Confused : 7.0

176 21 11
                                    

"The greatest want of the world is the want of men - men who will not be bought or sold; men who in their in most souls are true and honest; men who do not fear to call sin by it's right name; men whose conscience is as true to duty as the needle to the pole; men who will stand for the right though the heavens fall."
-Ellen G. White.

[㏂]

KELVIN? batin Aaron.

Banyak pertanyaan yang di tampung otak Aaron. Kelvin? Kelvin siapa?

Memang, 2 tahun yang lalu. Tepatnya, bulan Juli. Ia mengenal orang yang bernama Kelvin. Mereka berteman, sejak Akbar, Dinno, dan Bagus pindah sekolah. Saat itu, masih kelas 2 SMP.

Basket, hobi mereka berdua. Itu, yang menjadikan mereka lebih dekat dari sebelumnya. Namun, sekejap tali itu putus. Aroma kebusukan pun mulai tercium. Saling, memakai topeng masing masing, untuk menutupi wajah sebenarnya.

Mereka pun mulai di permainkan. Hingga, sang empu pun berusaha untuk mengikhlaskan.

Sabar. Ikhlas.

Itu kuncinya. Ia hanya memendam, perasaannya. Melampiaskan, tanpa ada satu orang pun tau. Berusaha ikhlas, memang yang terbaik. Sabar? Tentu saja. Sabar tidak ada batasnya. Manusia lah, yang membuat batas.

•••

Tara berlari dengan girang menuju tempat duduknya, yang di sambut dengan tatapan aneh dari Dira.

"Ngapain deh, Tar?" Dira menaikan satu alisnya.

"Gue seneng banget, sumpah!" wajahnya masih berbinar binar.

"Laiya, ngapain?"

"Kak Raka, tadi minta id line gue! Gue ngimpi apaan coba, Dir?"

"Kak Raka?" Dira mencoba mengingat, yang mana makhluk bernama Raka itu.

"Iya, ishh. Masa, lo lupa?"

"Dalam rangka apaan coba, dia mintain id lo?"

"Tadi sih, katanya di suruh minta Bu Inggar. Mau koordinasi tentang buku buku di perpustakaan."

Mulut Dira membentuk O kecil. "Yaudah, jadi karena ada itu. Gak lebih, ya kan?"

"Ih, lo mah malah gituin guee!"

"Gituin gimana sih, Tar?" Dira cengengesan.

"Tau, ah. Bodo amat."

"Iya iya, jangan ngambek dong, ih. Sukses PDKT nya ya!" Dira pun berdiri, menepuk pundak Tara lalu berlari, meninggalkan sahabatnya.

Tara menatap punggung Dira yang semakin menjauh, entah kemana, "Lo emang beda, Dir."

Sekarang, Dira berada di koridor kelas XI, yang mengantarkannya menuju koperasi. Kebetulan, ia hendak men foto copy catatan IPA.

Karena ini masih jam pelajaran, koperasi pun cukup sepi. Saat, ia membuka pintu koperasi, ia langsung melihat Kelvin sedang berdiri membelakanginya.

"Kelvin!" yang di panggil pun menoleh, "lo ngapain di sini?"

"Eh, ada Dira," Kelvin menatap beberapa lembar kertas, "Ini nih, gue di suruh Bu Endang foto copy tugas matematika."

Dira mengangguk angguk, "Lo... ketua kelas?"

Wajah Kevin nampak tersentak, "Hah? Gue? Ketua kelas?" Kelvin meringis, "mendingan gue ngatur 100 ekor kucing, dari pada ngatur temen temen gue."

Sekarang, Dira yang kaget, "Hah? Emangnya kenapa?"

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang