Chapter 15

4.4K 451 39
                                    

Sorry, nggak bermaksud php. Tapi chapter 'penyebab Bagas dan Rutha putus' nggak bisa aku taruh di sini. Karena setelah aku baca ulang jadi nggak nyambung 😅 tunggu beberapa chapter lagi, ya.

***

Rutha merapatkan cardigan ke tubuhnya. Dia menyapukan pandangan ke sekeliling caffe dan sesekali mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Suasana caffe yang ramai tidak membantunya untuk rileks sama sekali. Orang yang ditunggunya belum datang juga padahal Rutha sudah menunggu cukup lama. Meskipun begitu, cokelat panas yang dipesannya masih mengepulkan asap dan aromanya sedikit menenangkan kerisauan Rutha.

Terdengar bunyi langkah kaki mendekat. Rutha segera menoleh ke samping dan mendapati gadis dengan lesung pipi yang membingkai manis wajahnya tengah berjalan menuju Rutha.

"Tataaaaa! Sorry gue telat, jalanan agak macet," ucap gadis itu dengan cengiran lebar lalu mencium pipi kanan dan kiri Rutha sebelum duduk berhadapan dengannya.

Rutha tersenyum. Gadis ini masih sama, dia sangat ceria dan ramah. Dia adalah teman SMPnya, Vani Octabrina. Ya, dia kekasih Galang.

Ketika menemukan foto Galang bersama gadis lain, Rutha sedikit terkejut karena dia mengenal dengan baik siapa gadis itu.

Kemarin, Rutha sadar bahwa dia tidak pernah hilang kontak dengan Vani sehingga dia memutuskan untuk mencari nomor Vani di ponselnya dan mengirimi Vani pesan untuk bertemu di caffe ini. Dan tanpa ragu gadis itu menyetujui ajakannya.

Vani memesan milkshake strawberry pada pelayan yang menghampirinya.

"Apa kabar, Tha?" tanya Vani ramah sembari menyelipkan rambut ke belakang telinganya.

"Gue baik, Van. Lo sendiri gimana?"

"Yeah kayak yang lo liat. Udah lama ya, Tha, kita nggak punya quality time bareng," jawab Vani. Senyum lebar tidak pernah hilang dari wajahnya.

"Iya," Rutha menanggapi. Entah kenapa suaranya mendadak serak dan lebih terdengar seperti burung mencicit.

Ketika minuman pesanan Vani datang itu artinya takkan ada yang memotong obrolan mereka, maka Rutha berdeham sebelum menyebutkan satu nama. "Galang Handika."

Vani yang sibuk mengaduk milkshakenya seketika menatap Rutha. "Hah?"

"Galang Handika. Itu nama cowok lo, Van?" tanya Rutha pelan.

"Iya. Lo kenal dia, Tha?"

Rutha tersenyum masam. "Ternyata bener ya kata orang, dunia itu sempit," ucapnya.
Rutha menengguk cokelat panasnya demi mengisi kerongkongannya yang tiba-tiba terasa sangat kering.

"Lo lagi ngomongin apa sih, Tha?" tanya Vani heran.

"Gue selingkuhannya Galang, Van" jawab Rutha getir.

Vani tertegun mendengarnya."Maksud lo apa, Tha?"

Rutha memejamkan mata beberapa saat sebelum kembali menatap Vani. "Gue selingkuhannya cowok lo, Van." Dengan lugas diulanginya kalimat itu sekali lagi.

Vani lambat-lambat mencerna ucapan Rutha. "Apa? Nggak mungkin. Gi-gimana bisa?"

Ada tarikan napas panjang yang terasa sesak di paru-parunya sebelum Rutha menjawab, "Dua hari yang lalu gue nggak sengaja nemuin foto kalian berdua di dasbor mobil Galang. Dan gue baru tau kalo ternyata gue selingkuhan orang."

Vani menatap Rutha tak percaya. "Bilang ke gue kalo itu semua cuman bercanda, Tha!"

Rutha menggeleng lemah. "Sayangnya itu bukan lelucon, Van," katanya.

Amnesia [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang