Tak terasa satu minggu sudah Mila dirawat di rumah sakit dan setelah kondisinya dinyatakan jauh lebih baik, Mila pun diizinkan pulang, namun masih harus tetap bedrest di rumah, dan kini Kevin, Mila beserta kedua Mama mereka baru saja sampai di rumah yang selama ini dipersiapkan Kevin untuk Mila, bahkan kedua Mama mereka juga sepakat untuk bergantian menjaga dan menemani Mila.
"Apa kamu menginginkan sesuatu?" Tanya Kevin setelah membaringkan Mila di tempat tidur, dan tangannya terulur mengusap sayang puncak kepala Mila, wanita cantik itu tersenyum lembut dan menggeleng pelan.
"Nggak, tapi kalau kamu gak keberatan aku ingin memelukmu" Jawab Mila.
"Bagaimana mungkin aku keberatan, tentu saja kamu boleh memelukku sepuasnya dear, jangan berkata seakan aku melarangmu untuk memelukku" Kevin memeluk erat Mila, tapi walau begitu pelukannya tidak menyakiti Mila.
"Kamu memang yang terbaik"
"Dan yang paling tampan tentunya" Timpal Kevin, dan itu membuat Mila tersenyum geli.
"Dasar narsis" Cibir Mila. Mereka berdua saling melempar senyum, hingga akhirnya Mila merasa perutnya seperti diaduk-aduk.
"Dear, kamu kenapa?" Kevin terlihat cemas begitu menyadari raut wajah Mila berubah, dan mulutnya seakan ingin memuntahkan sesuatu. "Apa kamu mual dan mau muntah?" Tanyanya panik.
Mila membekap mulutnya, ia ingin berlari kekamar mandi, tapi ia tidak bisa.
"Muntahkan" Kevin mendekatkan kedua telapak tangannya kemulut Mila dan Mila menatap Kevin tak percaya.
Astaga yang benar saja, apa Kevin tidak merasa jijik?
"Ayo keluarkan jangan ditahan, kekamar mandipun nggak akan sempat"
"Nggak, kamu pasti akan jijik" Mila kembali membekap mulutnya dan Mila tidak bisa lagi menahan mualnya, hingga akhirnya Mila pun memuntahkan isi perutnya ketelapak tangan Kevin. "Sayang" Mata Mila berkaca-kaca, walaupun hanya cairan bening tapi tetap saja itu terlihat menjijikan.
"Nggak apa-apa dear. Apa kamu masih mual?" Kevin tersenyum lembut pada istrinya, berharap senyumannya bisa menenangkan Mila.
"Nggak, tapi aku ingin kekamar mandi"
Kevin mengangguk mengerti, tapi sebelum menggendong Mila, Kevin membersihkan tangannya terlebih dulu kemudian mengusap bibir Mila, lalu menggendong Mila dan membawa Mila kekamar mandi.
"Sudah selesai?" Tanya Kevin, lelaki tampan itu tidak bisa menutupi kekhawatirannya pada Mila, terlebih sekarang wajah Mila pucat pasi dan tubuh Mila juga sangat lemah, Kevin terus memegangi Mila berdiri didepan wastafel karena Mila kembali memuntahkan cairan bening.
"Maaf aku selalu saja menyusahkanmu" Ucap Mila sedih, ia merasa tidak berguna.
Kevin mengelap mulut Mila dengan handuk kecil, kemudian mengecup dahi Mila. "Aku harus bilang berapa kali heum? Kamu sama sekali gak menyusahkanku, aku ini suamimu jadi berhentilah mengatakan seakan aku ini orang asing untukmu"
"Sayang tapi..."
"Jangan lagi, aku nggak suka mendengarnya"
"Tapi kamu pasti merasa jijik tadi"
"Astaga demi Tuhan nggak my dear, kamu seperti ini juga karena aku, jadi jangan terlalu memikirkan sesuatu yang akhirnya hanya akan membuatmu stress" Kevin memeluk Mila dan mengecupi puncak kepala Mila. "Aku sangat mencintaimu, my dear. Dan kamu harus selalu ingat itu" Bisiknya kemudian.
"Aku juga sangat mencintaimu, my hubby" Mila tersenyum dalam pelukan Kevin, ia benar-benar bersyukur Kevin menjadi suaminya.
Selang 15 Menit, begitu Mila sudah kembali berbaring nyaman diatas tempat tidur, Sisi dan Dilla datang menjenguk Mila, dan itu membuat Mila tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND
RomanceMengakuinya sebagai suami? Aku pasti sudah gila! Pernikahan ini saja sangat tidak aku harapkan, tapi dia dengan sangat menyebalkannya membuatku akhirnya terjebak dengannya. Apapun alasannya aku tetap tidak suka titik. . . Lidya Mila Anjani Menjadi s...