Bertemu denganmu adalah takdir, menjadi sahabatmu adalah pilihanku, namun jatuh hati padamu itu diluar kemampuanku.
-Ada Apa Dengan CintaBel masuk sudah bunyi sejak tadi namun belum ada guru satupun yang masuk.
IPA-1 benar-benar tidak terlihat seperti kelas unggulan ini terlihat seperti kelas biasa sungguh.
Semua siswa asik dengan dunia nya termasuk.
Seorang laki-laki yang sejak tadi hanya asik dengan handphone nya sendiri.
"DAFF bantuin gue kek manggil guru"
"Bentar Ress" sembari berdiri dari tempat duduknya.
Apa daffa sudah gila, ia tertawa pada ponselnya.
Yang benar saja semenjak ia pacaran, ia lebih asik pada ponsel nya di banding dengan teman-temannya.
Saat jam istirahat dia juga tidak dikelas, dia selalu pergi ke kelas atas untuk pergi ke kantin bersama wanita nya.
Apa perasaanku ini tidak terlalu berlebihan aku cemburu pada sahabatku sendiri.
"Ayok Res.. "
"Bentar bentar gue ambil sesuatu dulu"
"Daffaa!!!" Kataku berkacak pinggang.
lalu ia segera berdiri mengejarku.
Dia sudah berada disampingku sekarang sambil berkata santai
"Ress menurut lo cewek itu sukanya apaan ya?" Katanya serius."Lah nggk tau" kataku cuek.
"Masa lo nggk tau, lo kan cewe" katanya lagi.
Ia masih tetap serius dengan ponselnya.
Aku berharap ada batu didepannya saat ini agar dia sadar sejak tadi ia tidak memandang jalan didepannya.
"Selera orang beda-beda lah daff, lo kalo nanya gue berarti lo nanya selera gue" kataku to the point.
"Iya deh iya, lo selalu benar res" sambil mengacak rambutku pelan.
Aku menyukai caranya mengacak rambutku, caranya bicara lembut padaku.
Ntahlah semuanya terasa "abu-abu" terkadang dia bersikap seolah aku sangat penting baginya namun terkadang aku merasa bahwa aku sangat tidak penting dihidupnya.
Tidak terasa kami sudah didepan ruang guru sekarang.
"Daff panggil gihh Bu Maidah kasitau kelas kita kosong ni"
"Lah kok gue"
"Ya lo lah, kan lo cowo"
"Apa hubungannya tante"
"bacot om"
Aku bergegas masuk untuk memberitau bu Maidah bahwa kelasku sedang kosong.
Kami kembali kekelas.
Dan aku bertemu dia. Iya dia. Lelaki yang semalam menyatakan perasaanya padaku secara mendadak.
"Siang lis" kata nya lembut.
"Siang ka Tiyo"
Kami hanya berpapasan sebentar.
saling melemparkan senyum.
Ya hanya itu.
"Lo deket lagi sama Ka Tiyo" kata daffa sedikit bingung.
"emang kenapa peduli amat lo" kata ku sewot.
"Yah enggak sih, bukannya kemarin lo bilang lo nggak deket lagi sama dia" katanya lagi
"Lah itu kan kemarin, lagian kemarin juga lo belum jadian kan" kataku.
"Apa hubungannya, jangan ngalihin pembicaraan ress" katanya serius.
"Emang kenapa?! lo juga nggk punya hak-hak ngatur gue"
"Gue punya hak, gue sahabat lo"
"Halah"
"Menurut lo gue peduli, kemarin-kemarin kemana lo pas gue butuh, pas gue pengen nonton pas gue ngerasa sendiri"
Rasanya aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi.
Laki-laki dihadapan ku saat ini bersikap seolah aku adalah miliknya, bukankah dia sangat egois.
"Lo kok jadi sewot gini, ya mana gue tau lo sendiri"
"Gimana lo nggk tau lo terlalu asik dengan dunia lo sendiri"
"Lo berubah daff" kataku lagi setelah itu aku berlari menuju kelas.
Setetes air mata jatuh dari kelopak mataku.
Aku benar-benar menyedihkan sekarang, aku segera duduk disebelah Shinta.
Shinta tidak bertanya karena ia tau aku pasti tidak akan menjawabnya.
Bu maidah sudah ada dikelas dan semuanya mulai berjalan seperti biasa.
Aku tidak peduli dimana laki-laki itu karena saat ini ia belum memasuki kelas.
Ia absen dipelajaran KIMIA hari ini.
Semua terasa membingungkan sikap Daffa benar-benar sangat tidak dapat dipercaya.
Dia bersikap seolah aku ini miliknya. Oh ayolah ia sudah punya wanitanya bukan.
Persetanan dengan yang namanya sahabat.
Apa seperti itu bisa disebut sebagai kata sahabat.
Bisakah tuhan memberitahu ku apa yang ia rasakan.
YOU ARE READING
FOREVERMORE
Teen FictionHerlisa Theresa Ginting. Seorang gadis yang bisa dikatakan sempurna tapi percayalah. Di setiap kehidupannya ia telah melalui berbagai hal sulit. Masa lalu... Persahabatan.. Seseorang dimasa lalu yang memberi luka. Lalu tiba-tiba datang seorang...