Part 4

669 44 0
                                    

"Ehhh... Emmm... gimana ya?" Aldi bingung.

"Jujur aja. Engga apa-apa kok," ucap (namakamu).

"Ya begitulah. Melajang bertahun-tahun rasanya engga enak," ujar Aldi.

"Lagi curhat masalah cewek lu?" Sindir Kiki.

"Apaan sih lu Bang!" Aldi emosi.

"Eh, udah-udah. Mungkin salah satu penyebabnya itu. Mudah marah itu hal yang paling dibenci sama cewek," jelas (namakamu).

"Jadi gitu ya? Sifat mudah marah aku yang bikin aku terus-terusan melajang?" Aldi takut.

"Mungkin," jawab (namakamu) dengan tersenyum. "Aku yakin kalau Mas Aldi bisa rubah sifat mudah marah Mas. Nah itu salah satu cara deketin Salsha," simpul (namakamu).

"Oh wah... makasih banyak buat tipsnya. Semoga aja berhasil," ucap Aldi.

"Iya," (namakamu) tersenyum manis.

Iqbaal tiba-tiba masuk ke dalam rumah. Ia tampak mencari (namakamu).

"(Namakamu), akan aku antarkan kamu pulang. Mari ikut aku," ajak Iqbaal.

"Ya udah, aku duluan. Mau dianter pulang sama Iqbaal," ucap (namakamu).

" Hati-hati. Salam buat Salsha juga ya," kata Aldi dengan tersenyum.

"Ayo!" Seru Iqbaal. "Eh Di... jagain Thalia. Gua mau anterin (namakamu) pulang," perintah Iqbaal.

"Emang gua Babysitter apa?" Aldi protes.

"Jagain ga?" Iqbaal emosi.

"Iya deh. Iya, gua jagain kok," Aldi pasrah.

"Yuk (namakamu)," Ajak Iqbaal dengan merangkul (namakamu).

(Namakamu) terkejut ketika Iqbaal merangkulnya. Ia menatap tangan Iqbaal yang ada di bahu kanannya. Ia pun tersenyum kecil.

Duda, tapi ganteng sih. Baik pula. Dia sayang banget sama anaknya. Apapun yang dilakukannya itu demi kebaikan anaknya nanti. Isterinya dulu pasti seneng banget punya suami kayak Iqbaal. Batin (namakamu) dengan menatap Iqbaal.

Tak disangka, saat (namakamu) menatap Iqbaal, Iqbaal juga sedang menatapnya. Hidung mereka sudah sedikit menempel. (Namakamu) pun memalingkan wajahnya dengan cepat.

"Kenapa kau menatap ku seperti itu tadi?" Tanya Iqbaal.

"Kamu juga! Kenapa kamu menatapku tadi?" (Namakamu) balik bertanya.

"Karena kamu, cantik," jawab Iqbaal dengan mencolek hidung mancung (namakamu).

Iqbaal membuka pintu mobilnya dan mempersilakan (namakamu) masuk. Iqbaal segera menyusul (namakamu) ke dalam mobil dan akhirnya mereka pergi menuju kost tempat (namakamu) tinggal sementara  ini.

Ketika tiba di kost, Iqbaal menahan (namakamu) yang terburu-buru masuk ke dalam.

"(Namakamu), besok aku jemput kamu di kampus," ucap Iqbaal.

"Iya Om... eh maksudnya Iqbaal," kata (namakamu).

"Ya sudah, aku pulang dulu. Kasian Thalia kalau nyariin," Iqbaal pamit.

"Iya," (namakamu) tersenyum manis.

Iqbaal pun melenggang pergi dengan mobil sportnya. (Namakamu) terkesima melihat Iqbaal yang begitu perfeksionis. Ia pun segera masuk ke dalam sebelum Salsha marah padanya.

"Dari mana aja sih? Di kampus juga ga keliatan," omel Salsha.

"Dari rumahnya Iqbaal," jawab (namakamu).

"Om-Om yang tadi itu? Lu  ga di apa-apain kan sama dia?" Salsha mulai bawel.

"Ye... jangan mikirin yang aneh-aneh deh. Dia baik kok," jawab (namakamu). "Eh, by the way,
Lu lagi ditaksir sama cowo ya?" Tanya (namakamu) menyindir.

"Loh kok Lo tau?" Tanya Salsha terkejut.

"Nama dia Aldi kan? Manager pemasaran di perusahaan yang terkenal itu kan?" (Namakamu) menebak-nebak apa yang sebenarnya ia sudah tahu.

"Eh, eh, eh, kok lo tau semua tentang dia sih?" Tanya Salsha bingung.

"Gua ketemu dia pas di rumah Iqbaal. Ganteng, baik, perhatian, tapi sayang dia perjaka tua.  Kalau diliat dari wajahnya nih, umur dia 30 tahun. Sama dengan usia Iqbaal yang cuma selisih 4 bulan," jelas (namakamu).

"Kok lo bisa tahu tahun lahir Iqbaal sama Aldi sih?" Tanya Salsha.

"Entahlah, aku cuma asal tebak. Tapi kalau diliat dari wajahnya sih umur mereka emang segituan," jawab (namakamu).

"Kalau diliat dari wajahnya waktu pertama gua liat Iqbaal, dia keliatannya sangar banget. Badannya kan kekar tuh, pasti lo di apa-apain deh sama Iqbaal," Salsha menduga-duga.

"Ga usah aneh-aneh deh. Walaupun badan dia kayak begitu, dia orangnya baik kok. Tanggung jawab sama pekerjaan, sayang sama anaknya. Pokoknya dia itu baik banget," ujar (namakamu).

"Eh,eh, jangan jangan lo habis digombalin sama dia, terus lo ngga berhenti muji dia?" Salsha mulai berkata yang aneh-aneh.

"Cih, pikiran lo gitu mulu. Emang dia baik kok. Apa salahnya?" (Namakamu) pergi meninggalkan Salsha ke dalam kamar kost nya.

"Hey! Lo udah bayar uang semester belum?" Salsha menggedor pintu kamar kost yang dikancing oleh (namakamu).

(Namakamu) menepuk jidatnya dengan keras. Ia lupa dengan satu hal itu. Namun, Ia tak mau memberitahu Salsha karena Ia tahu Salsha pasti mengomel.

(Namakamu) berdiam diri di dalam kamarnya. Ia tak henti-hentinya memikirkan Iqbaal.

Ganteng, kaya, tanggung jawab sama pekerjaan, Sayang anaknya. Apa juga yang kurang dari Iqbaal? Iya sih dia duda, tapi anaknya aja pengen punya ibu baru. Dan ibu kandung dia mirip sama gua. Batin (namakamu).

"Eh, napa sih gua mikirin dia? Emang gua apanya coba?" (Namakamu) mengomel sendiri.

Iqbaal's KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang