Hotaru mendengus kesal. Sudah 3 hari setelah perjanjian konyol yang dia lakukan dengan Karma, Hotaru menjadi sering berkutat dengan buku. Apalagi matematika.
Berulang kali Karma mengingatkan dirinya tentang 'perjanjian itu'. Namun Hotaru mengabaikannya, Karma menjadi cerewet akhir-akhir ini.
Suasana perpustakaan di gedung utama membuat Hotaru bergidik ngeri. Beberapa pasang mata menatapnya tajam. Bahkan ada pula yang mencibirnya. Hotaru tahu diri jika dia berasal dari kelas E. Tapi, bukankah belajar di perpustakaan juga hak yang harus di terima meskipun berada di kelas E?
Begitu banyak soal matematika didepannya. Tapi hanya 5 soal yang berhasil ia jawab. Jika saja ruangan ini tidak berAC, pasti semua pengunjung bisa melihat asap hitam yang keluar dari kepalanya.
Ujian semester tinggal 1 minggu lagi, tapi Hotaru tak ada perkembangan sama sekali. Meskipun di tengah perjanjian, Karma tetap memberinya soal, tapi tidak mengajarinya.
Hotaru mengacak rambutnya frustasi, soal nomer 6 benar benar membuatnya pusing. Pensilnya ia letakkan di meja dengan kasar. "Aaa, mou !! Bagaimana bisa dia membuat soal seperti ini?! Jika sulit seperti ini mana mungkin aku bisa mengalahkannya!! Kusso"
"Hei kelas E, bisa kau tutup mulut bodoh mu? Kau mengganggu kami semua"
Hotaru yang memang sudah panas, menjadi bertambah panas setelah mendengarnya. "Apa kau bilang? Ucap kan sekali lagi"
Wanita itu tersenyum mengejek, dua orang teman yang tertawa "selain mulut bodoh itu, telingamu juga tuli ya. Kasian sekali kau kelas End"
Hotaru maju, ingin memukul atau memberikan sedikit pelajaran pada wanita itu. Tapi, belum sempat melakukannya, tangannya di cekal.
Hotaru menatap tajam orang itu. "Lepaskan tangan ku" tegasnya
Orang itu hanya tersenyum, lalu mengalihkan perhatiannya ke wanita tadi. Wanita itu tersenyum kikuk, lalu menyapanya "hallo, Asano-kun"
"Pergilah, biar aku yang mengurusnya"
Hotaru mendelik kesal. Tempat melampiaskan kemarahannya pergi begitu saja setelah menghinya.
"Lepas"
Asano melepaskannya, Hotaru buru-buru membereskan bukunya. Mood belajarnya hilang begitu saja. Tapi, Asano menarik bukunya.
"Duduklah, aku akan mengajarimu"
"Kau pikir aku membutuhkan bantuanmu"
"Wajahmu terlihat begitu"
Asano mengambil pensil di atas meja, lalu mengerjakan soal nomer 6 kurang dari 5 menit. Pria tersenyum sombong dan menunjukkannya.
Hotaru menatap jawaban itu, tanpa disadari, Hotaru kembali duduk disampingnya.
"Bagaimana bisa hasilnya menjadi 2x-y?"
"Pertama, yang harus kau lakukan adalah sederhanakan dulu, lalu .... "
Asano menjelaskannya dengan pelan, agar wanita di sampingnya itu dapat mengerti apa yang ia jelaskan. Berkali kali Hotaru bertanya, Asano menjelaskannya dengan senang. Senyum kecil terlihat diwajahnya.
*****
Pulang sekolah, Haru ingin makan taiyaki, karena itu saat ini dia sedang mengantri. Tinggal 3 antrian lagi, untuk gilirannya. Tapi, 1 antrian lagi, tulisan 'habis' di pajang depan toko.
Hotaru menggerutu kesal, siasia sudah perjuangannya. Jika saja itu bukan keinginan Haru, Hotaru tidak akan mau mengantri begitu panjang dan lama. Lebih bagus lagi jika dia di rumah dan ditidur di kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Assassination Classroom : Story[HIATUS]
FanfictionAssassination Classroom Fanfiction