Setelah semalaman suntuk memikirkan siapa pria yang lancang melamarnya. Ayraa jadi kesiangan pagi ini, ya.. walaupun Pak Dennis tidak praktik di Apotek tapi tetap saja dia masih kesal karena kesiangan. Kenapa Ayraa tidak suka dengan kata 'kesiangan'? karena akan berakibat terburu-buru dan ada saja barang yang ketinggaln. Ya, seperti sekarang ini dompetnya tertinggal di atas nakas. Sial memang.
"Assalamualaikum." Salamnya ketika masuk ke dalam Apotek."Wa'alaikumsalam. kenapa lo? pagi-pagi udah suntuk aja." sebenarnya Rahma sudah tau temannya pagi ini suntuk kenapa. Ya jelas karena dia kesiangan.
"Ay, orang kesiangan itu wajar kali. gausah berlebihan deh. emang lo kenapa bisa sampe kesiangan gitu? emang Pak Dennis ngasih lo banyak kerjaan?" Tanya Rahma yang di balas gelengan pelan dari Ayraa. "Ya terus lo kenapa Kocak?" Desaknya.
"Gue tuh semaleman suntuk mikirin orang gila yang ucuk-ucuk nemuin ortu gue dan dia minta restu sama ortu gue buat nikahin gue. Kan Gila bin Sableng kan Maa?" Jelas Ayraa. "karena itu gue jadi kesiangan. huh" Sambungnya.
"Seriosa lo? Ada yang ngelamar lo tiba-tiba gitu? lo tau Ay orangnya yang mana?" Rentetan pertanyaan langsung keluar dari mulut Rahma. posisinya yang tadi menulis membelakangi Ayraa kini berbalik untuk melihat ekspresi Sahabatnya itu.
"kalo nanya tuh satu-satu kenapa sih Maa, kebiasaan deh" Kata Ayraa ketus. "Iya. Iya maaf dah. terus siapa cowo itu Ay?" selidik Rahma lagi.
"Gue gatau dia siapa. tapi kata Papah dia itu Pasien yang pernah nebus obat di sini. Tapi kan yang sering nebus obat disini kan gak cuma satu atau dua orang kan Ma? Mana Papah gak mau kasih tau namanya. Ya, sebenernya salah gue juga sih. gak nanya namanya siapa umurnya berapa." Penjelasan Ayraa cukup membuat Rahma menarik garis kesimpulan. "Apa orang yang ngelamar lo itu. yang waktu minta nomor telpon lo Ay?" Bukan kesimpulan tapi hanya tebak-tebak buah manggis saja yang Rahma tau. terkadang memang.
"Mas-Mas yang waktu itu lo bilang Gagah Ganteng nan Menawan itu?" Balas Ayra sengit. "Iya Ay. perasaan gue sih dia deh Ay. secara dia berani banget minta nomor telpon lo." Ujar Rahma yang kini sudah seperti orang yang berpikir keras..
"Banyak kali yang minta nomer gue. bukannya dia doang, anak kecil aja ada yang pernah minta." Ujar Ayraa sarkatis. "sombong lo. Haha" Cibir Rahma.
"Bukannya sombong Maa. tapi kenyataan." Jelas Ayraa kemudian. Rahma hanya mengangguk Pasrah. gak heran kalau yang minta nomernya Ayra itu banyak. dia itu Paket plus banget buat Pria yang mau masuk surga. haha. batin Rahma
🍃🍃🍃🍃
"Selamat Siang ada yang bisa saya bantu?" Sapa Ayraa ketika melihat pasien yang baru saja masuk. tapi rasanya ucapan tadi salah untuk dia bicarakan. pasalnya yang menjadi pasiennya sekarang adalah Pria yang meminta nomornya waktu itu. yang dikagumi Rahma juga belakangan ini. apa yang patut di kagumi? Batin Ayraa.
"Bisa saya bertemu Pak Dennis?" Ujar Afwan.
"Sebelumnya sudah ada janji?" Afwan hanya mengangguk.
"sebentar, biar saya tanya dokter dulu. Kalau boleh tau atas nama bapak siapa?" Tanyanya Lagi.
"Afwan, rekan bisnis pak Dennis." Ujarnya cool.
"sebentar ya pak." Afwan pun menunggu Ayraa menelpon Dennis dengan sabar.
"Bisa bertemu pak. Bapak bisa tunggu sebentar di sana . karena Pak Dennis masih ada pasien." Ujar Ayraa sopan. lebih tepatnya terpaksa sopan. Afwan hanya mengangguk.
Afwan memilih bangku yang langsung mengarah ke tempat dimana Ayraa berdiri. Kenapa jantung selalu berolahraga dan ada nyeri-nyerinya ya kalo lagi mandang dia. Entahlah. Batin Afwan.
🍃
"Selamat siang ada yang bisa saya bantu? haha" Ujar Ayraa meledek Satya yang baru saja masuk
"Bisa kamu menjaga Hati saya?" Ujar Satya santai. Tapi bisa terdengar di telinga Afwan.
"Apaan deh Sat. haha. Mana pesanannya?" Ujar Ayraa. Afwan di sana hanya menyimak.
"Ini. langsung taro gudang aja yuk?" Ayraa hanya mengangguk lalu mengekori Satya untuk ke gudang menaruh stock obat.
"Terima Kasih semoga lekas sembuh."Ujar Rahma yang baru saja melayani pasien. "Atas nama Bapak Afwan?" Panggil Rahma setelah pasien yang baru saja berkonsultasi dengan Pak Dennis keluar. Afwan langsung berdiri.
"Baik. silahkan masuk Bapak." Ujar Rahma sambil mesem-mesem.
"heh. lo kenapa?" Tepukan Ayraa membuat Rahma sadar dari lamunannya. "Astaghfirullah. Ih dia mah ngagetin aja sih." Pekik Rahma. Ayraa hanya tertawa melihat ekspresi kaget sahabatnya itu.
"lagian lo kenapa sih? siang-siang udah ngelamun aja." Tanya Ayraa masih dengan tawa kecilnya.
"Si Ayraa pake nanya lagi. udah tau dia ngelamunin gue, iya kan Maa?" Sambung Satya yang berhasil membuat Ayraa tertawa geli. sedangkan Rahma hanya memasang muka jijik ke arah Satya.
"Apaan sih? In Your Dream ya gue ngelamunin lo. Ayam aja ogah ngelamunin lo." balas Rahma ketus. Satya dan Ayraa hanya tertawa. "Awas ya kalo sampe jatoh ke pesona gue. haha" Ledek Satya lagi.
"dih In Your Dream ya Sat. In Your Dream"Sahut Rahma penuh penekanan. Satya hanya tertawa melihat wanita pujaannya kesal.
Mereka bertiga itu sahabatan dari kecil. Rumah mereka bersebelahan bahkan sampai sekarang. Tapi mereka bertiga gak terlibat dalam cinta segitiga kok. Melainkan hanya saja Satya yang suka dari dulu dengan Rahma namun tak berani menyatakan. katanya sih takut gak bisa bertiga lagi kalau Rahma sampai tau bagaimana perasaannya Satya ke dia.
Untuk Ayraa, Satya tidak sama sekali ada rasa dengannya begitupun Ayraa, mereka itu dekat sudah seperti saudara kandung. Satya nyaman kalau menceritakan masalah perasaan sukanya kepada Ayraa. begitupun juga Rahma, Rahma akan sangat nyaman jika curhat dengan Ayraa tentang cowok-cowok yang di sukanya.
Tapi dari mereka bertiga yang tidak pernah cerita tentang dirinya suka dengan siapa-siapa itu ya cuma Ayraa. Kalau katanya Ayraa sih Kalau memang jodoh bakalan nyamperin kok. itu prinsipnya Ayraa.
Tapi apa mungkin jodohnya Adalah Afwan? Entahlah.
Beri jejak ⭐ yaaa 😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Husband ✅
Fiction générale#3InSpiritual (On11Desember2016 | On28Desember2016) Karena bagaimanapun Menikah di usia 23 tahun itu bukanlah cita-cita yang di impikan oleh seorang Ayraa Nazeefah Mahveen.