyata, banyak sms dari Salsha yang belum dibuka.

"Dasar bawel, penakut. Masa di kost sendirian ga berani sih?" (Namakamu) ngedumel.

Thalia melihat casing handphone (namakamu). Thalia terkekeh.

"Kenapa Tha? Ada yang lucu ya?" Tanya (namakamu).

"Engga kok Bun. Tapi beli casing handphone Sofia gitu di mana?" Tanya Thalia.

"Eh, jadi malu. Bunda juga lupa sayang," (namakamu) gelagapan.

"Yah... padahal kalau bunda inget, Thalia juga mau beli di situ sama Ayah," Thalia cemberut.

"Suka banget ya sama Sofia? Emang kenapa?" Tanya (namakamu).

"Suka aja. Aku juga pengen jadi princess buat Ayah. Ayah raja di keluarga ini," jelas Thalia.

"Berarti kalau Bunda beneran nikah sama Ayah kamu, jadi ratu dong?" (Namakamu) bertanya dengan polos.

"Iya dong," jawab Thalia.

Iqbaal mendengar percakapan (namakamu) dan Thalia. Iqbaal sengaja ingin membuat terkejut (namakamu) dan Thalia. Iqbaal membuka pintu kamar yang tertutup.

"Aku mendengar percakapan kalian berdua. Thalia emang mau punya Bunda (namakamu)?" Tanya Iqbaal.

Thalia spontan mengangguk.

"Kalau begitu, Ayah akan pikirkan dulu. Mungkin saja Ayah setuju," ucap Iqbaal.

"Yey! Asyik! Aku sayang Ayah!" Thalia girang. Thalia langsung memeluk ayahnya dengan erat.

"Aku tinggal dulu. Ada urusan penting di kantor. Sebentar lagi waktunya Thalia tidur siang. Pastikan dia tidur," ucap Iqbaal pada (namakamu).

"Iqbaal!" Panggil (namakamu).

"Ya, (namakamu)?" Respon Iqbaal.

"Kebiasaan dia sebelum tidur apa?" Tanya (namakamu) dengan menunjuk Thalia.

"Dia tidak punya kebiasaan khusus. Namun, pastikan semua boneka hewan miliknya juga ada di ranjang. Satu saja tidak ada, dia tidak akan nyenyak tidur. Pastikan kamu belum pulang sebelum aku pulang," kata Iqbaal. Gaya bicaranya tiba-tiba berubah jadi 'Aku Kamu' yang biasanya di lakukan muda mudi jaman sekarang.

Saat Iqbaal pergi, Thalia sudah langsung berbaring di ranjangnya yang penuh dengan boneka.

"Wah... udah siap buat tidur aja. Takut Ayah marah ya?" (Namakamu) bertanya.

Thalia mengangguk. Sepertinya ia memang sangat takut pada ayahnya.(namakamu) tersenyum dan mencoba menyelimuti Thalia.

"Sudah... kamu sekarang tidur ya," pinta (namakamu) halus.

"Bunda (namakamu) mirip kayak Bunda Tania. Nama belakangnya aja udah sama. Bunda (namakamu) juga baik kayak Bunda Tania," ujar Thalia.

"Jadi, nama Bunda kamu itu Tania (namakamu)?" tanya (Namakamu) polos.

Thalia mengangguk. "Bunda, aku boleh cerita sebentar?"

"Tentu boleh sayang," jawab (namakamu).

"Bun, ayah itu galak banget. Apapun yang Thalia lakukan, engga sesuai sama harapan Ayah pasti Ayah langsung marah. Jadi aku takut kalau Ayah udah nyuruh-nyuruh," Thalia bercerita.

"Kalau Ayah nyuruh kamu, lakukan saja. Tapi kalau kamu engga bisa, minta tolong dengan cara yang baik sama Ayah atau paman-paman kamu," ucap (namakamu).

"Iya deh," jawab Thalia dengan sangat menggemaskan.

"Lagipula, kamu kan anak satu-satunya dari Ayah Iqbaal. Iya kan?" Kata (Namakamu). "Udah gih... kamu tidur dulu ya sayang. Nanti Ayah marah lagi gimana?"

Thalia pun menurut. Akhirnya Thalia pun tidur. (Namakamu) bisa keluar dari kamar Thalia setelah Thalia benar-benar tertidur. Ia pun harus seperti mengendap-endap untuk keluar dari kamar Thalia.

Aldi yang baru saja membuatkan minuman untuk (namakamu) terheran. Ia bingung ketika melihat (namakamu) yang berjalan mengendap-endap.

"Ada apa?" Tanya Aldi dengan keras.

"Ssstt!! Nanti Thalia bangun," ucap (namakamu) lirih.

"Oh... maaf maaf. Ini minuman buat kamu," kata Aldi dengan menyodorkan segelas sirup.

"Makasih," ucap (namakamu).

"Kamu temennya Salsha ya?" Tanya Aldi.

"Salsha? Oh, ya memang. Ada apa ya?" (namakamu) bingung.

"Dia itu orangnya gimana sih?" Tanya Aldi.

"Cantik, pinter tapi agak bawel," jelas (namakamu). "Suka ya sama Salsha?" Tanya (namakamu).

"Ehhh....Eeemmm gimana ya?" Aldi bingung.

The End

Ehh ga deng

TO BE CONTINUED

Iqbaal's KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang