S e b e l a s
Jihan mengetuk-ngetukkan kaki nya ke lantai mobil sambil sesekali menggigit bibir bawahnya. Otaknya tidak berhenti barang sedetik memikirkan apa yang akan terjadi nanti dirumah baru mereka.
Jihan terkejut bukan main saat Bunda mengatakan padanya jika Jihan dan Ghifar akan langsung tinggal dirumah mereka sendiri. Ini semua gara-gara Ghifar! Jika saja Ghifar belum membeli rumah, pasti mereka akan tinggal di rumah Bunda. Atau mungkin dirumah orang tua Ghifar. Setidaknya tidak berdua.
"Han! " Panggil Ghifar sedikit membentak.
"Hah, apa?" Jihan mengerjapkan matanya.
"Udah sampe."
Jihan mengerutkan keningnya, "Lah kok cepet?"
Ghifar melihat arloji nya. "Cepet apanya? Udah 1 jam loh dari pertama kita berangkat"
"Ah.. Gitu ya." Jadi Jihan berkutat dengan pikirannya selama itu? "Yaudah, gua turun duluan"
Jihan turun dengan cepat dari mobil Ghifar. Dia bahkan tidak sanggup melihat wajahnya. Semua orang tau apa yang terjadi setelah resepsi. Jihan juga wanita. Sedikit-sedikit tau sama yang begituan. Dan tentu saja dia belum siap. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang aka--
DUG.
"Ahh.. " Jihan meringis sambil memegang keningnya. Dia terlalu asik berpikir sampai lupa jika didepannya ada pintu dan pintu itu masih terkunci.
Ghifar mengerutkan keningnya lalu menghampiri Jihan. Merengkuh wajahnya dan jarinya mengusap bagian yang terkena pintu tadi. Ghifar meniup kening Jihan sesekali.
"Semangat banget kayaknya mau masuk. Pintunya aja belum gua buka" Ghifar masih terus mengusap kening Jihan. Sedangkan Jihan? Dia membeku diatas kakinya. Dia-- tidak pernah diperlakukan begini oleh siapapun. Saat Jihan seperti ini Bunda atau Ayah hanya menggelengkan kepala mereka. Lebih parahnya Vella. Dia malah bilang mampus. Ghifar orang pertama yang melakukan ini padanya.
Jantung Ghifar mau copot rasanya saat menyadari Jihan melihatnya begitu dalam. Mata Jihan benar-benar menatapnya terang-terangan. Dia tidak bisa mempungkiri jika dia sangat gugup sekarang. Ghifar takut akan melakukan hal bodoh, seperti tidak sengaja mencolok mata Jihan? Atau--
"Ahh.. " Jihan meringis.
Iyak bagos. Ghifar baru saja menekan bagian kening yang terkena pintu tadi. Mata Ghifar sontak terpejam dan dalam hatinya tidak berenti bersumpah serapah.
Jihan menepis tangan Ghifar, "Ish, niat gak sih? Lu dendam banget ama gue kayaknya ya?" Jihan memicingkan matanya, "Buruan buka pintunya!"
Ghifar merogoh saku nya dan mengeluarkan sebuah kunci lalu membuka pintu rumah mereka. Jihan berjalan lebih dulu, matanya mulai menerawang sekitar. Bagus. Tidak besar, tidak juga kecil. Sederhana tapi rapih dan enak dipandang. Selera Ghifar tidak buruk.
"Suka?" Tanya Ghifar tiba-tiba.
"Gak. Jelek" Yakali bilang demen. Gengsi lah.
"Yaudah. Gua kekamar." Ghifar berjalan mendahului Jihan. Jihan menggigit bibir bawahnya pelan. Dengan ragu Jihan berjalan mengekor di belakang Ghifar.
Tapi tiba-tiba Ghifar memutar tubuhnya,
DUG.
Kening Jihan berciuman dengan dada bidang milik Ghifar.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Always
RomantizmDipaksa menikah dengan laki-laki asing adalah hal terkonyol yang pernah Jihan alami. Selama ini, Jihan membentengi dirinya dari laki-laki manapun. Dan dengan tiba-tiba Bundanya menjodohkannya dengan anak sahabatnya. Dengan terpaksa, Jihan menuruti p...