Mila menghela nafas berat dan kini apartemen terasa sangat sepi, biasanya ia selalu berdebat dengan Kevin, tapi walau begitu Kevin tetap bersikap manis padanya, namun sekarang, karena kebodohannya ia tidak tau suaminya itu pergi kemana.
"Apa kamu benar-benar marah? Astaga pertanyaan bodoh!! Bukankah kemarin malam dia terlihat sangat mengerikan karena marah!!" Mila memijat pelipisnya dan tiba-tiba ia merasa sangat pusing, hingga akhirnya Mila memejamkan matanya dan tanpa sadar Mila pun tertidur disofa.
Sementara itu, Kevin yang kini ada di rumah kedua orangtua Mila, berdiam diri didalam kamar Mila dan ia merasa kesepian, ternyata tidak berdebat dengan Mila membuatnya sangat merindukan Mila.
"Vin... Boleh Papa masuk?" Bambang berdiri diambang pintu dan sebenarnya sejak tadi pintu kamar sudah terbuka karena Kevin belum menutupnya.
"Ya ampun Pah, kenapa harus minta ijin?" Sahut Kevin.
Bambang tersenyum kemudian menghampiri Kevin lalu duduk disamping Kevin.
"Ada apa? Kenapa setelah makan malam kamu selalu melamun? Ah... Atau jangan-jangan kamu sangat merindukan Mila?" Bambang menepuk bahu Kevin.
Kevin mengerutkan dahinya. "Ini juga karena Papa" Jawab Kevin.
"Lah kok Papa?"
"Habis Mama bilang Papa ingin bertemu denganku"
"Oh jadi kalau Mamamu tidak bilang Papa ingin bertemu, kamu tidak mau datang kesini begitu? Huh Papa sangat kecewa!" Bambang pura-pura merajuk dan seketika Kevin terkekeh geli.
"Astaga Pah, jangan merajuk seperti itu, Papa sangat tidak pantas tau!!" Ucap Kevin dan sontak Bambang melotot pada Kevin.
"Kamu ini!" Detik berikutnya lelaki paruh baya itu justru tersenyum geli. "Entah kenapa Papa merasa sangat senang bicara dan bercanda denganmu seperti ini"
"Aku juga Pah, dan asal Papa tau rumah ini terasa sangat hangat setiap kali aku datang kesini" Ucap Kevin.
"Papa tau dan Papa bisa lihat itu, tapi apakah kamu bahagia?"
"Maksud Papa?"
"Pernikahanmu dengan Mila, apa kamu bahagia?"
Mendapat pertanyaan itu dari sang ayah mertua, Kevin terdiam dan yang bisa dilakukan Kevin hanya mengukir senyum dibibirnya.
"Vin, kenapa diam? Dan kenapa kamu malah tersenyum seperti itu?" Bambang memperhatikan arti dibalik senyuman Kevin dan ia menangkap ada sebuah kesedihan didalamnya.
"Maafkan aku Pah, aku nggak mungkin mengatakannya pada Papa. Papa pasti akan sangat marah. Dan lagi ini masalah rumah tanggaku, aku gak mau melibatkan Papa, dan akupun sudah mengatakan itu pada Mama" Batin Kevin.
Lelaki tampan itu memang sudah meminta Jane untuk diam. Walau bagaimanapun kalau sampai Bambang tau, maka Bambang akan sangat murka pada Mila dan hubungan ayah dan putrinya itu akan semakin buruk.
"Aku tersenyum karena aku mengingat Mila dan aku sangat bahagia Pah, bagaimana mungkin aku tidak bahagia, terlebih aku menikah dengan wanita yang sangat aku cintai, dan karena kepercayaan Papa aku pun bisa menjadi suami Mila" Jawab Kevin akhirnya, namun jawaban dan arti dibalik senyuman Kevin sangatlah berbeda.
"Tapi kenapa Papa menangkap hal lain dari jawabanmu itu Vin, apalagi Mila juga tidak ikut denganmu kesini, bukankah seharusnya dia menemanimu disini, tapi kamu hanya datang bersama Mamamu" Ucap Bambang.
Kevin menghela nafas. "Pah..."
"Baiklah Papa mengerti, mungkin Mila sedang merajuk jadi dia tidak mau ikut denganmu kesini. Astaga anak itu, kapan berubahnya" Bambang tersenyum geli. Ia menepuk bahu Kevin dan tak lama Bambang pun keluar dari kamar, meninggalkan Kevin untuk istirahat, yang Bambang tau Kevin sedang dalam kondisi kurang fit, apalagi dokter tiba-tiba datang ketika Kevin datang bersama Jane. "Papa tau ada yang kamu sembunyikan Vin, dan Papa tidak akan tinggal diam, karena Papa akan mencari taunya sendiri" Ucap Bambang dalam hati sebelum akhirnya lelaki paruh baya itu masuk kedalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND
RomanceMengakuinya sebagai suami? Aku pasti sudah gila! Pernikahan ini saja sangat tidak aku harapkan, tapi dia dengan sangat menyebalkannya membuatku akhirnya terjebak dengannya. Apapun alasannya aku tetap tidak suka titik. . . Lidya Mila Anjani Menjadi s...