33.

27.6K 1.1K 72
                                    

Acara pernikahan Faris tinggalah besok. Hari ini saatnya semua keluarga baik mempelai wanita maupun mempelai pria berkemas untuk datang ke hotel yang nantinya akan menjadi saksi bisu janji suci Faris dengan Indri.

"Sayang.. Ayo kita ke bawah. Gak enak kalau sampai mereka harus nunggu kita." Ajak Afwan sambil memeluk istrinya dari belakang.

"Tapi Mas. Make-up aku Kurang gak sih? Kayaknya muka ku tuh pucet banget deh" Tanya Ayraa yang masih mematut di cermin.

Afwan mengangkat kepalanya untuk melihat pantulan wajah istrinya di cermin. "Kamu Cantik." Bisiknya. Ayraa Yang di bisikan seperti itu hanya bisa tersipu.

"Udah yuk. Kita ke bawah..." Afwan hendak menarik tangan Ayraa untuk keluar tapi Ayraa malah menahannya kuat.

"Beneran gak keliatan pucet Mas?" Tanyanya lagi.

Afwan membuang nafasnya kasar. "Enggak, Sayang.."

"Tapi aku gak pede, aku takut di bilang kayak mayat sama orang-orang..." keluhnya seperti anak kecil. Afwan tersenyum hangat lalu mengecup kening istrinya itu.

"Sayang.. Denger aku ya. Kamu mau pake make-up ataupun enggak, itu gak ada pengaruhnya buat aku.. Bagi aku kamu mau di apain aja cantik, kan emang dasarnya kamu udah cantik. Gausah dengerin orang yang berpendapat kamu kayak mayat atau apalah. Because in life, no matter who is loved or hated. Cause the important thing is that God loves you." Afwan berusaha meyakinkan istrinya itu lalu memeluknya.

"Sekarang kita turun yuk.. Kamu udah cantik kok..." Ayraa tersenyum mengangguk menerima ajakan sang suami. Entah mengapa hatinya kini merasa lebih tenang setelah mendengar perkataan Afwan tadi.

🍃

"Duhhh anak sama menantu Mamah udah cantik dan ganteng... Sini yuk kita sarapan dulu." Ajak Rindi kepada anak dan menantunya itu. Ayraa dan Afwan pun melangkah menuju meja makan, yang sudah di huni oleh beberapa keluarga dari Ayraa.

Seperti biasa, Ayraa akan menyendokkan nasi untuk Afwan. "Segini cukup Mas?" Tanya Ayraa. Afwan pun menangguk.

"Mau pakai cumi saus tiram?" Tanya Ayraa lagi.

"Iyaa, sedikit aja.." Balas Afwan. Ayraa pun mengangguk mengerti.

Acara makan pagi ini tak seperti acara makan pagi Afwan sebelumnya. Jika kemarin Afwan hanya mempunyai teman ngobrol Ayraa saja ketika sarapan, kini Afwan mempunyai teman ngobrol yang berbeda yaitu kakak ipar juga papah mertuanya.

Jika para wanita membahas bumbu-bumbu masakan yang ada di hadapannya, para lelaki justru malah membahas perputaran uang dalam bidang bisnisnya masing-masing.

Tapi riuh obrolan di meja makan terhenti ketika melihat Ayraa tergesa-gesa untuk bangun dari duduknya.

Dengan menutup mulutnya kini Ayraa berlari menuju wastafel yang ada di dapur. Afwan pun mengikuti Ayraa karena merasa khawatir dengan istrinya itu.

"Astagfirullahaladzim. Muka kamu pucet banget. Kamu kenapa Ay?" Tanya Afwan yang kini menangkup wajah Ayraa.

"Aku ga--- Huekkk..." seketika itu Mata Ayraa langsung membeliak melihat semua isi perutnya tumpah di atas wastafel. Makanan yang baru saja di makannya seperti tak ada artinya.

"Udah? Mau di keluarin lagi?" Tanya Afwan sambil mengelus punggung istrinya itu. Ayraa pun menggeleng, walau sebenarnya seberkas rasa en'eug masih ada di daerah kerongkongan.

Dear My Husband ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang