14.14

1K 40 22
                                    

New Year

Semuanya udah siap; makanan, minuman, petasan dan kembang api. Woohoo!

Fyi, ini pertama kalinya gue ngerayain tahun baru bareng temen, bukan bareng keluarga. Dan, untuk tahun baru kali ini, Faren ngerayain bareng temen-temennya, sementara Mama dan Papa ngerayain bareng orang tuanya Mauren dan Daren yang merupakan sahabat mereka saat SMA. Yippie!

"Udah jangan dipikirin amat yang gue omongin tadi," bisik Daniaal. Gue mengangguk.

Siapa yang mikirin? Gue bukan tipe orang yang kayak gitu amat kok. Daniaal ge-er huuuuu.

Tapi gue tetep suka kok, hehe.

Omong-omong, kayaknya perasaan gue berubah deh. Yang dulunya gue cuma kagum biasa doang, sekarang gue mulai gimana gitu. Oke, ini lebay. Tapi beneran.

Ditambah lagi, gue sebelumnya gak pernah suka-suka amat sama cowok. Yah, bukan berarti gue suka sama cewek lho ya. Amit-amit cabang toge, deh.

"Dikit lagi, nih!" pekik Mauren.

Daniaal, Ares dan Daren mengerubungi Mauren, hendak melihat jam berapa sekarang.

"Oke, hitung mundur yuk!"

Daren dan Ares menyambar kembang api dan pemantik.

"10... 9... 8... 7... 6... 5... 4..."

Daniaal ngelirik gue yang duduk di sebelah dia. Dia senyumin gue. Ya udah gue senyumin balik.

Haduh, meleleh gue.

"3... 2... 1..."

DUAARR!

Kembang api pecah di angkasa. Bagus banget!

(a.n: gitu bukan sih suara kembang api? Sebenernya lebih kayak kompor meledak. Tapi,  ya udah lah ya, anggep aja gitu, wkwk)

"HAPPY NEW YEAR!" seru kami serempak. Ares dan Daren tergelak, entah kenapa. Mauren meluk Daren. Ares meluk pohon, gak deng.

Sedangkan gue dan Daniaal cuma duduk sebelahan dengan kalem.

Danial menoleh ke arah gue yang duduk dengan jarak 5 jengkal dari dia.

"Happy new year, Ren."

"HAPPY NEW YEAR, DAN!" balas gue riang.

Kami berlima pun menikmati kembang api yang riuh di angkasa sambil memakan daging yang sudah kami panggang tadi. Enak banget, yuhu. Nagih deh.

Mauren dan Daren yang tadinya mengobrol tiba-tiba hening. Begitu juga gue, Daniaal dan Ares yang tadinya mengobrol bertiga.

Sebenernya gue pengen ngobrol berdua sama Daniaal, tapi kalo gue ngobrol cuman berdua, jantung gue gak bisa kompromi. Lagipula, gak mungkin Ares sendirian kayak kambing conge.

Udah jomblo, cuman jadi nyamuk pula. Kan kasihan. Ya udah ngobrol bertiga.

Danial mengambil gitar putih milik Daren.

Gue melirik Daniaal, bingung. Daniaal mengulum senyum penuh arti ke gue (ea).

Jantung gue mulai olahraga. Dan semakin tidak karuan lantaran gue teringat saat Daniaal menyatakan perasaannya yang sama kayak yang gue rasa.

"When your legs don't work like they used before.

And I can't sweep you off of your feet.

Will your mouth still remember the taste of my love?

Will your eyes still smile from your cheeks?"

Be MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang