New Year (Prepare)

824 49 4
                                    

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Gue, Mauren, Daniaal dan Ares lagi nginep di villa yang ada di Puncak punya Daren. Tadinya, dia cuma ngundang gue, Ares dan Mauren doang. Abis itu, atas permohonan dari gue, akhirnya Daren ngebolehin gue ngajak Daniaal.

Yah, seperti yang lo tahu, dulu Mauren pernah suka sama Daniaal. Tapi itu udah 1 setengah tahun lalu semenjak kejadian itu.

Waktu berjalan cepet banget, nggak kerasa ya. Tunggu, kayaknya gue salah ngomong. Mungkin waktu bukan berjalan, tapi berlari.

Apa sih ya, sikap gak jelas gue ini kayaknya sudah mendarah daging. Jadi, maaf-maaf aja ya.

Omong-omong, Mauren dan Daren makin sweet, lho. Sampe terkadang, gue jadi agak geli lihatnya. Tapi biarin mereka seneng lah. Asal nggak diem-dieman kayak waktu itu aja, hehe.

Kayaknya, kalo ada quotes yang bilang; kita belajar dari kesalahan; itu bener. Buktinya, Mauren nggak pernah ngulangin perbuatannya yang dulu. Daren juga tambah sering konsultasi ke gue tentang Mauren.

Single, tapi pakar cinta. Boleh juga, tuh.

Tapi sayangnya, udah lebih dari 1 tahun berjalan, ada yang belum berubah. Yaitu...

Gue yang terjebak friendzone. Gue baru kali ini lho ngalamin yang namanya friendzone. Kata orang sih, friendzone itu agak nyesek. Tapi gue biasa aja, kata Faren—yah, tumben dia bijak—nikmatin aja apapun yang lo lakuin, nggak bakal kerasa capeknya deh. Gitu kata dia.

Omong-omong, gue dan Daniaal lagi ngipas-ngipasin daging—barbeque-an untuk pergantian tahun nanti. Sementara itu, Daren dan Mauren lagi nyiapin kembang api dan petasan buat dinyalain nanti. Sedangkan Ares?

Nganggur, gak ngapa-ngapain. Sendirian pula. Sabar ya, Res.

"Jangan lupa dibalik ya, mas! mbak! Oh iya, saya pesan 100 tusuk!" Ares meledek gue dan Daniaal. Gue cuek aja. Asal bareng Daniaal, apa sih yang ngga? Hehehe.

"Apa sih lu, mblo. Sirik aja!" seru Daniaal sambil tergelak.

Daniaal, berhenti ketawa dong. Gue bisa diabetes kalo lo ketawa terus, hehehe.

"Gue bilangin Tante Dean, nih!" ancam Ares setelah diledek oleh Daniaal.

Gue ngakak. "Astaga, seorang Ares yang udah kelas 11 masih hobi ngadu!" ejek gue membuat Daniaal ikut tergelak dan menimpali, "tahu tuh."

"Dan! Ren! Sini gantian kita aja, lo berdua pasti capek ngipasin mulu," ujar Mauren berbaik hati. Makasih Mauren, tapi gue menikmati ngipasin daging bareng Daniaal, jadi capeknya gak kerasa gitu. Muehehe.

"Ya udah yuk, Ren." Daniaal mengajak gue berhenti mengipasi daging dan menyerahkan kipasnya pada Mauren dan Daren. Seperti yang gue duga, mereka ngipasin daging sambil bercanda.

Kapan ya gue sama Daniaal bisa romantis kayak gitu? Hehehe.

Jangan deng, kadang kalo ada yang terlalu romantis gitu gue jadi geli sendiri.

Daniaal menggenggam tangan gue. "Kita ke ayunan itu yuk."

Oke jantung bersiaplah, mari berolahraga!

Kita berlima; gue, Mauren, Daren, Daniaal dan Ares ngerayain tahun baru di halaman belakang villanya Daren. Dan di halaman belakang villa ini ada ayunan yang cukup dinaikin 4 orang. So, di sinilah gue sekarang. Berdua sama Daniaal, di atas ayunan dengan posisi berhadapan.

Gue mulai mengayunkan ayunan tersebut.

"Lo suka sama hal-hal semacam rasi bintang ga?" tanya Daniaal tanpa menatap mata gue, dia memandang langit yang hitam namun bertabur bintang, indah. Bagus lah, seenggaknya gue gak gugup karena dia menatap mata gue.

"Biasa aja," jawab gue jujur.

"Ooh," kata Daniaal singkat.

Hening, gue gak suka keheningan kayak gini. Suasananya awkward banget. Dan itu yang bikin jantung gue rasanya mau copot.

"Oh iya, pas itu lo tahu nama gue darimana sih?" tanya Daniaal. Gue mengernyit. Pas itu? Kapan? Yang mana?

"Hah?"

"Itu lho, pas lo digodain preman, setahun lalu," jelas Daniaal.

Gue terdiam, berpikir.

Oh yang waktu itu! Ah elah, Daniaal kok masih inget sih? Lupain aja lah yang itu. Gue kan malu kalo ketahuan ngestalk.

"Masa-masa kita masih baru kenal tuh," lanjut Daniaal lagi.

"Hehehe, ada deh." Gue memutuskan untuk merahasiakan itu. Malu lah ketahuan ngestalk, gils.

"Sebenernya, gue nyari tahu tentang lo tahu, semenjak kita abis tabrakan di mall itu. Tapi gue gak tahu nama lo dan gue bukan stalker handal."

Gue tersentak. Daniaal nyari tahu tentang gue semenjak habis tabrakan di depan toilet di mall waktu itu? kayak yang gue lakuin, dong? Dan dia masih inget?

"Hehehe, sebenernya gue juga gitu. Makanya gue bisa tahu nama lo," ceplos gue. LAH KECEPLOSAN. Waduh.

"Lo kenapa pengin nyari tahu tentang gue?" tanya gue masih dengan detak jantung yang gak teratur. Ya Tuhan, Karen deg-degan.

"Karena gue bingung, ada gitu cewek yang tabrakan sama gue, abis itu gue tanyain cuman bengong dengan muka cengonya, kan gue ngakak, HAHAHA." Daniaal terbahak.

"Wah, sial gue dikatain cengo." Gue manyun 5cm. Geli ya, gapapa lah sekali-kali sok imut gitu. Hehe.

"Tapi lucu mukanya," kata Daniaal sambil terkekeh, tawanya mereda.

DEG.

Tahu gak? Gue harus segere ke dokter jantung. Sialnya, abis Daniaal ngomong gitu jantung gue malah tambah gak bersahabat gitu.

"Lo tahu? Saat itu gue konyol banget, gue sering fangirling gak jelas." Akhirnya, gue berterus terang. Ternyata, setelah gue berterus terang, gue jadi lebih lega, cuy. Dan jantung gue agaknya mulai normal.

"HAHAHA. Gue tahu kok kalo gue ganteng." Daniaal menyugar rambutnya.

"HUEK. Sekarang mah biasa aja." Gue memasang ekspresi pengin muntah.

"Masa sih?" Daniaal menaikkan sebelah alis sambil menyeringai. Ah elah, nih orang sadar pesona banget, sih.

"Iyalah!" Gue gak yakin warna pipi gue masih normal. Soalnya gue ngerasa pipi gue kayak agak mengahangat gitu, ah, gak ngerti lagi deh.

"Oh iya, lo tahu hal pertama yang gue suka sebelum langit malam?" Kali ini Daniaal berwajah datar dengan pembawaan tenang, seperti biasa. Nggak jahil kayak tadi lagi. Syukurlah.

"Nggak."

"Tanya dong apa yang gue suka."

Dih? Masa' nyuruh, wkwkwk. Ya udah lah ya, karena gue orang yang baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung, gue tanyain aja, "eeettt hahaha-_- ya udah apa?"

"Lo."

DEG.

a.n

Cye ngefly, AHAHAHA. HORRAYYY, abis ini udh epilog! HEHEHE :D

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang