Chapter 17; The Deal

290 14 1
                                    


~Author POV~

Pagi hari saat itu terasa berat sekali.

Entah karena kejadian kemarin atau karena dia tidur malam lagi. Sungguh, sudah lebih dari cukup dirinya dibuat terkejut oleh kejadian-kejadian akhir-akhir ini. Rasanya seperti punggungnya terus-terusan diberi beban yang semakin lama semakin berat.

Setelah bengong selama sekitar sepuluh menit, akhirnya Akira bangkit dari tempat tidurnya dan mandi. Tidak lupa sebelum mandi, ia membereskan tempat tidurnya. Setelah selesai mandi dan memakai seragamnya, Akira turun kebawah untuk sarapan.

Di ruang makan, Mirai sudah menunggunya untuk sarapan bersama. Ia pun duduk di sebelah sahabatnya dan mulai makan.

Ketika sedang makan, Mirai bertanya padanya, "Hei, tumben kau diam saja. Apa terjadi sesuatu?"

Kemarin malam, Akira tidak sempat bercerita pada Mirai soal siswi baru yang cantik di sekolahnya. Dan fakta bahwa gadis cantik itu adalah sahabat dari Bangtan Boys. Menurutnya, kejadian kemarin itu tidak perlu ia ceritakan pada Mirai. Toh, apa gunanya menceritakan soal Sunmi?

"Tidak. Aku hanya sedang tidak mood saja." Jawabku sambil mengunyah roti panggang berselai coklat.

Setelah itu, Mirai hanya mengangguk saja dan kembali makan. Selama waktu sarapan, suasana hening tanpa adanya percakapan. Oba-san yang selalu mencerahkan suasana kini hanya tersenyum dan menganggap seolah hal ini biasa.

Selesai sarapan, mereka berdua pun berangkat. Mereka berpisah di halte bus dan menaiki bus yang berbeda. Ketika Akira duduk, Tiba-tiba saja badannya merinding.

'Huh? Perasaan apa ini?' Ia pun menoleh ke sekeliling bus dan tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.

'Perasaanku tidak enak...' badannya menegang selama perjalanan menaiki bus itu. Ia merasa kalau dirinya sedang diawasi. Tetapi dalam bus itu, ia tidak menemukan seseorang yang mencurigakan.

'Tenanglah,' ujarnya dalam hati, 'Itu hanya perasaanmu saja. Jangan diambil pusing.' Tetapi tubuhnya tidak menurut padanya. Ia tetap tegang selama perjalanan di bus itu.

Akhirnya Akira sampai ke tempat tujuannya. Setelah turun, ia berjalan pelan-pelan ke sekolahnya.

Langkah demi langkah, keringat dingin di pelupuk wajahnya mengalir. Apakah dia demam? Tetapi Akira tidak merasa badannya panas atau kelelahan.

Lalu ia pun mulai sadar bahwa jalan yang sedang ia lalui itu lumayan sepi.

Sontak, ia mempercepat langkahnya dan mulai berlari. Tetapi di tengah perjalanannya, sebuah tangan besar menggapainya dan menutup mulutnya. Tangannya ditarik kebelakangnya sehingga ia tidak dapat memberontak.

Ia pun diseret ke gang sempit yang kebetulan ada di sana. Akira berusaha melepaskan diri tetapi sia-sia. Setiap kali ia bergerak, cengkraman orang itu semakin kuat. Nafasnya sesak karena bekapan yang terlalu kuat.

Ia berusaha untuk melihat wajah penculik itu, sayangnya ia tidak dapat melihatnya karena seluruh pakaian penculik itu berwarna hitam. Akira pun tidak dapat melakukan apa-apa kecuali menurut pada penculik itu.

Setelah diseret cukup dalam di gang sempit dan gelap itu, Pria itu melepaskan Akira. Akira berusaha sekuat tenaga untuk menahan sakit dan menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Ia jatuh berlutut dan tak berdaya.

"Kerjamu bagus." Kata sebuah suara di sebelah Akira.

Matanya membelak ketika mendengar suara merdu yang tidak asing itu. Ia pun menoleh ke sumber suara itu dan mendapati—

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miss RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang