11 - Nyanyian Masha

9.3K 1K 36
                                    

T erima kasih Kak niamaharani atas komen sederhananya yang memberi ide untuk part ini♡♡

♥♥♥

Akhirnya orang yang menjadi topik pembicaraan beberapa waktu lalu muncul. Fakhri, istri dan anaknya, Fari tiba tepat jam setengah lima dengan berjalan kaki. Alya terkikik geli melihat Reffi yang awalnya memasang wajah kesal langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Muka topeng! Dia gengsinya memang setengah mati kalau ada di depan Fakhri.

"Ehm, jadi sekarang mau ngomong apa ini? Semacam sambutan tuan rumah?" tanya Alvin membuka pembicaraan.

"Kayak acara resmi aja," jawab Caca menyahuti kalimat papanya.

"Dek Caca."

Teguran dari Ken langsung membuat Caca bungkam. Dia akan selalu kalah jika berdebat dengan kakaknya. Mengalah sebelum kalah jauh lebih baik.

"Kamu kapan sampai, Al?" tanya Fakhri mengabaikan pertanyaan basa-basi dari Alvin.

Semua wajah selain tamu dan Reffi langsung menahan tawa. Dari sekian banyak kalimat tanya dan objek yang bisa ditanya oleh Fakhri, kenapa harus Alya.

"Baru aja, setengah jam yang lalu. Kamu kapan, Ri? Tinggal berapa hari?"

"Kemarin lusa, kebetulan dapat cuti. Hari Senin pagi balik lagi."

"Oh, kirain lama di sini."

"Kenapa emangnya kalau lama?" tanya Fakhri tidak mengerti.

Dunia menjadi serasa milik berdua bagi Alya dan Fakhri. Mereka duduk berseberangan, tetapi seperti tidak ada jarak sama sekali.

"Nggak papa, sih. Kalau lama kan besok gantian buka bersama tempatmu. Lumayan kami bisa hemat makan."

"Ehm," dehaman dari Alvin akhirnya membuat Alya diam. Kode keras!

"Dunia ini bukan milik kalian berdua, woi!" tegur Alvin to the point, tanpa kode-kode lagi.

"Maaf, Kak! Maklum lama nggak ngobrol, abisnya sekarang nggak boleh teleponan padahal dulu tiap hari skype-an. Ah, masa lalu!" jawab Alya.

"Iya, ya, Al!" Fakhri menimpali.

Dua orang ini memang kurang paham situasi. Reffi menghela napas.

"Om Pahliiiiiii!"

Karen langsung menarik napas lega. Akhirnya pemecah suasana tiba, dunia akan menjadi damai jika ada Masha.

"Kok Om, Bil?" tanya istri Fakhri penasaran. Biasanya Masha akan memanggil dengan sebutan eyang.

Bila tertawa. "Tadi waktu dia ganti baju kan Kak Daffa naik terus bilang kalau Om Fakhri datang. Eh, dia tahu-tahu ikutan manggil om. Kemarin sama Papa Alvin juga gitu."

"Nggak papa, biar keliatan muda juga dipanggil om," Fakhri berkata ringan.

"Betul!" Alvin menimpali dengan cepat.

"Dek Caca, mereka kapan tuanya, sih?" tanya Fari yang duduk berdampingan dengan Caca.

Pertanyaan itu sukses membuat Caca terkikik geli. Benar, sudah berusia tapi mereka mempunyai jiwa muda.

"Om Pahli! Kak Maca besok kalau gede mau jadi doktel, sama kayak om Pahli," ujar Masha menarik perhatian. Anak itu masih berdiri di samping kursi milik Fakhri tanpa beranjak sedikit pun.

"Kemarin katanya kamu mau jadi guru kayak Om Ren" tanya Bila kemudian. Ren adalah tetangga sebelah rumah yang berprofesi sebagai guru les di rumah. Terkadang, Masha ikut menyelundup ikut serta.

Diary Ramadhan CacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang