Air mata masih saja mengalir dikedua mata milik Rania, perkataan sang mama masih tergiang jelas di ingatan nya.
Berputar bagaikan kaset rusak yang ingin segera ia lenyapkan.Angin malam terasa menusuk membuat nya mengigil kedinginan,
Bahkan sekarang ia tak tahu harus kemana?
Tanpa membawa sepersen uang serta handphone nya juga tertinggal dikamar.Rania terus berjalan menunduk menyebrangi jalanan yang sepi, sampai tak menyadari sebuah mobil sedan hitam melaju kencang kearah nya.
Tiiinnn....
Suara klakson mobil menyadarkan Rania dari lamunan dan mendongak kepala nya menatap cahaya yang menyilaukan kedua matanya.
Rania menatap mobil tersebut tanpa mencoba menghindar, ia berfikir mungkin ini akhir yang tepat untuk hidupnya..
Ciiitttt....
Mobil itu berhenti tepat beberapa cm dari tubuh ringkih nya.
Beruntung sang pemilik mobil itu bisa menghentikan mobil nya sebelum menubruk tubuh Rania.
Seseorang keluar dari dalam mobil sedan hitam itu
"Hey!! Kamu sudah gila? Kamu mau nyari mati!!" bentak marah sang pemilik mobil.
Rania membuka mata nya perlahan dan menatap pria muda dihadapan nya, dan entah kenapa pandangan nya mulai memburam kepala nya terasa pening hingga semuanya berubah menjadi gelap.
Sebelum tubuh Rania berhasil jatuh menyentuh aspal rupanya pemilik mobil itu langsung sigap meraih tubuh nya, dan alhasil sekarang tubuh mungil Rania berada dalam dekapan pria muda tersebut.
Pria itu menatap singkat wajah sayu Rania yang terpejam sebelum akhir nya bergumam 'CANTIK' dengan senyum tipis tersemat di bibir nya.
"Apa yang salah dengan ku? Kenapa jantungku berdebar?" Gumamnya.
"Sekarang aku harus bagaimana? Mana mungkin aku bawa ini cewek pulang?" Keluhnya bingung.
"Tapi lebih tidak mungkin lagi jika aku tinggal?" lanjut nya lagi saat menatap sekitar jalan yang sepi.
"Ah bawa pulang ajalah, ntar kalau dia udah sadar baru suruh pergi"
Putusnya lalu pria itu pun menggedong Rania masuk kedalam mobil dan berajak pergi.
***
Suasana ruang makan malam sebuah rumah besar ini begitu sunyi semua nya sibuk menikmati makanan dihadapan nya masing-masing, terdapat pria paruh baya sebagai kepala keluarga dan sang istri nya beserta kedua anak nya.
"Revina bagaimana dengan sekolah kamu?"
Revina yang masih sibuk dengan makanan nya, mengalihkan perhatian nya ke sang papa.
"Baik" jawabnya singkat dan kembali melanjutkan makan.
"Umur kamu sekarang berapa?" Hendra sang papa bertanya lagi.
"18 tahun" jawab Vina datar
"Kamu sudah punya pacar?"
Pertanyaan Hendra Membuat Vina dan yang lainnya menghentikan aktivitas, lantas semua nya menatap Hendra.
"Kenapa emang nya?"
"Gak apa apa, sebenarnya papa cuma mau ngenalin kamu sama anak teman papa"
"Masih jaman jodoh jodohan? ini tahun berapa emang?!" sahut nya memutar kedua matanya tak suka.
Hendra tersenyum tipis saat melihat respon anak nya Revina, dia maklum dengan sikap Vina kepadanya.
"Ya siapa tahu aja kamu cocok sama dia, dan papa ingin kamu bertunangan dengannya!" Ujar nya dengan nada tenang namun tegas.
"Tunangan? Ogah!! papa aja sana yang tunangan!"
Vina beranjak dari duduk nya dan bersiap pergi.
"Revina, duduk!" tegur sang mama yang seketika dituruti Vina malas.
"Ayah tidak menerima bantahan Vina! Papa dan om Suho sudah merencanakan pertunangan kalian sejak lama, dan kamu harus terima!" Ucapnya tak ingin dibantah.
"Bodo! itukan salah papa sendiri!pokok nya Vina tetap gak akan pernah mau!!" Ketusnya menatap balik sang papa menantang.
"Rio balik ke kamar dulu." ucap seseorang disana dan dia adalah adik Revina.
Tanpa menunggu lama Rio sudah berlalu pergi."Lagipula kenapa Vina harus nurutin papa? Papa punya hak apa atas Revina?!" Tanyanya bersedekap, menatap tajam sang papa.
"Vina yang sopan sama papa!"tegur mama nya lagi
"Kenapa Vina harus sopan sama papa? apa karna dia papa Vina? jadi Vina harus sopan dan hormat sama dia ma!" Ujar nya berganti menatap sang mama.
"Biar Vina ingatkan lagi sama mama apa yang udah papa lakuin selama ini sama kita!"
Revina menarik nafas pendek, mencoba menguatkan hati saat mengingat masa-masa kelamnya.
"Hendra Wibawa, seorang pengusaha sukses yang dengan begitu mudah membuang anak perempuannya ke negara antah-berantah selama sepuluh tahun, mengingkari janji setia dengan mama demi wanita lain."
Revina berdiri melangkah tepat dibelakang sang papa, meletakkan kedua tangan nya dibahu pria yang berstatus papa kandungnya.
"Meninggalkan mama demi wanita lain sampai mengandung anak haram." Vina berbisik lembut namun penuh tekanan disetiap kata.
Vina mendongak menatap sang mama yang sudah menunduk sedih.
"Sampai akhirnya dengan tidak tau dirinya, mengemis kembali untuk bersama mama!" Tekan nya.
"Itukah sosok papa yang harus Vina hormati, ma?"
Hendra yang mendengar hanya terdiam, karna memang itu benar ada nya tapi bukan tanpa sebab dia melakukan itu semua.
Dia memiliki alasan tersendiri.
Drrttt...
Dering handphone Hendra membuyarkan keterdiaman nya, lantas ia meraih benda pipih yang berada di saku celananya.
"Halo" sahutnya saat panggilan tersambung.
Vina melangkah mundur dan mengamati sang papa.
"Yasudah saya kesana sekarang!" ujarnya sebelum mengakhiri panggilan tersebut
"Papa pergi dulu, ada urusan mendadak!" Pamit Hendra.
"Pergi saja, Pergi yang jauh! Kalau perlu tidak usah pulang! pentingin aja urusan papa daripada keluarga papa!" sindir Vina dingin.
"Besok kamu tetap harus ikut papa bertemu om Suho! tanpa bantahan!" Ujarnya berlalu tanpa mendengar jawaban Vina.
"TERSERAH!!" Sahut Vina acuh namun masih dapat didengar Hendra dari kejauhan.
Hendra tersenyum tipis dan mempercepat jalan nya lalu masuk ke dalam mobil nya dan melaju kencang.
Vote juseyo...😍😍
●Rio as Kai●
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Rania
Teen Fiction"Aku membenci diriku yang terlalu lemah untuk menjadi wanita Mu!!" Rania "Karna kamu takdirku! Maka sebesar apapun halangan nya aku tetap akan menjadi milik Mu!" 13 juni 2016.