13. Menyempurnakan Hidup

20K 1.1K 7
                                    




       

Berbelanja adalah satu hal yang disukai perempuan. Yang kini sedang dilakukan oleh Rina-mama dari 5A- mulai dari berbelanja bahan makanan bulanan sampai pakaian. Rina sebenarnya bukan orang yang over dengan berbelanja. Hanya saja dia melakukan ini saat sedang bosan. Seminggu yang lalu suaminya keluar kota untuk  urusan pekerjaan yang dilalaikan putra sulungnya-Arya- jadilah Rezi yang harus mengurus langsung.

Sudah hampir 4 jam ia mengelilingi pusat perbelanjaan yang ada di sekitar rumahnya ini. Dan sudah pasti ia merasa bosan. Dan sudah diputuskan juga ia akan langsung membayar belanjaannya ini.

Dan setelah membayar itu semua Rina berjalan ke arah parkiran untuk mengambil mobilnya. Baru ingin membuka pintu mobil, suara bariton yang menyebutkan namanya membuatnya diam membeku.

"Rina" sapa suara itu. Ia sangat ingat itu suara siapa, bahkan ia hafal!

Rina berdoa semoga itu bukan suaranya, semoga itu bukan  suara orang yang dia fikirkan. Dan terus berdoa sampai ia berhasil membalikan dan benar dugaannya...

"a...adam" sungguh ia sangat menghindari laki-laki ini. Laki-laki yang dulu meninggalkannya begitu saja. Laki-laki yang membuangnya layaknya sampah dan laki-laki yang juga pernah menghancurkan pernikahannya dengan Rezi.

"ini bener kamu Rin? Rina-ku?" Adam membingkai wajah orang yang sangat dirindukannya ini. Sosok wanita yang kelihatannya jahat tetapi memiliki hati malaikat.

"lepas! Aku bukan Rina kamu! Aku Rina nya Rezi dan pergi jauh-jauh!" sakit, kecewa, kesal dan segala jenis amarah mengepul jadi satu dihati Rina. Ia segera memasuki mobilnya. Meninggalkan Adam yang masih mematung ditempatnya.

Semua gak kaya yang kamu fikirin, Rina. Batin Adam dalam kediaman-nya

--

"Halo mas, kapan pulang?" setelah kejadian tadi, Rina langsung menelfon suaminya. Berniat memberi tahu hal tersebut. Tentu saja karena Rina menerapkan 'kejujuran dan keterbukaan' dalam hubungannya dengan suaminya itu.

"nanti malam sampai rumah, kenapa? Kamu kangen hm?" Rezi terkekeh saat baru mengangkat telfon tadi, suara manja Rina sudah mengintrupsi pembicaraan mereka

"tentu saja aku kangen. Oh ya mas, ada yang mau aku bicarakan nanti ya"

"hehehe. Baik aku akan cepat pulang untuk membicarakan sesuatu dengan istriku ini"

"oke aku tunggu. Hati-hati diperjalanan nanti ya. See u"

"oke, see u"

Rina menghela nafas. Sebenarnya ia agak takut menceritakan ini. Tapi bagaimana pun Rezi harus tahu.

-------------

Sedangkan ditempat lain Asha masih merenung dikamarnya. Ia masih memikirkan apa keputusannya benar ingin mempertahankan anak ini? Anak hasil perbuatan bejat kakaknya.

Tapi satu fikiran membuatnya merasa harus mempertahankan anak ini. Ia belajar dari kisah yang ada, kisah kakak perempuan yang sangat ia sayangi. Ia memang bernasib sama dengan kakaknya itu. Hamil diluar nikah. Bahkan diusia yang masih sangat muda.

Tapi setidaknya nasibnya jauh lebih beruntung dari pada Alda. Ia masih mengetahui siapa yang menghamilinya. Dan yang menghamilinya pun bersedia bertanggung jawab, walau dalam artian tanggung jawab yang berbeda. Dan keluarganya pun masih menyayangi nya. Tidak seperti Alda yang bahkan diusir dari rumah.

Belajar dari kisah hidup sang kakak yang amat disayanginya. Alda pernah suatu hari berkata kepadanya

"setidaknya, bayi yang ku kandung saat ini tidak pernah membuat ku susah. Walau pasti sangat berat melahirkan anak tanpa laki-laki pendamping atau suami. Tapi bayiku memberiku kekuatan tersendiri. Kakak gak pernah mau mengeluh tentang takdir yang begitu kejam pada kakak. Karena bagaimana pun takdir tetaplah takdir. Asha, inget satu hal. Everything will be Ok in the end. If its not Ok, its not the End. Jadi kakak yakin akhirnya pasti akan baik-baik aja. Walau harus ngelewati puluhan badai dulu. Yang penting yang harus kakak lakuin sekarang. Membuat saat-saat kehamilan kakak ini menjadi sempurna. Sesempurna yang kakak mampu"

Asha masih mengingat bagaimana ekspresi kakaknya saat mengucapkan kata-kata itu. Wajah kakaknya yang penuh senyum walau sebenarnya penuh luka.

Entah bagaimana kakaknya bisa tetap kuat saat banyak sekali yang menjatuhkannya. Kakaknya selalu mampu untuk dijadikan panutan menurut Asha.

Aldaricsa, perempuan yang selalu mempunyai cara untuk menyempurnakan tiap detik hidupnya dengan kekuatan yang ia punya. Batin Asha.

-------

"lo kenapa senyum-senyum terus si ya?" Arman daritadi hanya menatap bingung sahabatnya ini yang terlihat begitu bahagia hari ini.

"jelas lah gua bahagia. Asha udah bisa nerima gua bro!!!"

Arman makin bingung dibuatnya "segampang itu?"

"gua juga heran sebenernya man, yang gua cintai itu manusia apa malaikat ya man?"

"ah lu. Emang adik lu yang satu itu kayak nya spesial ya" Arman terkekeh melihat reaksi wajah Arya yang sedang jatuh cinta saat ini.

"ya udahlah yang penting gua bahagia. Eh gimana cewek masalalu lo itu? Ketemu?"

Arman kemudian tersadar, Alda! Dia bahkan belum melakukan apapun untuk mendekatlan diri pada wanitanya itu. Wanitanya? Yah tidak buruk.

"udah. Ini gua lagi cari cara pendekatan"

Arya bangkit dari duduknya menghampiri sahabatnya itu "gua dukung, kalo perlu bantuan bilang aja. OK"

Arman tersenyum, sahabat nya yang satu ini memang selalu mengerti dirinya. Tapi mungkin nanti sikap Arya kan berbeda saat ia tahu yang sesungguhnya. Saat Arya tahu bahwa dirinya yang menghamili Alda, ntah marah karena menodai adiknya atau marah karena bisa-bisa nya menghamili perempuan yang ia benci itu, padahal banyak wanita lain. Ia tidak tahu.

Tapi tujuannya satu. Ia ingin bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. Karena ia tidak akan membiarkan anaknya nanti lahir tanpa ayah dan juga kekurangan kasih sayang...

=============================

TBC..

AldaricsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang