16 - Si Kembar

7.3K 846 35
                                    

Setelah melewati satu minggu dengan kebosanan, akhirnya hari yang ditunggu Caca tiba. Rapor sudah ada di tangan dan hasilnya pun tidak menuntut ceramah panjang dari papanya. Aman! Saat ini dia dan Ken dalam perjalanan menuju rumah Ave, kakak sulung mereka.

"Nggak boleh tidur, Dek! Enak aja lagi nyetir ditinggalin tidur, besok-besok nggak mau pergi sama kamu kalau kayak gini," tegur Ken yang melihat Caca sudah menguap untuk kedua kalinya.

"Caca ngantuk, Kak! Ini berasa lagi di nina bobok. Jalanan lancar, music oke, udah merem cocok." Caca berkata dengan nyawa yang hanya tinggal lima persen. Matanya sudah nyaris merem-melek.

Suara Maher Zain yang awalnya terdengar lirih tiba-tiba saja menjadi seperti teriakan. Caca langsung membuka mata lebar-lebar, menatap Ken dengan garang. Kantuknya hilang begitu saja. Di sampingnya, Ken justru tertawa lebar, puas sudah membuat Caca tidak bisa tidur.

"Kakak!"

"Nah, betul itu. Kakak bukan supir. Jadi, kamu jangan tidur!"

Caca langsung mengerucutkan bibir. Orang mana bisa menahan kantuk. Sekata-kata! Akhirnya, dia memilih untuk bermain ponsel dan membuka akun sosial medianya.

"Ngapain?" tanya Ken penasaran dengan Caca yang terlihat serius, tapi kadang tertawa seorang diri, nyaris seperti orang gila.

"Lagi buka instagram, lucu-lucu videonya."

"Oh."

"Eh, Kak, mumpung lampu merah lihat deh, bagus yang ini apa ini?" tanya Caca kepada Ken. Dia menyodorkan layar ponselnya dan memberikan dua opsi filter.

Ken menggeleng sambil berdecak. "Nggak ada yang bagus."

"Ah, Kak Ken nggak seru. Ini bagus semua tahu, Kak, jadi bingung lebih bagus yang mana."

"Ababil!"

"Apa, Kak?"

Ken menghela napas. Berbicara dengan Caca kalau anak ini sudah memegang ponsel pasti akan sulit. Dia tidak bisa dialihkan dari ponsel. Ada saja yang diamati, dibaca dan dicari dari alat kecil tersebut. Ponsel mendekatkan yang jauh, dan menjauhkan yang dekat. Tidak ingin berdebat, Ken membiarkan Caca sibuk dengan ponselnya dan memilih berkonsentrasi mengemudi.

**

Sampai di rumah Ave, mereka berdua langsung disambut oleh Si Kembar Syafa dan Syifa. Anak berusia tiga tahun itu baru banyak-banyaknya bicara.

"Om, Om, Om!" teriak Syafa sambil menarik tangan Ken.

"Om, yuk beli es cim!" teriak Syifa dari sisi kiri Ken.

Ken langsung memandang Nada dengan wajah meminta pertolongan. Dia lelah setelah menempuh perjalanan yang panas.

"Sayang, Om Ken-nya capek. Biar istirahat dulu, ya? Nanti sore mainnya, atau sama Nte Caca aja?" ujar Nada pada akhirnya.

"Yahhhh!" Si Kembar kompak mengatakan kekecewaan.

"Ish, dibilangin manggilnya Kakak aja. Kalau Tante aku kelihatan tua banget, padahal masih imut gini," protes Caca sambil bersungut-sungut.

"Tante labil," cibir Ken yang langsung meninggalkan Caca untuk pergi ke kamar tamu.

"Nad, aku ke kamar, ya!" tambahnya kemudian.

"Caca bilangin Kak Ave manggil Kak Nada langsung nama!"

Nada tergelak mendengar perdebatan adik dan kakak ini. Ken memang sudah terbiasa memanggilnya dengan nama sejak dulu. Namun, Ave bisa langsung memasang muka masam jika itu dilakukan di depannya.

Diary Ramadhan CacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang