Suara tembakan dari pistol berpeluru BB selalu mengawali setiap kegiatan belajar mengajar di kelas ini setiap paginya. Tentu saja ditemani oleh gurita kuning—wali kelas itu sendiri—yang dengan gesitnya menghindari tembakan dari berbagai sudut depan sembari mengabsen kehadiran murid-muridnya.
"Nurufufufu, seperti biasa tidak ada yang bisa mengenaiku sedikitpun." Wajah bulat berseringai aneh yang tadinya berwarna kuning polos kini dihiasi dengan garis-garis hijau horizontal; meremehkan.
Kepala merah bermanik gold di samping mesin artileri mendecih. Tidak akan ada yang bisa membunuhnya jika hanya dengan cara ini. Aura di sekitarnya menggelap. Tanduk iblis imajiner diiringi seringain menyiratkan bahwa pikirannya sedang berkecamuk memikirkan rencana jahat lain.
"Ne, sensei! Apa benar kita akan kedatangan seorang murid baru?" Gadis berambut pirang yang dilengkapi dengan manik biru mengangkat tangan.
Wajah bulat itu berubah menjadi normal; kuning polos. Mulutnya sudah siap mengeluarkan untuk mengeluarkan suara sebelum guru berambut spike masuk dan mengatakan apa yang seharusnya dikatakan oleh sang wali kelas.
"Kau benar, kita kedatangan seorang murid baru lagi."
"Karasuma-sensei! Kau menyelaku kau tahu!" Tentakel kuningnya bergerak teratur dengan cepat—ke atas dan ke bawah—disertai perempatan dan dengusan kesal.
Pria yang biasa dipanggil Karasuma-sensei itu menoleh ke kiri—mengabaikan prtoesan gurita kuning yang mengatakan beberapa hal seperti, jangan abaikan aku ketika aku berbicara!
"Ayo masuk dan perkenalkan diri ... mu." Karasuma-sensei berucap dengan nada seolah ia sedang bertanya.
....
Dimana anak itu?
Gadis berambut merah [Hair Length] menerobos masuk ke dalam kelas. Tangan kanannya memegang sebuah gelato coklat yang sudah habis dimakan setengahnya.
"Uwooh! Apa kelas sudah dimulai? Aku kelaparan dan mencari beberapa makanan dulu."
Seluruh kelas hening. Koro-sensei yang tadinya gusar karena diabaikan bergeming. Wajah berganti warna menjadi putih diikuti mengecilnya lingkaran mata, "Ano ... boleh aku tahu dimana kau mendapatkan gelato itu?"
Mata gadis itu berkedip, "Ini?" Maniknya memandang pada gelato di tangan, lalu kembali pada sang wali kelas.
Wajah polosnya menyunggingkan senyum, "Aku mengambilnya dari kantor guru barusan, hehe."Seisi kelas sweatdrop—terkecuali Karma—benak mereka merenungkan hal yang sama, rasanya ini seperti déjà vu.
Koro-sensei menampilkan wajah shock-nya, "Itu gelato terakhirku kau tahu!? Padahal aku berencana memakannya saat istirahat nanti...." Wajah lembeknya terkulai di meja. Rohnya sudah terlihat seperti akan keluar dari tubuhnya dalam waktu dekat.
"Kalau begitu ... maafkan aku, sensei!" Gadis itu menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajah—membuat pose permintaan maaf—setelah sesaat yang lalu gelato di tangan telah dihabiskan.
"Ya ... tak apa ...." Koro-sensei semakin tampak tidak bersemangat. Semoga saja dia tidak mati duluan karena urusan sepele ini. Jika iya, maka tidak akan ada satu pun yang akan mendapat hadiah besarnya.
Gadis itu menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Sebagai permintaan maafku dan tanda penerimaanku di kelas ini ... maukah kau berjabat tangan denganku, sensei?" menjulurkan tangan.
"Ah ya ... baiklah." Wajah gurita kuning itu kembali seperti sedia kala. Kuning polos dengan seringai anehnya. Salah satu tentakelnya terjulur untuk berjabat tangan pada murid barunya yang sudah mengulurkan tangan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DraOne: MeiJun Fusion
FanfictieMei, Bulan dimana musim semi perlahan merangkak menuju musim panas. Juni, Bulan dimana kita menantikan akan datangnya musim panas dan kembang api yang diluncurkan di langit malam. Bagaimana jika kami menggabungkan dua bulan yang indah tersebut? . [...