Denting piano yang melantunkan lagu Canon in D Major karya Beethoven itu diakhiri dengan sempurna.
Plok plok plok
Si pemain piano tersentak dan refleks melihat ke sumber suara.Lagi-lagi dia.
Lelaki itu berjalan mendekat.
Gadis itu bangkit dari kursinya dan buru-buru berjalan keluar,melewati lelaki yang tadi mendengarkan lantunan pianonya.
"Nala"
Gadis itu hampir tersandung kakinya sendiri kalau saja tidak hati-hati.
Nala diam mematung menunggu cowo itu melanjutkan kalimatnya.
"Hm dicariin Darel tadi"
Cowok itu perdehem sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Katanya lo ada janji pulang bareng dia ya?"
Nadanya mengingatkan sekaligus bertanya.
"Ya" Jawab Nala singkat sambil setengah menengok ke belakang.
"Makasih" tambahnya.
Nala berlalu meninggalkan lelaki itu sendirian dalam ruangan khusus grand piano yang sunyi.
"Bukan salah gue La,ini bukan salah gue"
Lelaki itu bergumam sendiri.
***
"Halo La,darimana aja? Daritadi gue cariin loh.Jadi kan pulang bareng?" Darel langsung memberikannya pertanyaan beruntut saat mereka bertemu di lapangan parkir.
Nala awalnya mau kabur dan tidak jadi pulang bersama Darel karena entah kenapa mood nya sedang rusak.
"Iya"
"Mampir ke cafè depan sekolah bentar yuk" Darel menaiki motornya sembari menengok
"Ngapain?"
"Gue mau minta ajarin mtk" Cowok itu menyengir kemudian memasang raut memohonnya.
"Ok"
"Yauda naik" Darel menstarter motornya kemudian Nala segera duduk menyamping di belakangnya.
"Siap?"
"Siap!"
Selama perjalanan menuju tempat tujuan mereka hanya bercanda ringan kemudian tertawa kecil. Tampaknya Darel memang tidak menyerah.
***
"Nah jadi yang nomer 70 itu hasilnya 34"
Nala menutup penjelasan panjang lebarnya dengan meletakkan pensil yang sedari tadi digunakannya.
Darel menggaruk belakang kepalanya sambil mangut-mangut.
"Sekarang coba kerjain yang nomer atasnya,samanya cara aja kayak yang tadi"
Darel buru-buru menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.
"Kok ditutup?"
"Udahan ya belajarnya" Darel kemudian mengangkat tangan pada pelayan meminta bill pesanan mereka.
"Hari ini gue traktir.Karena lo udah ngajarin" tambahnya setelah selesai membayar.
Nala kemudian melirik jam tangan pastel yang melingkar di pergelangan tangannya.
05.00
"Kayaknya gue harus pulang" Nala bangkit dari kursinya bersiap untuk berbalik mencari taksi.
Tapi sebelum niatnya terlaksana Darel buru-buru ikut bangkit dan mengajaknya pulang bersama.
***
"Ekhem.Jadi sekarang kalo nge-date ga bilang-bilang niih" Alya mendorong pelan lengan Nala yang menjadi tumpuan dagunya hingga kepalanya terjatuh
Nala memekik tertahan sebelum memberikan tatapan jengkel kepada sahabatnya itu.
"Duh Alya,siapa juga sih yang nge-date?" Tanya Nala sarkastik
"Jadi ke cafè berdua Darel kemaren itu apa?"
"Tau darimana lo?"
"Tranding Topic SMA Pelita hari ini kaliii"
"Hah?"
"Gue nguping Kania nge gosip depan kelas bentar tadi"
"Terus lo langsung percaya?" Tanya Nala tak percaya
"Dia punya fotonya La"
"Hah?!" Kali ini Nala berteriak.
Murid yang berada di kelas refleks menengok.
Alya memberikan mereka 'tatapan maaf' agar mereka melanjutkan kegiatan masing-masing.
"Terserah deh tapi yang jelas gue ga nge-date sama Darel.Kita cuma belajar biasa" Nala menjelaskan panjang lebar membuat Alya mangut-mangut mengerti.
"Tapi jujur deh, Darel tuh lumayan kan?" Alya kembali melontarkan pertanyaan.
Sudah dipastikan hal yang terjadi selanjutnya adalah promosi Alya tentang Darel.
Darel. Iya sih lumayan.
Nala mengangguk-angguk sendiri memikirkan cowo itu.
"WOY NALA DARITADI GA DENGERIN GUE NGOMONG YAA" Alya berteriak cukup keras di sebelah telinganya membuat Nala kembali dari lamunannya.
"Lamunin siapa sih lo? Darel ya? Darel kan? Darel doong" goda Alya bertubi-tubi.
"Engga"
"Boong"
"Yaudah iya tuh iya" Nala terpaksa jujur karena Alya pasti tahu jika dia berbohong
Kenapa jadi Darel coba? Gue kan sukanya sama Kak Raya.Ngaco deh ngaco.
Nala geleng-geleng sendiri berusaha melupakan penilaiannya terhadap Darel.
"Oy Nalaa" Nala menengok ke sumber suara
"Dicariin Darel di kantin.Lo ga ngantin?" Miki bertanya
"Oh iya iya nanti gue ke sana" Jawab Nala singkat
"Oh ok" Miki akhirnya menghilang di balik pintu.
"Mau ke sana La?"
"Gak.males."
"Tadi katanya?"
"Biar Miki diem aja"
××××××××××××××××××××××××××××××××
Ditunggu vote and commentnya ya!! ;)

YOU ARE READING
Blue
Teen FictionKetika hal yang menjadi sumber kebahagian merupakan suatu kepalsuan. Ketika hal yang menjadi suatu alasan untuk membenci merupakan sebuah kepalsuan Dan ketika hal yang benar dan salah tak lagi dapat dibedakan Dunianya semu tanpa arah,bagaikan...