Aku rasa ini benar, orang harus kehilangan sesuatu agar mereka bisa sadar.
-Master's sun
Setelah kejadian beberapa hari yang lalu.Aku dan Daffa benar-benar tidak bertegur sapa sejak hari itu.
Daffa yang aku kenal sekarang, bukan dia yang aku kenal dulu, dia terlihat seperti orang asing yang merasuki jiwa Daffa.
Yaampun bahkan sekedar mengucapkan maaf pun tidak ada.
Apa hati nurani nya tidak bekerja lagi sekarang.
Dia sedang dimabuk cinta, yang ia lakukan hanya menemani gadisnya.
Rasanya terlalu sulit mengucap nama gadis itu, aku tidak tau tapi semenjak daffa jadian dengan gadis itu.
Gadis itu selalu memberi senyum tidak suka padaku, aku merasa aku bahkan tidaa cukup dengannya untuk punya masalah padanya.
"Liss dicariin sama Raina tu dikantin tadi" kata Nanda teman sekelasku.
"Oh iya makasi nan" kataku seraya berjalan menuju kantin.
Saat aku menuju ke kantin, aku sempat melihat daffa yang sedang asil berbincamg dengan gadisnya.
Asik sekali bukan.
Saat aku melewati diantara mereka. Daffa sama sekali tidak menegurku hanya memberi senyum tipis.
Aku tidaktau itu senyum atau bukan tapi aku tidak membalasnya hanya memalingkan wajahku dan pergi.
"Kenapa nai"
Sembari duduk dibangku didepan sahabatku itu."Tadi ghina nanyain gue, dia nanya tentang lo, gue agak bingung tu anak nanya lo ke gue" kata raina serius
"Dia nanya apaan emang nai?"
"Dia nanya lo masih deket nggk sama daffa"
"Terus lo bilang apa?" tanya ku lagi
"Ya gue bilang, yakali sebelum lo pacaran sama daffa juga mereka emang udah akrab kali ghin" kata raina serius.
"Lo bilang gitu, serius?!"
"Lah emang mau bilang apa lagi,gue bener kan" kata raina mencoba meyakinkan.
Tentu saja raina benar, tapi bukankah beberapa hari ini aku dan daffa sedang dilanda masalah.
Jika ghina bertanya begitu bukankah berarti gadis itu tau kalo hubunganku dengan daffa sedang tidak baik.
"Ya iya sih nai, jadi itu aja yang mau lo omongin nih"
Kataku sembari mengalihkan topik pembicaraan."Nggk lis, gue mau nanya ni, menurut lo Arya orangnya gimana ya?,ayolah cerita ke gue" kata gadis yang dihadapanku ini dengan wajah memelas.
Kurasa gadis satu ini mulai tertarik dengan laki-laki yang bernama Arya.
"Baik kok nai, dia pinter dikelas, friendly juga, dan satu lagi dia nggak banyak bacot kaya lo" kataku to the point.
"Yaelah lis bisa nggk sih nggk usah ngebully gue, sedih gue" kata nya lagi.
"Yaudah kalo gitu gue mau balik ke kelas gue dulu nai" kataku seraya beranjak pergi.
Jika aku tidak pergi mungkin Raina akan terus bertanya hal-hal lain.
Dia benar-benar pandai membaca pikiran orang dan itu sangat berbahaya.
"Eress"
Aku tau siapa lagi yang memanggilku dengan sebutan begitu jika bukan Daffa.
"Ress gue mau bicara sama lo"
"Ress dengerin gue dulu"
Gue membalikkan badan, tepat kini ia berada didepanku jarak kami tidak begitu dekat, namun aku bisa mendengar suara napasnya yang terengah-engah.
Sepertinya ia baru saja berlari kemari.
"Gue nggk tahan diam kaya gini sama lo"
"Gue nggk bisa, plis gue minta maaf res"
"Gue tau kemarin gue keterlaluan banget"
"Tapi gue mohon, maafin gue kali ini"
"Gue nggk bisa jauh dari lo, diam-diaman sama lo beberapa hari ini bikin sesak didada gue, gue nggk bisa res"
"Pliss maafin gue"
Aku tau rentetan kalimat yang ia keluarkan dari mulutnya tadi benar-benar serius aku tau itu.
"Nggak ada yang salah kok daff, gue aja kemarin yang emang lagi emosi"
"Gue juga minta maaf"
"Kemarin gue PMS" kataku berbohong.
"Maafin gue yang nggak bisa bagi waktu buat lo ress, gue minta maaf akhir-akhir ini nggk peduli sama lo"
"Gue sadar lo sangat-sangat penting dihidup gue"
"Gue nggk bakal lagi nge-gangguin hubungan lo sama yang lain mau ka tiyo atau siapapun itu"
Tidak..bukan.. bukan itu yang ingin kudengar daff, bukan itu, yang ingin kudengar adalah lo nyuruh gue buat ngejauhin ka tiyo, sungguh itu yang gue harapin.
"Iya daff gue tau kok"
Lalu ia mengacak rambut ku sebentar.
"Sudah lama banget, gue kangen lo ress" katanya.
Daffa sangat membingungkan ku terkadang ia bersikap layanya aku di inginkan, namun terkadang aku merasa seperti aku tidak diinginkan.
Siang itu hujan tiba-tiba Datang mengguyur kota Samarinda.
Rindu sekali dengan hujan rasanya sudah sangat lama ia tidak merasakan aroma khusus saat hujan turun.
Aku menunggu jemputan ku seperti biasa di halte tidak biasanya halte sesepi ini,mungkin karena hujan.
Ponselku bergetar.
"Hallo kenapa pak?"
"Non kayanya bapak nggak bisa jemput Ban mobil bapak bocor ni"
"Ish pak terus lisa naik apa ini"
"Taksi aja non"
"Iyadeh pak"
Setelah menutup telpon aku segera mencari pandangan kemana-mana untuk mencari taksi.
Siang ini benar-benar sepi dimana ia bisa menemukan taksi jika begini.
Aku duduk termenung menunggu hujan reda dan taksi.
Kenapa aku begitu sial sekarang.
Tepatnya sekarang Mobil Honda Brio berhenti didepanku.
Lelaki itu keluar memakai payung dan mengajak ku pulang bersama.
Aku bersyukur ia yang selalu ada ketika aku dalam masalah.

YOU ARE READING
FOREVERMORE
Novela JuvenilHerlisa Theresa Ginting. Seorang gadis yang bisa dikatakan sempurna tapi percayalah. Di setiap kehidupannya ia telah melalui berbagai hal sulit. Masa lalu... Persahabatan.. Seseorang dimasa lalu yang memberi luka. Lalu tiba-tiba datang seorang...