"Bunda!!" Teriak Thalia cukup kencang.
Iqbaal pun terpaksa keluar dari mobil dan mengejar Thalia yang terus berlari ke arah halte busway. Iqbaal bertambah panik ketika tahu ada busway yang akan melintas saat Thalia menyeberang.
"Thalia!!! Awas!!!" Teriak Iqbaal ketika busway semakin dekat.
Dengan sigap Iqbaal menarik lengan Thalia sebelum Thalia tertabrak busway. Tubuh Iqbaal terjengkang sesaat setelah menarik Thalia ke dalam pelukannya.
"Arghh!" Erang Iqbaal kesakitan.
Hampir semua orang yang ada di halte itu menghampiri Iqbaal dan Thalia yang terjatuh di pinggir jalan. Termasuk juga (namakamu) dan Salsha yang kala itu sedang menunggu busway datang.
"Aduh kasihan banget anak kecil itu. Nyari bundanya aja sampai hampir ketabrak busway," ujar Salsha.
"Untung aja ada ayahnya. Coba kalau engga? Ayahnya pasti ngerasa kehilangan banget," timpal (namakamu).
"Bun... bunda?? Kok bunda ada di sini?" Tanya Thalia polos dengan menatap (namakamu).
"Adik kecil yang manis... Dia bukan bundamu dia orang lain! Kamu salah lihat!" Ucap Salsha kasar pada Thalia.
"Jangan begitu sama anak kecil. Kasian tau Cha," (namakamu) memukul paha kanan Salsha yang tepat di belakangnya.
Iqbaal tersadar setelah terjatuh tadi. Ia sedikit merintih kesakitan. (Namakamu) pun mencoba mendekat.
"Om engga apa-apa?" Tanya (namakamu) khawatir.
"Saya tidak apa-apa. Sudahlah kamu tidak usah khawatir... " ucap Iqbaal terputus. Iqbaal pun menatap (namakamu). "(Namakamu)?" Iqbaal bingung.
(Namakamu) tersentak. Ia bingung ketika Iqbaal tahu namanya. Ia hanya tersenyum kecil.
"Maaf, maaf. Saya kira kamu (namakamu) isteri saya. Wajahmu sangat mirip dengan almarhumah isteri saya," ucap Iqbaal.
"Engga apa-apa kok Om. Mari saya bantu anda berdiri," (namakamu) membantu Iqbaal berdiri.
"Terima kasih, (namakamu). Sebelumnya saya minta maaf atas kejadian tadi. Putri saya ini memang rindu dengan bundanya. Sampai sampai kamu dikira bundanya hanya karena nama dan wajahmu mirip," ujar Iqbaal.
"Engga apa-apa kok Om. Lagipula saya suka dengan anak kecil. Apalagi anak Om yang manis ini," (namakamu) mencubit pipi Thalia dengan gemas.
"Kalau begitu, kamu mau ikut dengan saya sebentar?" Tanya Iqbaal.
"Untuk apa?" (Namakamu) bingung.
"Ikut saja," pinta Iqbaal.
"Gue gimana dong (namakamu)? Masa gue bayar uang semester sendirian?" Salsha kebingungan.
"Berangkat sendiri aja sono! Kayanya penting nih," (namakamu) menyuruh Salsha pergi.
"Entar ketemu di kost! Awas kalo kamu belum pulang!" Ancam Salsha.
"Iya, kamu tenang aja," (namakamu) yakin.
"Gimana?" Tanya Iqbaal.
"Ya udah Om saya ikut," jawab (namakamu).
Iqbaal pun mengajak (namakamu) pergi. Thalia tampak senang ketika (namakamu) ikut dengannya.
Ketika tiba di rumah Iqbaal, (namakamu) tertegun. Rumah Iqbaal besar dan mewah bak istana. (Namakamu) hanya terdiam.
Aldi dan Kiki terkejut ketika tahu Iqbaal sudah pulang. Mereka juga sempat terkejut ketika melihat (namakamu).
"(Nam...(nam..(namakamu)?" Aldi dan Kiki terkejut.
"Jangan kaget. Dia cuma mirip doang kok sama Tania," ujar Iqbaal pada dua sahabatnya.
Iqbaal mempersilakan (namakamu) duduk. (Namakamu) tertegun dengan semua foto yang ada di ruang tamu. Salah satu foto itu mirip dengan dirinya yang duduk bersama dengan Iqbaal dan juga seorang bayi. Bayi itu adalah bayi Thalia.
Oh jadi wanita itu yang dikatakannya mirip denganku? Tanya (namakamu).
"Kenapa kamu menatap foto itu?" Tanya Iqbaal.
"Oh.. maaf. Isteri Om cantik sekali. Sama dengan putri Om," ujar (namakamu).
"Bolehkah saya memintamu untuk membantu?" Tanya Iqbaal.
"Membantu? Untuk masalah apa?" Tanya (namakamu).
"Bisakah kamu jadi Bunda untuk Thalia? Dia sudah lama tidak merasakan kasih sayang seorang ibu. Saya rasa, kamu lah figur yang cocok," pinta Iqbaal.
"Kenapa harus saya? Saya masih kuliah. Mana mungkin saya mengurus anak Om?" (Namakamu) bingung.
"Saya akan bayarkan uang semestermu. Kamu tenang saja. Saya tak akan ingkari ucapan saya tadi. Kamu kesini tiap pulang kuliah saja," ucap Iqbaal.
"Tante... mau ya? Mau kan jadi Bunda Thalia? Mau kan?" Pinta Thalia dengan manja.
"Ya sudah saya mau. Mulai hari ini saya akan mencoba merawat putri anda," (namakamu) setuju.
"Maaf, nama kamu siapa tadi?" Iqbaal bertanya.
"Nama saya Dania (namakamu)," jawab (namakamu)
"Nama saya Iqbaal. Jangan panggil saya dengan sebutan Om. Iqbaal saja sudah cukup," ujar Iqbaal.
"Yey! Bunda!" Seru Thalia saat memeluk (namakamu).
KAMU SEDANG MEMBACA
Iqbaal's Kingdom
General FictionPutri kecil keluarga Dhiafakhri menginginkan kehidupannya persis seperti keluarga kerajaan yang ada di serial kartun kesukaanya. Namun, Iqbaal tak yakin bisa mewujudkannya. Hingga akhirnya datanglah (namakamu) yang merubah segalanya. Akankah (namak...