Confused : 1.0

599 49 30
                                    

DIRA membalik kalender Kura-Kura Ninja-nya, sambil mencoret tanggal satu pada bulan Juli. Lalu dia berlari kecil menuju meja makan. Ruang yang menjadi salah satu tempat berkumpul keluarga kecilnya.

Pagi ini berhubung hari pertama masuk sekolah, Mama Dira memasak sarapan kesukaannya, nasi goreng. Walaupun hanya nasi goreng, rasanya jauh lebih enak dari masakan Restaurant bintang lima.

Baru sejenak Dira duduk manis di tempatnya, muncul suara 'pyarr' seperti handphone jatuh dari kamar atas, di ikuti suara mengeluh.

Pasti handphone bang Devan jatuh lagi, batin Dira cekikikan.

"Abang kamu pasti kebiasaan naruh hp di sembarang tempat. Awas aja kalo nanti dia ngeringik minta ganti hp," gerutu Papa sambil menggeleng.

Tak lama kemudian, Devan muncul dengan langkah terseok-seok.

"Gakpapa bang?" tanya Dira sambil tertawa.

Devan mengacungkan jempolnya. "It's okay."

Walau sudah berumur 19, Devan tetap saja tidak merubah sikap lamanya. Kekanak-kanakan.

"Ah!" celetuk Devan saat melihat Dira mengenakan seragam, "hari pertama lo masuk kelas XI kan?"

"Yah begitu," jawabnya sambil tetap melahap makanannya, "hari pertama gue menginjak kelas XI dan kembali ke rutinitas biasanya,"

"Emang rutintas biasa lo apaan, dek?" tanya Devan penasaran.

"Ya, belajar lah bang! Gimana sih. Aneh pula kau ini," ungkap Dira menggunakan logat orang batak sambil menepuk punggung abangnya keras keras.

Devan tersedak nasi, akibat tepukan keras di punggungnya, "Kaya lo pernah belajar aja. Waktu dulu gue masih sekolah, lo bandel banget di suruh belajar!"

Dira tergelak.

"Yee, itu kan dulu, bang. Lagian gue udah besar, jadi harus banggain Papa sama Mama termasuk lo, bang!" gadis itu tersenyum membanggakan dirinya.

"Iya deh iya. Terserah lo, adikku sayang," Devan melahap suapan terakhirnya.

Melihat Devan dan Dira yang selalu begini setiap paginya, kedua orang tuanya menganggap, inilah penghangat dan perekat keluarganya. Yang di mana, saling menyayangi satu sama lain.

"Berangkat, gih. Udah jam 6, nanti telat lho!" ucap Mamanya,

"Oh ya. Dek, bareng gue kagak?" dengan bodoh Devan menawarkan.

"Ya bareng lah, bang. Emang gue mau naik apaan ke sekolah?" Dira malah balik bertanya.

"Ya barangkali, lo dianter gebetan apa pacar gitu." jawab Devan meringis.

"Apaan sih, baaaang!" Dira memukul punggung Devan untuk ke dua kalinya.

♪♪♪

Saat, Mamanya-Tante Lisa membuka pagar. Ada tetangga baru, di depan rumah sedang memindahkan barang barangnya. Dira melihat tetangga barunya. Sebuah keluarga. Papa, Mama, dan satu orang anak laki-laki.

Anak itu umurnya sepantara dengan Dira. Wajahnya ceria, dia tertawa dengan sangat keras. Tapi, saat mata mereka bertemu ... senyum nya menghilang dan malah di gantikan dengan wajah masam.

"Eh ini toh yang namanya Bu Lusy?" sapa Mama Dira sambil tersenyum, "pindahan dari mana, Bu?"

Wanita itu pun menoleh. "Eh, iya, Bu. Kami dari Jakarta. Kebetulan suami saya pindah kerja di sini, jadi se-keluarga ikut."

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang