ATHA

2.4K 194 33
                                    

Sepertinya langit sedang berpihak padaku. Walau belum berhasil membawa si sekuter pulang, tapi bisa bertemu dengan pak Idris, itu sudah cukup membayar kekesalan ku kepada Ziddan. Ditambah lagi, aku diantar pulang oleh Atha.
Aku penasaran dengan sosoknya. Maklum jomblo.

Di dalam mobil hanya aku dan Atha. Suasananya begitu hening, hikmat, seperti mengheningkan cipta. Sampai 10 menit berlalu, tidak ada percakapan apapun. Sangat membosankan. Padahal aku berharap dia menanyakan namaku.
Sesekali aku melirik ke Atha. Dia benar-benar khusyuk mengemudi.
Baiklah sepertinya aku yang harus memulai pembicaraan.

"Tapi bingung mau tanya apa ya? Namanya aku sudah tau.
Kalau mau tanya pekerjaannya? Rasanya aneh, tiba-tiba langsung tanya perkerjaan." Ucapku dalam hati.

"Mampir sebentar ya mbak ke apartemen ." Ucap Atha memecahkan suasana.

"Akhirnya berkicau juga." Batinku.

"Gak apa-apa kan?" Tanya Atha.

"Iya, gak apa-apa. Memangnya mau ngapain kita ke apartemen?" Sedikit salting.

"Saya mau mengambil blue print."

"Jadi kamu arsitek?"

"iya." Jawabnya singkat.

"Sempurna." Gumamku.

Setelah itu suasana kembali senyap. Apa aku tidak menarik bagi Atha? Atau jangan-jangan dia gay, tidak tertarik pada wanita.

"Bisa jadi, selama ini kan dia tinggal di negri orang yang menganut budaya barat. Pantas saja dia dingin." Aku menerka-nerka dalam hati.
Tapi, sepertinya aku terlalu jauh dalam menilai seseorang.

"Boleh play musik?" Tanyaku.

"Ya, silahkan." Jawab Atha.
Tanpa mengalihkan pandanganya dalam mengemudi. Padahal aku berharap dia sedikit melihatku.

Lagu terlalu lama sendiri memilik Kunto Aji. Benar-benar ngena dihatiku.

"Tau gak kenapa kambing bau?" Aku berusaha mencairkan suasana.

"Apa?" Ucap Atha.
Sepertinya Atha belum mengerti, dengan pertanayaanku yang tiba-tiba.

Aku pun mengulangi pertanyaanku.

Barulah Atha memberi respon, dengan menggerakkan bola matanya, seolah sedang berpikir.
Kemudian menggelengkan kepalanya.

"Gak tau ya?" Tanyaku.

"Itu karena kambing punya 4 ketiak." Jawabku. Kemudian tertawa atas jawabanku sendiri.

Namun, Atha responnya biasa saja. Tidak membuatku puas melihatnya.

"Pernah dengar cerita Presiden Bush diculik?" Tanyaku lagi.

"Presiden Bush diculik?" Dengan nada heran.

"Belum." Lanjut Atha.

"Jadi, Presiden Bush pernah diculik dan si penculiknya meminta tebusan lima ratus miliar dollar. Jika tidak , maka si penculik akan menyiramkan bensin dan membakarnya hidup-hidup." Aku mulai bercerita.

Mendengar itu ekspresi wajah Atha berubah. Sepertinya dia heran atau tidak percaya dengan ceritaku.

"Kemudian?" Tanya Atha.
Agak-agaknya dia mulai tertarik dengan ceritaku.
Senyum tersinggung mengiringi dihati.

"Semua petinggi negara berkumpul di gedung putih, mencari solusi untuk membebaskan presiden Bush." Ucapku.

"Trus...?" Tanya Atha.

"Terus, Sekertaris negara panik, apa yang harus kita perbuat? kata si sekertaris." Lanjutku bercerita.

"Tenang kata menteri sosial, karena saya sudah mengambil inisiatif, dari pagi saya sudah turun kejalan-jalan dan meminta sumbangan kepada pengendara mobil yang lewat." Lanjut ku lagi.

QIRANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang