Part 6

8 1 1
                                    


_Kim_

    Sudah beberapa hari ini Ray tidak pernah menggangguku bahkan menyapaku pun tidak. Ini lebih baik. Aku pun tidak ingin memperdulikannya. Ray juga tidak pernah membahas penawaranku. Mungkin dia lupa dan itu lebih baik lagi.

    Aku tahu Ray sempat di panggil wali kelas karena ia membolos hari itu. Dari gosip yang beredar, Ray hanya mendapat teguran agar tidak membolos lagi. Sejak saat itu, ia selalu mengacuhkanku. Saat tanpa sengaja mata kami saling bertemu, Ray langsung memalingkan wajahnya. Ya sudahlah, tak usah membahasnya lagi.

*****

    Rima hari ini berulang tahun dan aku sudah mengucapkan selamat padanya. Kami pun sudah membuat janji untuk menghabiskan waktu bersenang-senang hari ini hanya berdua.

    " Kim, elo udah ijin kan sama bos tempat elo kerja untuk ga masuk kerja hari ini? "

    " Udah dong. Hari ini adalah hari spesial buat elo dan gue gak mau menghabiskan hari ini tanpa membuat Rima-ku bahagia. "  Aku merangkul pundak sahabatku cukup erat. Satu-satunya orang yang kusayang di dunia ini.

    " Oouh so sweet, " Rima mengatakannya sambil mencubit pelan pipiku sebelah kanan. Salah satu kebiasaannya jika merasa gemas kepadaku.
" Kita ketemuan langsung di Cafe Night Flowers aja ya. Gue ga bawa baju ganti soalnya. "

    " Siip dah. Gue juga pengen dandan cantik dulu. Mungkin disana ada cowok-cowok ganteng, seger-seger gimana gitu, hahahaha, " Rima tertawa sangat senang membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Aku pun merasa senang melihatnya bahagia.

    " Yowis, lo masih ada ekskul kan?"
Rima menjawabnya hanya dengan anggukan.

    " Oke, gue balik duluan ya, dadah beb, " Aku membalikkan tubuhku, tanganku terangkat ke atas memberikan dadah dadah cantik kepadanya. Aku sudah menyiapkan sebuah kejutan menyenangkan untuk Rima. Semoga Rima menyukainya. Tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri, yahh walaupun bukan senyuman lebar.

    Aku berjalan menyusuri lorong sekolah dengan hati riang. Tidak biasanya aku begini. Semuanya terasa lebih indah, mungkin aku terkena virus "bahagia" Rima.
 
    Tak lama kemudian aku telah sampai di gerbang sekolah, aku langsung berbelok ke kanan untuk berjalan hingga ke jalan raya. Tapi,,

    " Siapa lagi sih ini, " Aku menggerutu karena tanganku ada yang menariknya. Sepertinya aku tahu siapa pemilik tangan ini dan terasa tidak asing lagi. Ray. Mau apalagi sih dia.

     Aku mencoba melepaskan tanganku dari tarikannya. Tapi seperti sebelumnya aku tidak berhasil, malah genggaman tangannya semakin kuat menarikku. Aku pikir hidupku sudah aman dengan dia yang tidak menggangguku lagi.
    Setelah beberapa meter Ray menarikku, dia berhenti di depan sebuah mobil berwarna putih yang terlihat mahal. Tapi ini mobil siapa?. Aku bertanya dalam hati, karena aku sebelumnya aku tidak pernah melihat Ray membawa mobil ke sekolah.

    " Masuk. " perintah Ray singkat. Aku tidak mengerti apa maksud perintahnya. Aku hanya berdiri mematung tanpa melangkah sedikit pun. Ray menatap tajam mataku seperti seseorang orang yang sedang menahan amarah. Kenapa dia?

    " Kenapa diem aja, Aku bilang masuk. " nada suara meninggi sedikit. Ray menunjukkan tangannya kepadaku lalu menunjuk ke arah mobil di depan kami.

    " Untuk apa? "

    " Kenapa harus banyak tanya sih? " Ray membuka pintu mobil, memegang kepalaku untuk menunduk dan mendorong tubuhku untuk masuk ke mobilnya. Aku sedikit terhuyung akibat gerakan tiba-tiba tersebut, bokongku sukses mendarat di kursi penumpang. Tetapi aku tidak suka caranya memerintah dan memaksaku masuk seperti. Aku menahan pintu mobil yang akan ditutup Ray dengan kakiku.

   " Ray!!!" aku berteriak padanya. " Apa maksud semua ini, lo tiba-tiba narik tangan gue dan memaksa gue untuk masuk, "

    " Kalo elo nurutin perintah, gue ga akan memaksa elo untuk masuk, "

    " Ini penculikan namanya. "

Takkan SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang