Seperti hari-hari biasanya. Ayraa mengantar Afwan sampai teras, tak lupa ia membenahi pakaian Afwan sebelum Afwan memasuki mobil.
"Ay, nanti siang bawain aku makan siang ya?" Pinta Afwan sedikit manja. Entah mengapa sejak kejadian Afwan telat pulang dan tidak menepati janji jemput Ayraa dua minggu yang lalu Afwan selalu manja dengan Ayraa. Seperti sekarang ini, tidak biasanya Afwan meminta dirinya mengantar Makan siang untuknya.
"Mau aku bawain lauk apa?" Tangan Ayraa menjauh dari kerah baju Afwan ketika melihat benar-benar sudah rapih.
"Mm.. Kalau bikin Ayam penyet kamu bisa Ay?" Ayraa tampak berfikir. Lalu mengangguk. "Aku mau Ayam penyet kalo gitu. Hehe"
"Yaudah. Biar nanti aku bawain ya." Ujar Ayraa yang langsung mengundang senyum manisnya Afwan. "Aku berangkat. Kamu hati-hati di rumah ya." Pamit Afwan kepada Ayraa lalu mencium kening Ayraa.
"Hati-hati juga Mas nyetirnya" Balas Ayraa.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam."
Setelah mobil Afwan tak lagi bertengger di pekarangan, Ayraa buru-buru langsung masuk ke dalam untuk menyiapkan bahan-bahan Ayam Penyet untuk Afwan.
"Non? Lagi cari apa?" Tanya Mbok Sar ketika Ayraa mencari bawang merah namun tak kunjung ketemu.
"Ini Mbok, aku nyari bawang merah. Bawang merah memangnya habis ya Mbok?" tanya Ayraa.
"Oalah si Non. Ada kok Non. Disini.." Mbok Sar pun melangkah menuju kitchen set. "Disini Non.hehe"
"Oalah, ya ampun. Padahal tadi aku udah nyari ke sini Mbok. Kayaknya aku perlu pake kaca mata ini mah. Hehe" Ayraa tertawa karena matanya yang tidak jeli. Mbok Sar hanya tersenyum maklum.
"Emangnya mau bikin apa toh Non?" Tanya Mbok Sar kemudian. "Ini Mbok. Mas Afwan minta di buatin makan siang, dia maunya Ayam penyet buatan aku. Hehe" Jawab Ayraa.
"Oalah. Sini biar Mbok bantu Non." Ujar Mbok Sar menawarkan diri.
🍃
"Dit?" Panggil Afwan kepada sekertarisnya itu. "Iya pak?"
"Saya mau keluar sebentar. Nanti kalau ada istri atau sepupu saya yang datang. Tolong suruh tunggu di dalem aja ya Dit." Ujar Afwan yang langsung di mengerti Dita.
🍃
Setelah rapih memasak. Ayraa beranjak dari dapur untuk membersihkan dirinya dan siap-siap mengantar makan siang untuk suaminya itu.
Setelah polesan make-up simple di wajahnya selesai. Ayraa bergegas mengambil tas dan makan siangnya.
"Pak Usman? Mari kita jalan." pak Usman mengangguk, kemidian menaruh cangkir kopinya lalu beranjak dari duduknya.
"Mbok. Aku tinggal ya. Assalamualaikum." Salam Ayraa kepada Mbok Sar.
"Wa'alaikumsalam."
🍃🍃🍃🍃
Tak membutuhkan waktu berjam-jam untuk Ayraa sampai di kantor Afwan. Kini dirinya telah sampai di lobi kantor, beberapa orang yang mengetahui status dirinya sebagai istri dari Direktur kantor mereka. Menyapa Ayraa dengan sopan. Ada yang hanya tersenyum dan ada juga yang menyapa dengan salam.
Ayraa menanggapi dengan ramah. Tak henti-hentinya ia tersenyum membalas senyum sapa dari Karyawan suaminya itu. Sampai akhirnya ia menginjakkan kakinya di lantai 11. Lantai dimana ruangan suaminya berada.
"Selamat Siang. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa Seorang sekertaris yang Ayraa baca dari papan namanya bertuliskan Andita Farah di sana. Ayraa tersenyum melihat sekertaris Afwan yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Husband ✅
General Fiction#3InSpiritual (On11Desember2016 | On28Desember2016) Karena bagaimanapun Menikah di usia 23 tahun itu bukanlah cita-cita yang di impikan oleh seorang Ayraa Nazeefah Mahveen.