Setelah melewati malam yang terasa panjang untuk Kevin karena lelaki tampan itu harus menahan hasratnya, seperti biasa, Kevin memandikan Mila dan memakaikan baju pada Mila, kemudian menyisir rambut Mila, semua itu Kevin lakukan sejak Mila bedrest. Dan lelaki tampan itu sama sekali tidak pernah mengeluh.
"Sekarang kamu sudah wangi sekaligus rapi. Sekarang habiskan sarapanmu" Ucap Kevin sambil menyuapkan sandwich pada Mila, dan Mila menerimanya dengan lahap, tapi Mila memakannya diselingi dengan pisang, entahlah itu kebiasaan anehnya, dan itu cara Mila agar tidak mual. Perutnya baru bisa diajak kompromi kalau yang masuk kedalam perutnya adalah buah. Tak lupa Mila juga menyuapi Kevin, agar suaminya juga tidak melupakan sarapannya.
"Jadi hari ini kamu akan ke kantor?" Tanya Mila.
Kevin mengangguk. Ia mengecup sekilas bibir Mila. "Tapi nanti siang aku akan pulang, aku nggak mau melewatkan makan siang dengan istriku"
Mila tersenyum lalu mengecup gemas pipi Kevin.
15 Menit kemudian, setelah Kevin berangkat ke kantor, Mila meminta Ali yang tidak lain adalah kakak Digo untuk membawanya ke taman belakang dan tentu saja Mila harus duduk dikursi roda. Ia hanya boleh berjalan sebentar setelahnya ia harus mengistirahatkan tubuhnya. Namun ini jauh lebih baik karena sebelumnya Mila hanya berbaring di tempat tidur.
"Aku tinggal sebentar dan ingat jangan melakukan sesuatu sendiri" Ucap Ali.
Mila mengangguk dan Ali pun masuk kedalam rumah untuk mengambil minuman dan buah untuk Mila.
"Kamu terlihat sangat menyedihkan, Kevin pasti sangat kerepotan mengurusmu"
Suara itu tiba-tiba membuat Mila menoleh dan di belakangnya Agatha berdiri sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
"Harusnya kamu yang mengurus Kevin, bukannya Kevin yang mengurusmu" Ucapnya lagi.
Mila memejamkan matanya sejenak lalu menatap tenang Agatha. "Ternyata mulutmu tajam juga ya?" Komentarnya santai. "Dan aku sudah menduga, kamu nggak suka padaku. Tatapanmu semalam sudah menjawab pertanyaan dibenakku"
"Baguslah kalau kamu tau, aku bahkan nggak setuju saat tau sepupuku itu mengorbankan dirinya untuk menikahimu disaat calon suamimu sendiri malah meninggalkanmu"
Mila merasa sesak mendengar setiap kata yang diucapkan Agatha. "Kamu nggak tau apapun, jadi lebih baik kamu diam!"
"Aku memang nggak tau apapun, tapi dimataku, kamu hanya istri yang menyusahkan dan seharusnya Kevin bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dan lebih segalanya darimu, aku bahkan yakin, Kevin masih berada disampingmu itu karena dia kasihan padamu" Ucap Agatha tajam tanpa mau memperdulikan bagaimana perasaan Mila yang mendengarnya.
"Sekali lagi aku tegaskan. Kamu nggak pantas untuk Kevin Mila, disaat kamu hamilpun bukannya membawa kebahagiaan untuk Kevin dan semua keluarga, kamu malah semakin menyusahkan mereka, dasar wanita gak berguna, bisanya menyusahkan saja" Agatha kembali mengoceh.
Mila mengepalkan kedua tangannya yang ada diatas pangkuannya. Ia marah, tentu saja! Bisa-bisanya Agatha mengatakan itu padanya, padahal Agatha tidak tau apapun tentangnya dan ini juga bukan kemauannya.
"Terserah apa katamu, tapi bagiku, ucapanmu itu seperti pepesan kosong" Mila tersenyum.
Agatha mendengus kesal. "Kamu..." Tunjuknya marah.
"Apa?" Tantang Mila, ia masih terlihat tenang walaupun ia sangat ingin menarik rambut Agatha.
"Mila, Digo telepon dan dia ingin bicara denganmu" Suara Ali mengintrupsi dan Agatha melihat Ali berjalan cepat kearah Mila sambil membawa jus dan beberapa buah ditangannya, hingga akhirnya Agatha pun memilih untuk beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND
RomanceMengakuinya sebagai suami? Aku pasti sudah gila! Pernikahan ini saja sangat tidak aku harapkan, tapi dia dengan sangat menyebalkannya membuatku akhirnya terjebak dengannya. Apapun alasannya aku tetap tidak suka titik. . . Lidya Mila Anjani Menjadi s...