T u j u h

2.2K 71 5
                                    

T u j u h

Jihan melangkahkan kakinya malas memasuki butik pilihan Tante Natasha untuk gaun pernikahannya nanti. Terlebih lagi pandangan Ghifar yang berbeda dari biasanya. Apa lagi alasannya jika bukan karena lamaran kemarin malam? Jihan sepertinya terlalu baik kemarin. Lihat saja senyum bodoh Ghifar yang tidak pernah hilang itu.

Satunya-satunya alasan kenapa Jihan menerima lamaran malam itu adalah agar Ghifar tidak malu. Tidak mungkin kan Jihan menolak lamarannya didepan orang banyak? Lagipula, orang tuanya dan orang tua Ghifar akan kecewa. Hubungan antara keluarga mereka kemungkinan besar akan merenggang. Dan masih banyak lagi akibat-akibat lainnya. Jihan tidak mau ambil resiko.

Jihan menatap gaun-gaun yang memang segaja dipajang di butik itu.

"Seriusan gua bakalan pake beginian? Baju begini mending gua jadiin gorden jendela kamar. Panjang banget," meski suara Jihan pelan, tapi Ghifar masih bisa mendengarnya. Sontak tawa Ghifar pun pecah. Keadaan yang sepi membuat para karyawan menolehkan kepalanya kearah Ghifar.

Jihan yang mendengar tawa dari arah belakangnya pun menolehkan kepalanya. Jihan menatap Ghifar horror setelah menyadari alasan Ghifar tertawa sebegitu keras adalah perkataannya barusan.

"Gausah ketawa lo! Berisik," ucap Jihan sinis. Jihan memutuskan meninggalkan Ghifar dan pergi menuju salah satu Karyawan butik itu untuk meminta contoh gambar gaun-gaun pengantin. "Heh buruan sini! Pilihin bajunya! Gua gak ngerti beginian," Jihan berkata dengan gemas.

Ghifar masih berusaha menahan tawanya. Dia menarik napas dalam,lalu melangkahkan kakinya mendekati Jihan dan duduk dikursi yang memang sudah disediakan.

"Konsep resepsinya apa mba, mas? Indoor atau outdoor?"

"Outdoor,"

Kepala Jihan sontak menoleh kearah Ghifar, "Sok tau lo,"

Ghifar memutar matanya, "Tadi bokap sms gua. Katanya konsepnya outdoor biar lebih santai dan media gampang ngeliputnya,"

Kening Jihan mengerut, "Media? Nanti ada media?,"

"Iyalah. Lo lupa nikah sama siapa?,"

Ah, Ghifar Arkan Wiratama. Pria muda yang sudah bisa dibilang mapan. CEO di Wiratama Corporation. Tampan, pintar, baik, mempunyai satu dimples di pipi kirinya. Pahatan Tuhan paling sempurna. Begitulah para netizen menyebutnya. Wajahnya selalu ada di majalah-majalah ternama. Dan anehnya, wajahnya jarang disiarkan di tv. Dari gosip yang beredar, Ghifar tidak suka disiarkan. Sebab itu wajahnya hanya ada dimajalah.

Tapi untuk pertama kalinya, Ghifar membiarkan wartawan meliputnya. Meliput acara resepsi pernikahannya dengan Jihan. Hanya karena ada Jihan. Ghifar ingin mengumumkan pada dunia, bahwa seorang Jihan Nabila adalah istrinya. Betapa bangganya dia akan hal itu. Meski, jika dilihat-lihat kelebihan dari seorang Jihan hanyalah wajah cantiknya. Itupun hanya samar-samar. Jihan tidak bisa memasak, mencuci piring, tapi ngepel sama nyapu bisa lah dikit-dikit. Dia bahkan tidak bisa berdandan! Wanita macam apa dia? (Gambaran asli dari pribadi author. Kecuali yang bagian cuci piring. Author bisa kok cuci piring:v serius deh.)

"Terserah deh, tapi akad nikah gua gamau di liput segala. Cukup keluarga lo, keluarga gue, sama beberapa saksi aja,"

"Mending kita diskusiin dulu sama keluarga kita."

Jihan memutar matanya jengah, "Ya ya ya, apa kata lo deh,"

Merasa terabaikan, karyawan perempuan itupun berdehem samar, "Jadi konsepnya outdoor mas?,"

"Eh iya mba. Konsepnya outdoor,"

Karyawan itupun manggut-manggut mengerti dan mulai membolak-balikkan lembaran buku yang berisi contoh gaun-gaun tadi.

As AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang