D e l a p a n b e l a s

3.4K 68 4
                                    

D e l a p a n b e l a s

Ghifar mengendurkan dasinya. Dia memejamkan matanya sejenak dan perlahan menyenderkan kepalanya di kursi kantornya yang empuk. Napasnya terbuang pelan.

Anehnya, seindah apapun kota London sekarang, Ghifar tetap merindukan kampung halamannya. Dia rindu Indonesia.

Sudah 2 tahun ini Ghifar menetap di London. Dia mengambil alih cabang perusahaan ayahnya untuk sementara. Sekaligus untuk menjadi pelariannya pada semua yang dia tinggalkan di Indonesia. Untuk melupakan sesuatu, mencari kesibukan baru selalu berhasil kan?

Tapi anehnya lagi, ini tidak berhasil. Dia tetap mengingat kampung halamannya. Segala yang ada di sana. Termasuk dia. Dia yang Ghifar tinggalkan.

Ghifar mengusap wajahnya kasar. Lagi-lagi, kejadian 2 tahun lalu kembali terputar di otaknya.

....

"Tapi, dengan waktu yang selama itu, kalo bukan cinta, namanya apa dong?"

Jihan diam. Dia tidak tau harus berkata apa. Ini di luar dugaannya. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Maksudnya, apa dunia memang sesempit itu?

Laki-laki itu. Laki-laki gendut dan cupu yang Jihan tolong.. Adalah Ghifar? Pria yang mendekati kata sempurna yang ada di depannya ini?

Tidak mungkin. Bahkan mereka tidak terlihat mirip sedikitpun. Ghifar benar-benar berubah.

"Han?"

Suara Ghifar memecah lamunannya. "Hah? Kenapa Ghi?"

"Gua udah selama itu suka sama lo Han. Lo bingung kan, kenapa bokap nyokap kita berdua gampang banget ngasih restu gua buat nikahin lo?"

Jihan mengangguk ragu. Memang itu yang mengganggu pikirannya sampai sekarang.

Ghifar tersenyum samar. "Karena mereka tau, kalo perasaan gua gak berubah sejak saat itu. Gua gak main-main. Gua bahkan usaha sampe segininya biar penampilan gua beda."

Benar. Ghifar benar-benar berusaha. Ah, ada apa dengan Jihan? Di depannya kini, terpampang pria setengah dewa yang mencintainya begitu tulus. Dia bahkan tahan memendam rasa itu sendirian. Ada apa dengan hatinya? Ada apa dengan tubuhnya? Ada apa dengan dirinya? Sungguh, Jihan tau dia menyukai Ghifar. Tapi tidak semudah itu untuk bersama dengannya.

Napas Jihan mulai tidak teratur, keringat lagi-lagi meluncur mulus dari pelipisnya. Dia sedang berusaha. Dia benar-benar berusaha menyakinkan dirinya sendiri bahwa Ghifar berbeda. Dia tidak jahat. Tangannya mulai gemetar. Memori mengerikan itu kembali memenuhi kepala Jihan. Jihan memejamkan matanya. Dunianya terasa berputar.

Ghifar berbeda, Ghifar berbeda, Ghifar berbeda.

Jihan terus-menerus menyebut kalimat itu dalam hati. Dada Jihan mulai sesak.

Jihan menyerah.

Dia-- dia benar-benar tidak sanggup. Ini menyakitkan. Air mata mulai keluar dari kedua ekor matanya. Dia ingin Ghifar. Tapi sebagian dari dirinya menolaknya. Tubuhnya semakin bergetar, napasnya semakin sesak dan isakannya mulai terdengar. Dia seperti terjebak di dalam ruangan hitam itu. Seperti tidak ada pintu di sana.

"HAN!" Tepukan Ghifar di lengan Jihan membuatnya tertarik kembali. Jihan membuka matanya. Napasnya terengah-engah. Tubuhnya lemas. Tubuhnya sudah tidak sanggup lagi. Jihan kembali terisak.

As AlwaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang