_ Kim_" Haa.. Hallo. " Tidak biasanya seorang Kim berbicara gagap. Berbohong itu sulit, apalagi terhadap sahabatnya sendiri.
" Akhirnya diangkat juga. Gue udah nelpon tujuh kali, tapi kenapa ga diangkat - angkat?" jelas sekali Rima sedang sebal saat ini.
" Gue.. " haduh aku harus bilang apa?
" Ya udah deh, nanti aja jelasinnya. Gue udah nyampe di Kafe Night Flowers nih. Lo udah nyampe mana? " suara riang Rima kembali terdengar, cepat sekali perubahannya.
" Maaf Rima, gue nggak bisa dateng kesana. Tadi tiba-tiba bos nelpon, dia minta gue buat masuk kerja karena hari ini ada yang booking tempat untuk 100 orang. Lo kan tahu karyawan disitu nggak nyampe sepuluh orang. Jadinya gue dibutuhin banget buat tetep masuk dan gue nggak bisa menolaknya. Bagaimanapun gue nggak mau ambil resiko kena pecat karena nggak mau patuh sama perintah atasan. Gue mohon lo bisa mengerti, " aku merasa sangat berdosa telah berbohong kepadanya.
" Tapi Kim... " kudengar Rima menghela napas cukup panjang, " Kenapa tiba-tiba gini sih? "
" ....." Tenggorokanku terasa ada batu yang mengganjalnya.
" Ini hari yang sangat spesial dan aku merasa sedih, kecewa " maaf Rima, akupun merasakannya.
" Rima, please. Tolong mengertilah, pekerjaan ini sangat penting buat gue. Lo kan tahu sendiri, hanya ini caranya gue buat melanjutkan hidup," tanpa sadar sejak tadi aku mencubit hidung, mungkin hidungku sudah memerah sekarang.
"..... "
" Please, please, please. Gue janji minggu depan kita pasti akan pergi bersenang - senang buat ngaganti hari ini. Kalo soal hadiah, hari senin pasti gue bawa, sekalian gue traktir deh, " sahabat macam apa aku ini, berbohong kepada sahabatnya sendiri, tetapi aku tidak mempunyai pilihan lain.
" Ok. "
" Rimaaa, please jangan marah ya!"
" Oke deh. Tapi minggu depan gue nggak akan terima kalo dibatalin lagi, apapun alasannya, TITIK." syukurlah Rima mau mengerti.
" Tenang saja, janji kelingking. " aku sedikit berteriak saat mengucapkannya.
" Janji kelingking. " suara cempreng Rima sudah terdengar kembali, syukurlah dia mau mengerti.
" Siiip, gue harus balik kerja, nanti kita sambung lagi ya, "
" Ya, selamat. bekerja. " Rima menekan dua kata terakhir secara dramatis, lalu sambungan telpon pun berakhir.
Kusimpan kembali handphone ke dalam tas. Aku yakin Ray mendengar semua kebohongan yang kuucapkan pada Rima. Tetapi dialah penyebab aku sampai harus berbohong. Benar, dialah si biang masalahnya.
Kilirik Ray dengan ujung mataku. Dia masih terlihat sedang menahan emosi. Kenapa dia yang emosi, seharusnya aku yang emosi saat ini. Seenaknya saja memaksa aku masuk ke dalam mobilnya dan membawaku pergi entah kemana. Terbersit sebuah ide untuk melaporkan tindakannya ini kepada polisi, tetapi polisi apakah akan percaya?
*****
Sate, sate,,, yuhuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Takkan Selamanya
RomanceDia. Seseorang yang sangat ingin ku temui. Aku merindukannya. Sangat. Tapi segalanya telah berubah. Dia. Aku tak bisa mengenalinya, bahkan dia telah melupakanku.