“Nobody knows whenever I smile now, I actually want to cry out load.”
[㏂]
DIRA sekarang sedang berjalan menuju kantin untuk membeli minuman, karena siang ini matahari sangat terik.
Ia mengantri, dan mendapatkan jus jeruknya. Lalu membawanya ke meja yang kosong. Berhubung para siswa memang sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu, kantin menjadi sepi. Tinggal beberapa orang saja.
Gadis ini menatap ke depan, sambil mengaduk aduk jusnya. Sekali kali, mengecheck handphone-nya. Alasan Dira masih berada di sekolah, karena ia sedang latihan marching band.
Latihan belum di mulai. Ini merupakan, kedua kalinya berlatih marching band. Menurutnya, marching band memang seru dan terasa berbeda, namun juga melelahkan jika belum terbiasa.
Dira mendengar teriakan coach nya—Pak Hendra— memanggil anak anak, agar segera berkumpul di lapangan. Buru buru, ia menyerupur jus nya yang tinggal sedikit.
Terdengar, Pak Hendra sedang menghitung angka 1-10 tanda bahwa semua anak harus sudah berkumpul sebelum hitungan itu selesai.
“Baik anak anak, sekarang kita akan latihan yang ringan ringan dulu. Kita pemanasan saja.” ucap beliau saat semua siswa telah berkumpul.
“Baik, Pak.” semua membeo.
•••
“Aaron, ada temen kamu nih.” teriak seorang wanita dari bawah.
“Apaan Ma? Nggak denger.”
“Cepetan turun! Ini ada temen kamu.” teriak Lusy sekali lagi.
Cowo itu berfikir sebentar, sedang mencerna apa yang di ucapkan Mamanya.
Ia pun, segera bergegas menuju lantai bawah.
Munculah pemandangan orang orang yang tak asing di matanya. Akbar, Dinno, Bagus. Ketiga orang itu, sedang celingukan melihat foto foto keluarga yang terpajang di dinding.
“Buset dah, lo temen gue apa anak ilang?” ceplos Dinno, yang kaget melihat penampilan Aaron yang sangat acak acakan.
“Ya ampun, kamu kok kusem banget sih. Jijay deh, ih!” ucap Akbar bak tante tante–pengamen lampu merah, sambil menepuk pundak Aaron.
“Geli deh gue.” Aaron bergidik ngeri.
“Tumben banget, acak acakan kaya gini, Ron?” tanya Bagus menyelidiki, “lo... ada masalah?”
“Eng–nggak ada. Ngapain lo pada kesini?”
“Kita kita mau ngajakin lo basket.” jawab Akbar.
“Di mana?”
“Palingan taman komplek sebelah. Itu kan ada lapangan basketnya.”
“Taman Citra?”
“Nah, itu udah tau.”
Kepingan kejadian itu pun merambat dalam memorinya. Ia pun segera menggeleng-geleng kan kepalanya, membuang jauh jauh memori itu.
“Mau kagak?” tanya Dinno beberapa kali. Aaron masih diam, sibuk melamun.
“Woi! Tanyain juga, elah, ni bocah.” Akbar menjitak kepalanya.
“Iya iya, bentar, gue mau ganti dulu,” Aaron berbalik hendak menuju kamar, namun urung, “kok, lo lo pada... pake jeans?”
Mereka bertiga baru sadar, jika mereka memang memakai jeans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
Teen FictionBimbang. Sepertinya kata itu lebih tepat mendeskripsikan perasaan gadis ini. Caldira Audyna; berawal dari penasaran, sehingga dia terus mengejar cowok itu hanya untuk sekedar menjadi teman. Tetapi cowok itu-Aaron Saka Dharmananda-hanya cuek pada or...