Confused : 16

138 12 8
                                    

“Dilangit yang merah, ranum seperti anggur. Wajahmu membuai mimpiku. Sang pujaan tak juga datang. Angin berhembus bercabang. Rinduku berbuah lara.”
—Angin Pujaan Hujan, Payung Teduh.

•••

AARON Saka: dir, gue mau tanya dong

“Udah lima hari lho ini, dan chat gue belum di bales. Di read aja enggak.” gumam Aaron yang ternyata di tangkap oleh telinga Lusy.

“Siapa emang?” tanya Lusy kepo.

“Ini nih temen aku.”

“Ooh, gitu.” Lusy mengangguk angguk kan kepala.

“Udah Aaron mau naik ke atas dulu, Ma.”

Aaron menaiki anak tangga, dan segera masuk ke dalam kamar. Barang tipis berwarna black matte yang di bawa Aaron pun, bergetar.

Caldira Audyna: YAAMPUN RON

Caldira Audyna: gue nggak tau kalo lu nge chat gue

Aaron Saka: udah basi jugaan

Caldira Audyna: maapin

Caldira Audyna: mau nanya apaan?

Aaron Saka: lo temennya si Kelvin ya?

Caldira Audyna: kok lo kenal?

Yaiyalah gue kenal. jawab Aaron dalam hati.

Caldira Audyna: temen lo ya?

Temen? bego banget gue temenan sama orang bangsat kaya dia. gumam Aaron, lagi.

Aaron Saka: gue pernah di bilangin sama si Aldo

Bokis banget emangan si Aaron.

Caldira Audyna: Ooh. Iya dia temen gue. Kenapa emangnya?

Aaron Saka: dia sifatnya gimana?

Caldira Audyna: anaknya baik kok, suka bantu bantu gitu.

Bantu bantu? Emangnya dia pembantu? Eh. Emang pantes sih di sebut Babu. Haha. gumam Aaron untuk ketiga kalinya.

Aaron Saka: Oh gitu ya? Yaudah deh

Caldira Audyna: iya gitu....

Aaron melemparkan Handphonenya ke atas kasur. Ia mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang dingin.

“Tunggu aja, Vin. Gue bakal hancurin hidup lo. Bahkan, lebih kejam dari yang semua lo lakuin ke gue dulu!” Aaron menyeringai.

Aaron melamun hingga lamunannya buyar, saat Handphonenya bergetar.

“Halo?”

“....”

“Apa?” Aaron terdengar kaget saat suara di seberang sana menjawab.

“....”

“Oke oke, gue kesana sekarang. Tungguin jangan kabur lo.”

Setelah sambungan telfon terputus. Ia langsung menyambar jaket yang tergantung di belakang pintu. Aaron bergegas mengambil kunci mobilnya dan berteriak pamit ke Mamanya.

Laki laki ini mengendarai mobilnya dengan cepat, membelah jalanan di siang hari yang terik ini.

Tidak ada sepuluh menit ia sudah sampai di lokasi yang di tuju. Di sana sudah ada Akbar, Aldo, dan dua polisi.

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang